09; Aerumnous.

207 26 7
                                    

Sore iniㅡSagara, Sean, dan Jovandra hanya bertiga saja di rumah

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Sore iniㅡSagara, Sean, dan Jovandra hanya bertiga saja di rumah. Ayah dari empat anak itu mengambil cuti selama seminggu, ia mengeluh lelah akan pekerjaan yang tak ada habisnya dan terus bertambah.

Kalau Javas dan Jazziel, ada yang sibuk, tetapi ada juga yang sedang hang out bersama teman-teman sebayanya.. kau tau, anak remaja.

Hari ini libur, Sean memutuskan untuk mengistirahatkan tubuhnya setelah lelah mengerjakan soal-soal ujian dan juga membaca buku. Ia hanya ingin melakukan sesuatu yang ringan saja hari ini. Omong-omong hasil ujiannya akan di berikan seminggu lagi, jadi Sean hanya mengisi waktu senggang dengan bersantai saja.. ini hanya rencananya.

Ia mendudukkan dirinya di sofa, tangannya menyambar remote televisi yang terletak di meja nakas.

"Sean?" Panggil seseorang tiba-tiba yang mengejutkan Sean.

"Astaga!" Sean tak sengaja menjatuhkan remote televisi itu ke lantai, beruntung lantai itu di lapisi oleh karpet beludru yang nyaman dan terasa lembut itu.

"Papa.. mengejutkan saja." Dengus Sean membuat Jovandra terkekeh dibuatnya. Ah, Jovandra merasa anaknya yang satu ini sangat menggemaskan.

Suasana mencekam sejenakㅡsepertinya Jovandra mengingat suatu hal yang memang akan ia bicarakan pagi ini bersama Sean──Ia mengeraskan rahangnya. Jovandra merasa emosi yang ingin melunjak keluar dari dirinya, entah mengapa Jovandra ingin mengeluarkan semua emosi kepada anak bungsu di hadapannya ini.

"Kamu berkelahi lagi, Sean?" Tanya Jovandra, ia sangat berusaha memendam emosinya agar tak meledak. Tapi sepertinya.. usaha pria itu terbuang sia-sia, dan tangan besar milik Jovandra sudah terlanjur melayangkan tamparan untuk Sean yang terlihat menunduk di depannya.

plakk!

Tamparan pertama kali yang Jovandra lakukan terhadap anaknya.. rasanya sakit juga, ya?

Kepala Sean tertoleh saat tangan besar papanya menyapa permukaan kulit putih milik Sean, rasa perih dan panas mulai menjalar disana. Anak itu tak berani sekedar melihat wajah papanya yang terlihat memerah akibat emosi yang menguasai papanya.

"Papa cukup sabar untuk menghadapi ini sebelumnya.." Pria itu menarik nafas sebelum melanjutkan perkataannya, "tapi kesabaran papa ada batasnya, dan.. enough."

"Cobalah untuk tidak terlibat dalam masalah, lagi, papa menerima pesan dari sini." Geram Jovandra sembari menunjuk handphone miliknya dengan tangan yang terlihat gemetar.

Sean diam, selain menahan emosi yang ingin melunjak keluar dari dalam dirinyaㅡSean juga menahan kata-kata yang berputar-putar di kepalanya sendiri. Ugh, entah mengapa Sean ingin mengatakan semua keadaan nya saat ini.

Happiness For Sean.Where stories live. Discover now