Aku adalah seorang siswi di SMA JKT48 yang menjadi sekolah favorit di ibu kota. Dengan akreditas A, siapa saja pasti akan berusaha dengan keras agar bisa memasuki sekolah ini.Termasuk aku, aku sudah berusaha semaksimal mungkin agar masuk di sekolah ini. Hampir di semua mata pelajaran nilai ku tinggi dan cukup, sayangnya waktu pengumuman aku tidak lolos.
Bagaimana bisa begitu? Ada satu mata pelajaran yang memang aku tidak mengerti sama sekali dari dulu, Matematika.
Tapi, dengan koneksi Ibuku yang mengenal Kepala Sekolah, aku berhasil lolos.
Ngomong-ngomong aku belum memperkenalkan diri ya? Namaku Freyana Shifa Tamara. Nama yang cantik bukan? Iya dong, Mamaku aja cantik.
Hari ini Rabu adalah hari yang tidak aku sukai, selain karena adanya jadwal matematika, Bu Flora adalah guru yang kasar dan kejam.
Aku pernah dibentak karena tidak memperhatikannya saat menerangkan materi di depan. Akibatnya aku harus menulis ulang rumus-rumus satu bab di buku tulis ku.
Kejam sekali dia! Aku tahu aku salah, tapi apakah tidak ada hukuman yang lainnya? Ini sangat melelahkan!.
Dan saat ini adalah pembagian hasil ulangan harian. Seperti sebelum-belumnya, aku masih saja mendapatkan nilai di bawah teman sekelas ku.
Kini giliran ku untuk maju dan mengambil kertas itu.
"Freya Freya...". Bu Flora menggelengkan kepala.
Iya-iya aku tahu nilaiku jelek!.
"Mau sampai kapan kamu kaya gini?".
"Nilai kamu di bawah rata-rata terus loh".
Aku hanya menunduk mendengar omelannya. "Maaf Bu".
"Jangan minta maaf sama saya, minta maaf sama orang tua kamu yang udah sekolahin". Aku tahu! Tapi mau bagaimana lagi?.
"Nanti pulang sekolah temui saya di ruangan saya, ngerti?".
"Iya bu ngerti".
Bu Flora menyerahkan kertasnya, lalu aku kembali ke tempat duduk semula.
"Gimana Fre?". Tanya teman sebangku ku.
"Ga gimana-gimana Del".
"Maksudnya gimana tadi sama Bu Flora lu diceramahin kan?".
"Iya gue disuruh keruangannya nanti".
"Waduh".
"Kenapa emang?". Tanyaku kebingungan.
"Kata Kakak gue, siapa pun yang dipanggil ke ruangan Bu Flora udah pasti dipanggil orang tuanya".
"Adel jangan bercanda deh".
"Serius Fre, Kakak gue sendiri buktinya".
Aku semakin lemas memikirkan apa yang akan terjadi nanti. Akan kah Bunda dipanggil ke sekolah juga? No, aku tidak mau itu terjadi.
—
Pulang sekolah, dimana seharusnya jadwal para murid untuk pergi ke rumahnya atau bermain bersama teman mereka.
Tapi tidak dengan ku, karena saat ini aku menuju ruangan Bu Flora yang berada di sebelah ruang guru.
Kenapa ruangannya terpisah?. Entah lah, kata Adel agar bisa berbicara dengan wali murid mereka dan tidak membuat guru lain merasa terganggu, masuk akal sih.
Tok tok tok...
Aku mengetuk tiga kali saat berada di depan pintu yang bertuliskan Flora Shafiqa, S.Pd. Hebat sekali beliau ini, padahal usianya masih 27 tahun.