Chapter 41

1.7K 242 10
                                    

Selamat Membaca
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Pagi hari yang cerah, matahari menyinari kamar seorang lelaki muda yang sepertinya sangat nyaman dalam tidurnya. Namun mentari memaksanya untuk bangun sekarang, dikarenakan dikeberangkatannya untuk ke Jakarta adalah jam 10 pagi.

Ia terbangun dari tidurnya, lelaki tersebut langsung mengambil handphone nya, guna melihat jam berapa saat ini.

Saat ini waktu menunjukan pukul 7.30 pagi, dia meregangkan seluruh otot otot tubuhnya.

Ah, nikmat sekali rasanya.

Namun, dia tidak dapat berlama lama dikamarnya hanya untuk berleha-leha, dia menebak jalanan pasti akan sedikit macet, jadi dengan cepat lelaki tersebut yang lain dan tidak bukan adalah Ravadel Bumi Adhiaksa, langsung menuju ke kamar mandi untuk segera mandi kemudian bersiap.

Hari ini adalah jadwal keberangkatannya ke Jakarta, kota dimana dia tumbuh dari anak anak menjadi seorang remaja lalu dewasa.

Dia kesana berniat hanya untuk menebus motor peninggalan sang ayah yang sempat ia gadaikan ke salah satu temannya, untuk modalnya di Bandung.

Sebenernya bukan keinginan Rava untuk menggadaikan motor dengan sejuta kenangan tersebut, namun apa daya, hanya itu harta yang Rava punya saat itu.

Hanya uang dari hasil gadai motor itulah yang dapat membuatnya lari dari rasa sakitnya.

Saat ini waktu menunjukan pukul 9.10 Rava telah berada dibandara, dia menghirup udara disekitarnya dalam dalam, dia tidak siap untuk bertemu dengan Flora, namun dia sangat sangat merindukan adik kecilnya, Naisha.

Padahal baru 4 bulan lebih Rava meninggalkan kota Jakarta, namun terasa seperti sudah bertahun tahun.

Rava sangat sangat merindukan sang bunda, bunda yang selalu mengertinya, bunda yang sangat paham dengan dirinya, bunda yang telah membesarkan, bunda yang tak pernah berbicara dengan nada tinggi dengannya, bunda yang sangat memanjakannya. Namun apalah dayanya, nyatanya Rava tak dapat membalas seluruh pengorbanan sang bunda, dia malah membalas dengan sesuatu yang menyebabkan sang bunda akhirnya memutuskan untuk mengakhiri nyawanya sendiri.

Saat ini Rava telah berada dikursi pesawat, dia duduk dengan tenang, yang kebetulan kursinya tepat disebelah jendela.

Namun lamunannya sedikit terganggu saat ada seorang wanita duduk disebelahnya.

"Ekhem.." Perempuan itu bersuara, membuat Rava menoleh ke arahnya

"Apa kabar?" Tanya si perempuan

"Chika?" Kaget Rava, ternyata perempuan yang duduk disebelah kursinya adalah Chika.

Ya, Yessica Aurelie Pramoedya.

"Ngapain kamu disini?" Tanya Rava, membuat Chika tersenyum tipis

"Ya ikut ke Jakarta lah"

"Ikut ke Jakarta?" Rava mengulang ucapan Chika

Chika mengumpat dalam batinnya, dia salah bicara, Rava pasti berpikir jika dia membuntutinya, ya walaupun begitulah adanya.

"Ini apa, itu, balik lagi ke Jakarta, dan kebetulan kita ketemu, iya haha kebetulan banget ya" Ucap Chika sembari menggaruk tengkuknya yang sebenarnya tak gatal

Ravadel Dan CintanyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang