Jangan kehilangan dirimu!!
Lepaskan, jangan biarkan dirimu tenggelam ...
Hujan deras diluar rumah, disertai angin kencang dan petir yang menyambar-nyambar. Sejak berjam-jam yang lalu, setelah Diego mengajak Rhyne pulang dengan membawa lima porsi bakso mercon dari kedai Bento dan makan bersama, lampu di seluruh ruangan sudah dipadamkan. Hanya menyisakan lampu dapur yang dibiarkan menyala.
Rhyne menarik selimutnya setengah jam yang lalu, gadis itu masih tak kunjung memejamkan mata meski sudah digerayangi kantuk sedari tadi. Setelah si kembar pamit tidur lebih dulu, kini ia didera sepi. Sendiri. Menikmati rindu-rindu yang tak bersuara.
Hening, meski gelegar hebat terdengar mendebarkan dada gadis itu. Suara rintiknya hujan deras diatas genting serupa melodi penggiring nostalgia menurut Rhyne. Sebab entah sejak kapan, setiap kali hujan turun Rhyne merasa kosong. Hanya bayangan kehangatan dan kebersamaan dalam benaknya yang terlihat begitu jelas dan itu membuatnya rindu setengah mati. Namun apalah daya, ilusi itu tercipta di kepalanya saja yang sebatas rindu-tak bisa dipeluknya ataupun sekedar menggenggam.
"Bu, boleh peluk?"
Setiap hujan turun, sebuah anugerah dari Tuhan yang Rhyne tidak mengerti-kenapa gadis itu begitu merasa hujan baginya adalah kapasitas rasa yang membelenggu hatinya. Dimana angan yang tak tergenggam membuatnya melihat sesuatu yang dirindu, padahal realita apa adanya adalah sesuatu yang seharusnya disyukuri. Entah, selalu saja ada sesak di dada yang merenggut senyum manisnya. Dan Rhyne merasa sendu.
Ada dahaga yang menyesakkan dadanya, bahkan ketika Rhyne begitu yakin sudah meneguk air seluas samudra ... gadis itu tetap merasa kurang.
Yang gadis itu tahu tentang hujan adalah; ada suara-suara di kepalanya yang minta didengarkan. Mungkin jika ada seseorang yang bilang; "kau tidak perlu jadi orang lain, Rhyne. Jangan terlalu lama membungkam perasaanmu. Katakanlah apa yang kau rasa, meski orang-orang di sekitarmu tak sepenuhnya benar setidaknya kau merasa tidak perlu berpura-pura tertawa. Kau tidak perlu memakai topeng untuk menutupi kesedihanmu. Aku menyayangimu, meskipun kau begitu sempurna menutupi lukamu. Kemarilah, aku akan memelukmu tanpa banyak tanya dan tanpa kau pinta."
Tidak akan ada sesak yang melegenda. Tidak ada bungkam yang membelenggu jiwanya.
Lalu saat Rhyne menemukan dirinya berceloteh riang dengan ekspresi girang juga senyuman terang, detik itu juga tidak ada putri bisu yang berperan sebagai dirinya. Sebab ia dikelilingi oleh orang-orang yang membuatnya bebas berekspresi tanpa takut dihakimi.
"Nanti kalau Rhyne udah besar mau jadi apa?"
"Jadi ibu peri"
"Memangnya kalau jadi ibu peri, Rhyne mau ngapain?"
"Mau meluk orang baik"
"Lalu, bagaimana dengan orang yang belum baik?"
"Hmm, tetap mau peluk tapi dari belakang aja bukan dari depan"
Dimalam yang dingin ini, Rhyne membiarkan air matanya tumpah ruah. Mengizinkan sesak di dadanya pergi mencari jalan keluar. Kerinduan tentang dirinya yang ingin didengarkan dengan senang hati tanpa dihakimi sempat ia tidak terima, sebab gadis itu tidak suka berharap kepada manusia jika membuatnya getir. Sekali saja, Rhyne membayangkan bahwa berharap kecil seperti itu tidaklah mengecewakan. Memeluk harapan itu begitu erat. Tapi rupanya, kenyataan lebih sinting dari sekedar asumsi akan seseorang yang memahaminya lebih dari dirinya sendiri.
Saat Rhyne menahan isakan nya sekuat tenaga agar si kembar tidak bangun, suara derit pintu terbuka terdengar di telinganya. Buru-buru Rhyne menutupi seluruh wajahnya dengan selimut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beautiful Feeling ( On Going )
Teen Fiction"Rumus dalam sebuah hubungan apapun itu agar tidak merasa saling tersakiti dan menyakiti adalah jangan terlalu berharap dan jangan pula memberikan harapan yang berlebihan" - Kepergian Reynaldi, cowok yang s...