Chapter 5: Kepingan Mimpi

57 18 20
                                    

Langit: Hai,
                Pagi
                Namanya siapa?
                Hari ini saya minta kamu isi formulir yang saya kirim, ya?
                Kirim ke email ini yaa; sky_123@gmail. com

Langit memandangi pesan itu tanpa bergeming. Sudah tiga harian ini pesannya tak terbalas, masih centang dua_kelabu. Hal itu membuat sedikit perasaan lelaki berkacamata silinder itu mengganjal.

Foto gadis itu, diam-diam ia screenshot. Selain karena penasaran siapa nama gadis itu, laki-laki berusia genap dua puluh empat tahun itu mulai merasa gusar karena event nubar antologi puisi se-Jawa Barat tinggal dua hari lagi ditutup pendaftarannya. Jika gadis itu belum mengirimkan formulir berisi data diri, bagaimana bisa Langit membantu gadis itu untuk ikut event ini?

Kemana gadis itu pergi? Apa gadis itu sedang melakukan detoksifikasi media sosial seperti yang sering ia lakukan? Atau ... terjadi sesuatu padanya?

Incoming call: Pak Adi Hutabarat

Mampus gue, mampus!

Laki-laki itu menyumpahi dalam hati begitu panggilan telepon dari bos-nya itu mengusik malamnya.

Malam ini malam Rabu, 06 Desember 2023.
Deadline dimana seharusnya ia menyetorkan data-data calon member komunitas Id. Sastra untuk event nubar antologi_seperti yang biasa ia lakukan. Biasanya laki-laki itu menyetorkan seminggu sebelum pendaftaran event ditutup,  sebagai PJ event yang bertugas selama bertahun-tahun lamanya Langit sudah paham betul kedisiplinan yang diajarkan Kepsek komunitas yang digelutinya sebagai rutinitas sampingan. Namun di bulan ini, banyak hal yang keteteran yang membuat Langit sedikit kewalahan membereskannya karena beberapa urusan yang tertinggal.

"Hallo? Iya Pak?"

"Data-data dari calon member komunitas yang sudah mengajukan persyaratan harus segera dikumpulkan lewat email saya malam ini. Saya tunggu sampai pukul dua belas" jawab suara diseberang telepon sana.

Langit menggigit bibir, ia harus membicarakan hal ini kepada Pak Adi sebelum atasannya itu mengubah peraturan komunitas.

"Begini Pak ... ada sesuatu yang perlu anda tahu. Seseorang, yang entah siapa namanya, beberapa hari yang lalu mengajukan diri untuk ikut event nubar antologi ini dan masalahnya adalah ..."

"Dia berdomisili di Jawa Timur"

Laki-laki yang usianya lima belas tahun lebih tua darinya itu menghela napas. "Lang? Kamu tidak lupa kan peristiwa 16 Oktober 2020 lalu? Untuk mengantisipasi kesalahan fatal itu terjadi yang kedua kalinya, jangan mudah percaya pada orang baru"

Pikiran Langit menerawang pada kejadian tiga tahun yang lalu. Dulu, waktu komunitas sedang damai-damainya karena kestabilan dan kekompakan para member juga staf-staf kepengurusan dalam menggeluti bidang tulisan yang mendalam, sesuatu yang buruk terjadi. Langit merekrut beberapa calon member dari kalangan luar provinsi pada event special Ramadhan se-Jawa Barat dan memastikan mereka lolos seleksi.

Setelah event itu selesai dan mereka berhasil menjadi member komunitas, dua mingguan berkolaborasi banyak hal bersama para penulis muda pada batch-batch sebelumnya, mereka melakukan plagiasi karya mulai dari desain sampul buku, gagasan cerita hingga konflik cerita yang terencana.

Plagiasi satu novel yang berujung dengan proses hukum, Pak Adi kalah telak karena kekuasaan, pada awalnya. Rupanya, tiga orang yang Langit bantu untuk masuk komunitas Id. Sastra dengan mudah itu adalah orang-orang yang licik. Mereka membuat surat pernyataan palsu bahwa pihak komunitas lah yang melakukan plagiat karya mereka sehingga Pak Adi rugi besar membayar konsekuensi yang ditudingkan pihak lawan.

Beautiful Feeling ( On Going )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang