Shani Indira Natio. Seorang janda kaya raya yang menjadi pemilik perusahaan terbesar di Indonesia, rumahnya yang megah bak istana itu menjadi tempat tinggal Shani dan anak satu-satunya.Angelina Christy Natio. Anak dari pasangan Shani dan Gracio. Namun sayang, saat Christy menginjak usia dua belas tahun, ia harus kehilangan sosok Ayah dalam hidupnya karena mengalami kecelakaan.
"Mamiii Christy berangkat dulu yaa!".
"Kamu berangkat sama siapa nak?!".
"Christy udah dijemput temen Mii dadaahh!"
Setelah Christy berpamitan pada Shani, ia segera berlari menuju teras rumahnya.
"Maaf ya Rel, Christy lama siap-siapnya". Ucapnya sedikit menunduk ia takut jika temannya—Ferrel marah.
"Gapapa kok tenang aja aku ga marah". Ferrel mengelus kepala Christy dengan lembut agar ia tidak merasa bersalah.
"Hehe kalo gitu berangkat yuk?".
"Iya ayo". Lalu Ferrel membantu Christy menaiki motornya dengan hati-hati.
Perlu kalian ketahui, Christy adalah gadis polos yang tidak mengetahui dunia luar. Selama ini tidak ada yang mau berteman dengannya.
Christy hanya datang ke sekolah untuk belajar, bahkan saat jam istirahat pun ia jarang sekali pergi ke kantin karena sudah membawa bekal dari rumah. Ia akan langsung pulang karena Shani selalu menjemputnya. Christy adalah gadis yang baik!.
Tetapi Ferrel, ia adalah teman pertama Christy. Ferrel melihat Christy sendirian saat MPLS pada waktu pertama kali masuk SMA.
Dengan sifat Ferrel yang bisa dibilang extrovert, ia berjalan mendekati Christy sedang memakan bekalnya saat itu.
"Halo".
Christy mendongak dan melihat Ferrel di depannya. Ia memberanikan diri untuk berinteraksi dengannya. "H-Halo".
"Aku boleh duduk sini ga?".
Dengan perasaan sedikit ragu Christy akhirnya ia memperbolehkan Ferrel. "I-Iya boleh".
Lalu Ferrel duduk di depan Christy meletakkan bekalnya. "Aku Ferrel, salam kenal". Ferrel tersenyum ramah memperkenalkan dirinya.
"Aku Christy". Jawab Christy sedikit menundukkan kepalanya tak berani menatap Ferrel.
"Oh iya kamu sendirian? Temen kamu mana?". Pertanyaan Ferrel membuat hati Christy sesak.
Jujur saja, ia ingin memiliki teman, tetapi nyatanya mereka menghindari Christy karena sifatnya yang pendiam dan tidak berani memulai percakapan dengan orang lain.
"A-Aku ga punya temen". Ucapnya semakin pelan.
"Kalo gitu kita sama dong!". Ucap Ferrel tersenyum.
Christy kembali menatap Ferrel. "Eh?".
"Kata mereka aku ini aneh, padahal aku cuma mau temengan sama mereka doang". Sudah beberapa kali mencoba, Ferrel gagal mendapatkan teman pertamanya di SMA, ia dianggap aneh karena sifatnya yang periang dan juga sok akrab.
"Ngomong-ngomong gimana kalo kita temenan aja?".
—
Sejak saat itu, mereka berdua menjadi teman yang akrab. Bahkan Ferrel juga sering menjemput Christy ke sekolah seperti saat ini.
Kini mereka berdua telah sampai di parkiran sekolah.
"Rel".
"Hm kenapa?".
"Nanti pulang sekolah Christy mau beli buku, Ferrel mau anterin ga?".
"Iyaaa mau kok". Ucap Ferrel tersenyum.