Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Pagi ini, sekolah Sean dan Sagara sedang mengadakan olahraga pagi. Yah, semacam lari bersama. Di barisan kelas dua belas terdapat Sagara yang bersama temannya, mereka juga sedikit bercengkrama.
Berbeda dengan Sean, ia duduk di bangku taman yang terletak di ujung lapangan dengan tenang. Sesekali melihat handphone nya, Terkadang ia juga menoleh ke arah Sagara dan melihat sekitar lapangan.
"Yeoi! tidak ikut berbaris?" Celetuk Jenan seraya mendudukkan tubuhnya di sebelah Sean.
"Aku menunggu yang lain, Je." Jawabnya yang lantas di beri anggukan saja oleh sang lawan bicara. Sean hanya merasa jika siswa-siswi kelas tujuh sampai sembilan tidak semua nya turun ke lapangan. Mata rubahnya melihat siswa-siswi yang berbaris. Akhirnya Sean memutuskan untuk mengecek masing-masing kelas.
"Sean? Kenapa wajahmu lebam seperti itu?" Pasalnya, matanya tak sengaja menangkap warna samar-samar kebiruan di wajah Sean.
Sean menggeleng pelan, "Tidak apa-apa, kemarin aku terhantuk meja dengan keras." Sean berbohong. Setelahnya, Sean beranjak dari tempat duduk untuk mengecek para siswa dan siswi.
"Aku ikut, boleh ya?" Tanya Jenan, lalu di balas anggukan oleh Sean. Jujur saja ia malas sekali lari pagi, meskipun kegiatan ini sudah rutin di lakukan tapi tetap saja terkadang bocah itu merasa malas.
Lalu mereka menaiki anak tangga satu persatu dan mengecek masing-masing kelas yang ada di sana. Cukup melelahkan sebenarnya, Tapi ini sudah menjadi kebiasaan Sean setiap pagi sepertinya.
Dan benar saja, masih banyak siswa dan siswi yang masih sibuk bermain-main di kelas, kebanyakan siswi yang tidak turun ke lapangan.
"Permisi, tolong turun ke lapangan sekarang, Lari pagi nya sebentar lagi ingin di mulai." Ujar Sean sedikit mengeraskan suaranya, agar terdengar. Lalu siswa dan siswi itu langsung memakai sepatu mereka, ada yang menurut dan ada juga yang terlihat kesal dengan si ketua osis itu.
"Cih." Decih seseorang saat melewati Sean, siapa lagi jika bukan mantan ketua osis, oh iya. Sebagai informasi saja. Mantan ketua osis itu memang merasa cemburu dengan Sean, jabatannya sebagai ketua OSIS di cabut begitu saja karena kesalahan pernah yang ia perbuat sebelumnya.
Jenan melirik si 'mantan' ketua osis dengan tatapan tak suka, dia cukup kesal melihat sahabatnya di perlakukan seperti itu. Rasanya ia ingin sekali mencakar-cakar wajah si mantan mantan itu.
Sean menghela napas lelah, "sudahlah Je, jangan dipikirkan."
"Ish, Sean. ini sangat menjengkelkan!" Geram Jenan, ia jadi sangat ingin mengsmackdown sahabat di samping dirinya ini.