Jalanan di kota menjelang sore itu cukup padat di karenakan waktu para pekerja pulang. Sementara itu di tempat lain, seseorang baru saja terbangun dari tidur panjangnya dengan perasaan linglung.
Pandangannya menyapu isi ruangan yang dominan putih itu sebelum kemudian sebuah ingatan menyerbu kepalanya. Buru-buru dia bangkit sedetik kemudian meringis memegang kepalanya dan baru ia sadari tengah memakai masker oksigen.
"Kay," suara lirihnya memanggil nama wanita itu sayangnya hanya dirinya seorang yang berada dalam ruangan yang ia yakini rumah sakit.
Seluruh tubuhnya tidak bertenaga, seakan dia baru saja terbangun dari tidur panjangnya. Akhirnya yang ia lakukan memandang plafon kamar sembari menunggu seseorang masuk ke ruangannya.
Selang beberapa menit kemudian, suara pintu dibuka dari luar.
Pandangannya teralih, terdapat seorang perawat yang terkejut melihatnya.
"Pak Regan," sang perawat nyaris terpekik, gegas dia menghampiri brankar pria itu lalu menekan tombol emergency di sana. Kedua tangannya sibuk memeriksa peralatan yang menunjang kehidupan Regan, setelahnya memeriksa denyut nadinya.
Beberapa menit kemudian, seorang dokter beserta perawat laki-laki memasuki ruangan Regan. Segera setelah itu dilakukan pemeriksaan sedangkan Regan hanya terbaring melihat kegiatan mereka.
"Pak Regan, bisa beritahu kami apa yang Anda rasakan? Mungkin sakit di bagian tertentu?" dokter bertanya yang mana berhasil membuat Regan menggeleng.
"Di mana istri saya?" tanyanya masih dengan suara parau.
Semua yang ada di sana saling lempar pandang, seakan berbicara lewat pandangan.
"Istri? Apa sebelumnya Anda sudah menikah?"
Regan mengerjap mendengarnya, pertanyaannya selama ia dirawat apakah Kayana tidak datang menjenguknya sehingga para tenaga medis itu mempertanyakan keberadaan istrinya?
"Lembayung Rinai Kayana. Kayana, di mana dia?"
"Aah~ wanita itu. Tadi pagi dia ke sini menjenguk Anda, biasanya malam lagi dia akan datang. Selalu rutin selama Anda koma 1 tahun."
Satu tahun?
Regan koma selama itu?
"Kami akan menghubungi beliau karena sempat mengatakan untuk dihubungi bila Anda mengalami perkembangan." ujar sang dokter sambil mengkode asistennya untuk melakukan apa yang ia katakan beberapa saat lalu.
Kembali Regan melakukan segala pemeriksaan sebab menjadi pasien rumah sakit dengan mengalami koma yang cukup lama. Tak lama matanya memberat, dia biarkan perawat beserta dokter melakukan pekerjaannya.
Hingga panggilan pelan dari suara terdengar mengganggu, Regan mencoba bangun. Hal pertama yang ia lakukan ialah menyesuaikan cahaya yang berlomba-lomba masuk ke dalam retina matanya. Barulah setelah itu Regan menjatuhkan pandangannya ke samping.
Sosok yang ia tunggu akhirnya datang, senyumnya tersungging begitu lebar.
"Regan." Kayana memeluk tubuh ringkih itu meski tidak begitu erat.
Dia teramat bersyukur sebab sosok yang ia tunggu kesadarannya akhirnya tiba.
"Masih oke kok, btw anak kita mana?" tanyanya mengingat Regan koma selama setahun. Bila di hitung dari sekarang seharusnya anaknya sudah berusia kurang lebih satu tahun.
Pelukan Kayana terlepas, lalu berganti menatap Regan rumit.
"Anak? Kita?"
Regan mengangguk namun di luar dugaan Kayana malah menggeleng pelan. "Kamu baru bangun, kata dokter sedang masa pemulihan. Wajar sih kamu ngomong aneh kayak gitu." gumamnya menarik kursi agar lebih dekat dengan lelaki itu.
![](https://img.wattpad.com/cover/367424801-288-k239565.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Lembayung Terakhir
FantasiaLembayung Rinai Kayana. Wanita itu tidak menyangka bahwa hidupnya dalam sekejap hancur berkeping-keping setelah mengetahui fakta menyakitkan tentang suaminya-Arras Galama Ravin. Kayana pikir, Arras juga mencintainya. Ternyata semua itu hanya kepalsu...