06; Alexithymia.

208 30 10
                                    

Sean memiliki masalah untuk mendeskripsikan amarah, kesedihan, dan juga kebahagiannya kepada orang lain

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Sean memiliki masalah untuk mendeskripsikan amarah, kesedihan, dan juga kebahagiannya kepada orang lain. Ia merasa kesulitan bagaimana cara memberi tahukan orang lain akan perasaannya.

Sean sulit untuk marah kepada orang lain saat orang itu membuat masalah dengannya, ia cenderung lebih sabar. Namun, terkadang melelahkan jika terus memendam emosinya terlalu lama.

Tapi Sean bisa apa, ia benar-benar tidak bisa marah kepada siapapun. Dada nya terasa menyesakkan saat ia marah, air mata selalu ingin turun dari manik hazel yang indah itu saat ia marah dan Sean merasa dirinya lemah sekali.

Emosinya ingin meledak, tetapi hatinya seakan-akan menolak. Jadilah Sean terus-menerus memendam perasaan marah di hatinya sehingga lukanya selalu bertumpuk-tumpuk rasa sakit disana.

Alih-alih ia merasa marah, ada saja yang bisa meluluhkan hatinya. Sean mempunyai hati yang lembut, tidak semudah itu untuk membentak orang lain.

Sean selalu merasa bersalah jika meninggikan suaranya, tapi, emosinya bisa meledak kapan saja, iya kan?

Sean kini terduduk di bangku taman sekolahnya, Jenan tidak masuk hari ini karena sakit. Sean bahkan tidak mempunyai teman lagi selain Jenan.

Menyedihkan.

Tidak ada yang mau berteman dengannya, ia dimusuhi oleh mereka. Padahal, ia tidak melakukan apapun, lantas--Sean mempunyai masalah apa kepada mereka.

Ia tidak suka mencari masalah, ia menghindari masalah. Tapi, seakan-akan masalah selalu datang di hidupnya tanpa permisi.

"Cih. Sudah bangga menjadi ketua OSIS?" Tanya orang itu tiba-tiba menyeletuk, lamunan Sean buyar karenanya.

"Aku? Tidak." Jawab Sean, lalu tangannya mengambil buku yang biasa ia baca di dalam tas.

"Kau itu pengecut, sialan."

"Kau selalu merebut semua yang ku punya." Lanjutnya.

"Aku tidak merebut, itu karena kesalahan fatalmu." Ucap Seanㅡmasih dengan acara membaca bukunya.

bugh!

srett

brugh!

Lagi, Sean mendapat pukulan dari orang yang sama. Pelipisnya kini memar kebiru-biruan. Sean terjatuh, orang itu memukul nya membabi buta.

"Sialan kau, Sean!!" Bentak Kalandra sembari merusak-rusak buku yang selalu Sean baca.

Bugh!

Bukan, bukan Kalandra yang memukul Sean, Kalandra merasakan cairan berbau anyir menyapanya. Tangan itu mengusap bawah hidungnya, "Sial." Gumam Kalandra seraya menatap tajam ke arah Seanㅡyang sibuk mengatur nafasnya yang memburu. Bahkan, dapat Kalandra lihat bahwa tangan Sean gemetar tak karuan setelah memukul dirinya.

Happiness For Sean.Where stories live. Discover now