Chapter 30

1.6K 220 16
                                    

Selamat Membaca
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Seminggu pun berlalu, luka tusukan ditangan Rava pun kini kian membaik. Dia sudah dapat melakukan aktivitasnya seperti biasa.

Namun, akhir akhir ini pikiran Rava dipenuhi dengan Chika yang sudah menghilang selama satu minggu terakhir ini. Pertemuan terakhirnya dengan Chika ialah saat minggu lalu, beberapa jam sebelum Rava terbangun diranjang rumah sakit.

Dan juga, wanita yang menolongnya saat dia ditusuk oleh beberapa orang yang tak ia kenal, hilang begitu saja. Saat dia menanyakan identitas wanita yang mendonorkan darahnya untuk dirinya, pihak rumah sakit pun mengatakan jika wanita itu tidak ingin identitasnya diketahui oleh Rava. Hal ini lah yang membuat Rava semakin penasaran siapa sebenarnya sosok wanita itu.

Dan saat ini Rava tengah berdiri didepan pintu gerbang rumah Chika. Dia heran saat melihat rumah Chika lebih terang dari biasanya, dan terdapat beberapa mobil mewah, mungkin sekitar 10 mobil terparkir disana.

"Mas Rava cari siapa?" Rava sedikit tersentak saat seseorang tiba tiba muncul dan langsung berbicara kepadanya

"Pak Jukri, saya cari Chika pak, Chika nya ada?" Tanya Rava dengan senyum tipisnya

Pak Jukri tak langsung menjawab, dia terlihat seperti seseorang yang baru saja ketahuan mencuri.

"Pak?" Panggil Rava karena merasa aneh melihat pak Jukri yang bertingkah aneh.

"A-anu mas, non Chika nya lagi-, lagi diluar negri, iya diluar negri, ikut ibu" Rava mengangkat salah satu alisnya, dia cukup terkejut mendengar penuturan pak Jukri

"Kemana pak kalau boleh tau"

"ke Singapore mas"

"Terus itu kok kayak ada acara pak?"

Mata Jukri menelusuri sekitar, mencoba mencari kata apa lagi yang harus dia lontarkan.

"Oh iya i-itu acaranya bapak sama rekan kerjanya mas" Rava pun mengangguk mencoba mempercayai apa yang pak Jukri katakan

"Yaudah kalau gitu pak, kalau Chika nya udah pulang, tolong bilangin suruh bales chat dari saya ya pak, makasih pak" Ucap lalu pergi menuju ke arah motornya

Sedangkan itu pak Jukri kini menatap sendu ke arah Rava yang sudah pergi dari perkarangan rumah Pramoedya.

"Kasian mas Rava, semoga kamu kuat ya mas" Ucap pak Jukri lalu kembali ke dalam rumah, berniat melanjutkan pekerjaannya.
.
.
.
.
.
.

Jessi menatap ke arah Ollan yang sedang merokok disampingnya sekarang.

"Bisa nggak sih, stop ngerokok!" Ucap Jessi, membuat Ollan malah menghembuskan kepulan asap rokok ke arah wajah Jessi sekarang

Jessi menutup matanya, dia sedikit terbatuk, tangannya pun bergerak ke kanan dan ke kiri diatas udara, mencoba menghilangkan asap rokok tersebut.

Plakk!!

Ollan sedikit meringis, saat pipinya terasa panas akibat ditampar oleh Jessi.

Ravadel Dan CintanyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang