YOU POV
"Jadi, kau tetap ke internet cafe dekat kantor?" tanya Sunghoon yang langsung aku jawab dengan anggukan kepala. Saat ini, kami sedang berada di dalam bus yang akan mengantar kami kembali ke apartemen kami masing-masing. Kebetulan, Sunghoon dan aku berada dalam satu gedung apartemen yang sama, hanya berbeda lantai karena lokasinya sangat berdekatan dengan kantor kami.
"Kenapa ga istirahat dulu, langit juga sepertinya mendung." Sunghoon berusaha memberi masukan padaku dengan cara yang lembut. Aku pun dengan senang hati menerimanya, namun janjiku pada Sunoo tak bisa begitu saja aku batalkan.
"Aku sudah janji sih, lagipula besok kan libur empat hari. Bosan tau di apartemen aja." jawabku yang langsung dijawab anggukan kepala oleh Sunghoon. Namun, suasana tenang diantara kami tak berlangsung lama karena Sunghoon kembali mengingatkan tentang kejadian mengerikan yang baru saja kami lihat secara langsung.
"Oh iya, libur empat hari ya? Jadi, bagaimana kita memberitahukannya pada pak Hanseo dan pak Yeonsang?" tanya Sunghoon. Aku hembuskan napas kasar, tiba-tiba terpikirkan sebuah cara unik yang unik untuk menghentikan penyimpangan di gedung karaoke ilegal tersebut. Sangat bertepatan dengan bus yang kami naiki berhenti di halte tujuan kami, langsung aku ajak Sunghoon turun dari bus ini lalu mencari sebuah telepon umum.
Setelah berada di dalam box telpon umum, aku jelaskan ideku pada Sunghoon yang langsung ia setujui tanpa berpikir panjang. Tak lupa kami hapalkan nama daerahnya dan lokasi tepat gedung karaokenya dari pesan yang pak Yeonsang kirimkan ke grup chat kami. Setelah merasa siap, Sunghoon mulai panggilan ke nomor telepon polisi yang tercantum pada dinding telpon umum tersebut.
Sunghoon tak menyampaikan nama aslinya, lelaki itu begitu to the point melaporkan segala situasi dan lokasi gedung karaoke tersebut. Setelah mengutarakan seluruh informasi yang kami ketahui, langsung Sunghoon matikan panggilannya lalu menoleh ke arahku yang mulai bersandar lega pada dinding kaca telepon umum.
"Bagaimana? Sedikit lega? Yang penting kita sudah membantu semampunya, kamu tak boleh khawatir lagi ya." ucap Sunghoon sambil menatap mataku intens. Tanpa sadar, aku tersenyum bahagia sambil terus memperhatikan wajah rekan kerjaku tersebut secara terang-terangan.
Demi tuhan, dari segala sisi wajah Sunghoon terlihat begitu mempesona. Tak hanya tampan, alis Sunghoon sangatlah tebal, hidungnya mancung natural, jakunnya bahkan terlihat begitu menggoda, dan jangan lupakan jawline-nya yang begitu tegas, seperti sifat asli Sunghoon.
Tanpa sadar, aku terus memperhatikan wajah Sunghoon hingga ku rasakan jemari panjang Sunghoon terulur ke wajahku. Ia berusaha menyingkirkan helaian poniku sambil berkata, "Ajarin aku memainkan game yang sering kamu mainkan di warnet itu dong~" terdengar begitu manja, tak seperti Sunghoon biasanya.
Membuatku malu sendiri sampai menundukkan kepalaku. Kini fokus perhatianku teralihkan pada tubuh Sunghoon yang semakin mendekat ke arahku. Entah mengapa, aku seperti tak ingin menghentikan interaksi intim di antara kami begitu saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANIMALS
TerrorJadi, apakah nikmat dan kebahagiaan yang kita rasakan di dunia, masih bisa disebut dengan surga?