02; Jealousy.

230 28 3
                                    

Tepat pukul delapan malam, Jovandra pulang dari kantornya lebih awal entah karena apa

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Tepat pukul delapan malam, Jovandra pulang dari kantornya lebih awal entah karena apa. Pria itu merasa sangat lelah, tapi lelahnya seakan-akan menghilang saat mengamati wajah Sean, dan ia sadar jika Sean telah di pukuli.

Melihat itu, Jovandra terlihat sangat marah bahkan wajahnya kini sudah memerah akibat emosi yang menguasai dirinya.

"Kamu di pukul oleh siapa? Berani-beraninya dia."

"Papa, sungguh akㅡ"

"Oleh siapa kamu di pukuli Sean Arshaka Archalendra?!" Sentaknya, ia sungguh sangat tidak terima anaknya di perlakukan seperti ini apalagi ia tidak pernah sekalipun bermain tangan kepada anak-anaknya.

"Papa, Biarkan Sean menjelaskan kronologinya terlebih dahulu." Ucap Javas melerai Jovandra dan pria itu menghela nafas panjang lelah seraya mengangguk pelan. Ia juga ingin mengetahui alasan wajah Sean yang lebam saat ia jemput tadi.

Omong-omong, Sagara dan Jazziel hanya diam memperhatikan ketiganya.

"Sebenarnya aku baik-baik saja papa-- hanya mantan ketua osis jealous padaku. Lalu, ia memberi luka ini, hanya sedikit saja."

Flashback On

Sean sedang menunggu Javas untuk menjemputnya. Dan sembari menunggu kakaknya, ia memutuskan untuk membaca buku sembari mendengarkan lagu yang ia sukai.

Belum sampai lagu favoritenya habis, tangannya dicengkram erat membuat Sean sedikit mengeluarkan ringisan dari bibir yang merona sedikit kemerahan itu. Tangannya di tarik paksa dan ia dibawa ke area lapangan yang memang sepi dan tidak pernah terpakai lagi. Lalu tubuhnya di hempaskan begitu saja.

Srettt

Bugh!

Bugh!

Bugh!

Bugh!

Sean mendapati pukulan demi pukulan, ia ingin melawan tapi niat nya ia urungkan saat orang itu ternyata membawa sekelompok temannya. Sean bisa aja mati saat itu jika dia memaksakan tetap melawannya sendiri.

Dengan ketelitian dan kecepatannya, Sean berhasil melarikan diri dari sana. Ia mengambil langkah yang cepat, dengan nafas yang ter engah-engah. Sean menolehkan kepalanya ke arah belakang, dan sialnya kelompok itu masih saja mengejarnya. Sampai akhirnya ia melihat kakaknya yang tampak kebingungan. Akhirnya ia menghampiri kakaknya, dan sekelompok remaja itu pun pergi begitu saja.

Happiness For Sean.Where stories live. Discover now