🍀12

24K 2.2K 754
                                    

Di malam yang mencekam itu, terdapat beberapa mobil melaju mengikuti sebuah mobil di depan. Para bawahan Arras sedikit memelankan mobil mereka tatkala sang bos memberhentikan kendaraaanya.

Nampak dari posisi, mereka bisa melihat sebuah mobil terbalik di sana. Semuanya keluar, pun Arras yang dengan langkah santainya mendekati mobil putih tersebut. Tanpa di komando, mereka bergegas menghampiri mobil yang sudah ringsek parah tersebut meneliti bagaimana keadaan wanita yang mengendarainya beberapa saat lalu.

"Bos, dia tidak ada." lapor salah satu dari mereka menjadikan Arras yang bersandar pada kap mobil mengangguk paham.

"Cari, dia pasti belum jauh dari sini dan periksa juga setiap rumah sakit." titahnya berjalan masuk ke dalam mobilnya.

Hampir sejam Arras melakukan perjalanan sebelum mobilnya memasuki rumah sederhana yang nampak asri di pandang. Rupanya, Arras sudah ditunggu oleh sosok lain. Padahal hari sudah tengah malam.

"Wah, ada apa ini?" tanyanya ramah sambil mendekati sosok yang terlihat tersentak dari tidur duduknya.

Menegakkan kembali punggungnya, netranya memindai penampilan Arras yang nampak biasa-biasa saja. Pun ia kaget lantaran pria itu masih tinggal di rumah lamanya yang jauh dari kesan mewah.

"Saya ingin berbicara, belakangan ini kamu susah ditemui." akunya dengan manik selalu mengikuti kemana Arras bergerak. Saat pria itu membuka pintu rumahnya dan mempersilakannya masuk, sepintas muncul keraguan tetapi dia sudah sejauh ini hingga rela menunggunya selama berjam-jam di depan teras.

"Ayo Bu Raisa." ajaknya yang mana sudah melangkah duluan masuk ke dalam.

Perlahan ia mengikuti Arras, pintu rumah ia biarkan terbuka seakan Arras mengatakan bahwa Raisa bisa berteriak jika sesuatu terjadi.

"Saya buatkan mi—"

"Tidak perlu Pak Arras, saya di sini hanya ingin berbicara serius. Berdua."

Arras yang hendak ke dapur, menghentikan niatnya lalu duduk di hadapan Raisa.

"Silakan."

Raisa menautkan kedua jemarinya dengan pandangan yang berpencar ke sana kemari. "Saya tau sudah banyak yang terjadi belakangan ini. Secara pribadi saya minta maaf tentang yang terlewati di masa lalu. Saya tau kamu pasti terpukul dan saki hati, untuk itu saya minta maaf yang sebesar-besarnya,"

Raisa menundukkan kepalanya saat memulai percakapannya. 18 tahun lalu, sebenarnya Raisa bisa mencegah apa yang suaminya lakukan. Tetapi dengan iming-imingan hidup mewah dan kehidupan yang terjamin, jelas membuatnya tergiur. Dan tiba waktunya, bagai bom waktu, Kayana membuka rahasia besar yang disimpan. Fakta lainnya adalah karena Arras adalah anak kandung konglomerat yang telah sang suami lenyapkan.

"Saya tau mungkin ini terkesan tidak tau diri, setelah hari itu kehidupan kami berputar 180 derajat. Nama suami saya sudah tercoreng di mana-mana sebagai pembunuh sahabatnya. Bisnis yang ia olah juga mengalami penurunan signifikan. Jika bisa,  bolehkah saya meminta agar Pak Arras membantu? Tidak dengan materi, tetapi costumer yang selama ini setia bisa kembali lagi."

Permintaan itu nyaris membuat Arras menyemburkan tawanya namun dia tahan dengan mengaruk pelipisnya sebagai pengalihan.

"Bu Raisa, sejujurnya apa yang dilakukan Kayana dengan mengembalikan seluruh aset keluarga saya cukup membuat saya terkesan. Tapi, itu tidak cukup. Jika mau saya bisa mengembalikan semuanya yang telah jatuh ke tangan saya dengan satu syarat."

Kepala yang tadinya menunduk, perlahan terangkat setelah mendengar kalimat terakhir pria yang diisukan dekat dengan anak bungsunya yang tak lain Karumi tersebut.

Lembayung TerakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang