Sore itu mereka berdua menuju kediaman Aran.Meskipun Ferrel tidak menuruti ucapan Mamanya agar tidak menikah dengan Jessi, bukan berarti ia anak yang bandel atau nakal.
Seperti saat ini, ia menuju ke rumah orang tuanya dengan tergesa-gesa. Ferrel tidak mau jika Mamanya kenapa-napa.
Saat tiba, ia langsung berjalan cepat menuju kamar orang tuanya dengan menarik tangan Jessi agar tidak tertinggal.
Ferrel membuka knop pintu dan terlihat Ayahnya tengah menyuapi mamanya yang terbaring lemas di atas ranjang.
"Mama!". Ferrel terkejut melihat kondisi mamanya yang seperti tidak semangat untuk hidup.
"Mah, mama kenapa bisa gini mah?!".
Chika hanya tersenyum simpul sembari mengelus kepala Ferrel.
"Cucu Mama mana nak? Mama mau gendong cucu".
Jessi yang mendengar itu hanya diam mematung, ia merasa tidak enak dan sangat malu karena belum hamil juga.
"Sabar Mah". Ucap Ferrel menenangkan mamanya.
"Sampai kapan?! Sampai kapan Mamah nunggu?! Sampai Mama mati?!".
Mereka semua yang mendengar ucapan Chika, terkejut bukan main. Bisa-bisanya Chika berkata seperti itu.
Tiba-tiba Jessi berlutut di hadapan Mama mertuanya. "M-Maaf Ma". Ia mulai meneteskan air mata.
"M-Maaf Jessi b-belum hamil".
Ferrel meraih pinggang istrinya untuk menenangkannya. "Udah gapapa".
"Mama maafin. Tapi ada syaratnya". Ucap Chika.
"A-Apa Ma?". Tanya Jessi.
"Kamu harus izinin Ferrel—suami kamu nikah lagi".
"Apa-apaan sih Ma?!". Ferrel tidak setuju dengan itu.
Deg....
Sejenak jantung Jessi merasa ingin copot, tapi ia mencoba kembali menenangkan pikirannya dan menarik nafas dalam-dalam lalu menghembuskannya.
"Iya Ma, aku izinin".
"Jess???". Ferrel heran mengapa istrinya mengizinkannya untuk menikah lagi.
Chika tersenyum mendengar itu. "Yaudah, besok temen mama mau ke sini. Kamu pake yang rapi ya Rel". Ucap Chika pada anaknya.
"Besok banget Mah?". Chika mengangguk.
Ferrel menoleh pada Papanya. "Pah?".
"Nak, mau ya? Demi kesehatan Mama kamu".
Akhirnya Ferrel mengangguk pasrah menuruti permintaan Mamanya untuk menikah lagi di esok hari.
Padahal Ferrel saja belum kenal, bahkan belum pernah bertemu dengan anak teman Mamanya itu. Tapi ia sudah harus menikahinya esok hari.
Ferrel kembali ke rumahnya dengan perasaan campur aduk.
"Jes...".
"Kenapa?".
"Kamu yakin, setuju sama ini?".
Jessi hanya tersenyum. "Gapapa, demi Mama Chika sehat lagi, aku rela kok".
Ferrel tak kuasa menahan air matanya lagi, ia memeluk Jessi sangat erat. "M-Maaf Jes, a-aku beruntung punya istri kaya kamu".
"Udah jangan nangis. Mana suami aku yang biasanya senyum terus suka godain aku hm?". Ucap Jessi mengelus punggung Ferrel.
Ferrel melepaskan pelukannya dan menatap Jessi.
"Sebelum besok aku nikah lagi, malam ini kita main yuk?". Ajak Ferrel.