🍀04

29K 2.3K 523
                                    

Memasuki rumah dengan tenang, Kayana sudah mendapati sosok sang ibu yang sedang bercengkerama dengan seseorang lewat telpon. Wanita itu memilih untuk tidak mengganggu, malah kini kedua maniknya memindai rumah mewah yang mana setiap sudutnya berisi guci-guci serta lukisan-lukisan mahal.

Di bagian ruang tengah ada foto keluarga yang terpajang cukup besar.

"Kay?"

Panggilan dari Raisa-ibunya berhasil menarik Kayana dari aktivitasnya. Mengulas senyum tipis, Kayana berjalan mendekati wanita yang telah melahirkannya itu kemudian memeluknya singkat.

"Ini gak salah?"

Setelah pekukan keduanya terlepas, Raisa melemparkan pertanyaan seraya meneliti penampilan Kayana yang jauh dari biasa.

"Lagi pengen ubah penampilan aja, Ma." selorohnya sambil duduk diikuti Raisa setelahnya.

"Mama hampir pangling loh. Jujur aja, kamu beda."

"Tambah cantik ya, Ma?" sela Kayana dengan tampang lempeng andalannya. Tangannya meraih kue kering yang berada di atas meja lalu mulai memakannya.

"Apapun yang kamu pake tetap cantik kok, tapi..." ucapan Raisa menggantung pun kunyahan Kayana yang melambat.

"Kamu itu kurus, gak masuk kalo pake dress gini. Bagusan pake celana aja, supaya orang-orang gak terlalu merhatiin tubuh kamu."

Itu bukan suara Raisa, melainkan sosok pria paruh baya yang baru saja turun dari lantai dua.

"Mas," suara Raisa seakan memperingati suaminya yang berbicara terlalu jujur.

"Aku ngomong gini juga demi kebaikan dia. Papa gak larang kalo mau ngikut fashion, tapi liat juga apakah pakaian itu bisa menyatu sempurna di badan kita atau tidak. Papa yang laki-laki aja ngerti masalah beginian, masa kamu nggak," ujar Temy yang mana ikut memindai penampilan Kayana yang berubah.

"Berapa berat badan kamu?" kali ini Temy mengalihkan pembicaraan, Raisa hendak menyela tetapi suara Kayana keburu membalas pertanyaan itu.

"40, Pa." jawabnya dengan intonasi kecil.

"BB 40 dengan tinggi 157. Itu jauh Kay, saran Papa naikin lagi bobot tubuhnya baru bisa layak kayak adik kamu, Karumi."

Kayana menghela napas panjang, lagi-lagi pembicaraan ini. Dia tidak bisa menampik, banyak yang mengatakan bahwa Kayana terlalu kurus hingga di diagnosa kekurangan gizi oleh orang-orang sekitar.

Tujuan Temy mengatakan itu memang tidak salah.

Berat badannya memang sulit naik meski Kayana berusaha. Pernah dia meminum obat penggemuk, tetapi malah perutnya yang tinggal membesar alih-alih badannya. Ditambah Kayana kini mengemban posisi tertinggi di perusahaan mengakibatkan jadwal makannya tidak teratur bahkan tak jarang asam lambungnya kumat.

Terang saja dia selalu mendapat perbandingan bersama Karumi.

Tubuh adiknya adalah idaman kaum hawa di mana beberapa bagian berisi begitu sempurna. Tubuhnya memiliki tinggi 160, begitu semampai terlebih ketika berjalan maka semua mata akan terpusat padanya.

Memikirkan itu Kayana jadi tidak heran bila Arras lebih memilih menjatuhkan hatinya pada Karumi ketimbang dirinya yang jauh dari kriteria.

Menghela napas pendek, Kayana bergumam kecil.

🍀🍀🍀

Malam harinya Karumi baru pulang ke rumah setelah menghadiri acara ulang tahun lawan mainnya.

Baru saja ingin memasuki kamarnya, perhatiannya diambil oleh kehadiran Kayana yang sepertinya hendak keluar.

"Kak Kay mau kemana?"

Lembayung TerakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang