2. Captain

274 31 9
                                    

Zidane tiba-tiba merangkul bahu Anindya yang kala itu tengah berjalan menuju area parkir motor. Perlakuan Zidane yang tak disadari Anindya sebelumnya, membuat gadis itu terlonjak kaget. Namun, embusan napas lega langsung keluar dari belah bibir Anin, ketika mendapati sang teman lah yang mengejutkannya.

Anak band itu terkekeh jahil melihat wajah Anindya. Merasa berhasil mengagetkan sang teman sekaligus wakil ketua kelasnya.

"Kebiasaan banget! Suka ngagetin."

"Lo nya aja yang gak sadar tempat. Ngapain ngelamun sambil jalan coba?" balas Zidane tak mau bersalah. "Lagian, ngapain lo ke parkiran? Emang bawa motor?" imbuhnya lagi.

Perkataan Zidane sukses menyentak Anindya sampai benar-benar sadar akan keberadaannya saat ini. Lantas, ia menggaruk tengkuknya yang tak terasa gatal dan tertawa kaku. Menertawakan kebodohannya sendiri.

"Iya, ya! Ngapain gue ke parkiran, ya, Dan?"

Sontak saja Zidane melotot, speechless akan tingkah random Anin. "Lo beneran ngelamun, ya?!" tebaknya heboh, membuat wakil ketua kelas itu meringis pelan.

"Gak ngelamun. Cuma mikirin tugas aja tadi. Sampek gak sadar jalan ke parkiran," elak Anin dengan cengiran yang ia tampilkan.

"Tugas apaan? Lo suka banget rasanya ngomongin tugas. Mual gue, Nin."

Mendengar perkataan Zidane, gadis itu tergelak dan tak urung juga terpingkal. Hal itu tentu saja memancing minat dan perhatian banyak murid SMA Cakrawala 01 lainnya. Merasa gemas kepada interaksi mereka.

Tak heran, karena meskipun terkenal sebagai biang rusuh di kelas, Zidane merupakan anak band yang memiliki cukup banyak penggemar.

Begitu juga Anindya. Gadis yang memiliki wajah cantik, otak yang pintar dan bergabung di eks seni. Menjadikannya masuk ke dalam jajaran cewek most wanted di sekolahan tersebut.

"Ada dari Bu Siska. Nanti gue kabarin di group deh, ya. Sekalian aja gue nebeng ke lo, ya, Dan. Udah terlanjur nyampek parkiran ini," lontar Anindya dengan santainya. Berbanding terbalik dengan Zidane yang seketika mendengkus atas kelakuan bu wakilnya itu.

"Untung gue baik hati dan tidak sombong. Jadi ayolah! Gue anterin dengan selamat sampai rumah."

Perkataan Zidane yang terdengar menyebalkan itu, membuat Anindya merotasikan kedua bola matanya, merasa kesal. Jika bukan karena ingin menebeng, mungkin ia sudah menggeplak kepala pemuda berkulit tan tersebut sedari tadi.

"Woilah! Mau dibawa ke mana Bu Wakil gue itu?"

Seruan nyaring terdengar dari riuhnya para murid-murid lainnya. Mata Zidane mengedar, kemudian ia berdecak saat mengetahui siapa yang teriak tidak tahu tempat. Siapa lagi kalau bukan salah satu teman rusuhnya juga di kelas-Marcel si anak futsal.

"Berisik anjir!"

Marcel terkekeh dan berlari kecil menghampiri temannya itu. "Mau ke mana lo? Kok bawa Bu Wakil?"

"Ya pulang lah, bego!" sahut Zidane sambil mengeluarkan motor matic-nya dari area parkir.

Marcel ber-oh ria menanggapinya. Sedangkan, Anindya sudah pasrah saja melihat tingkah para biang rusuh kelasnya. Tanpa memedulikan Marcel yang masih mengoceh, Zidane menghidupkan motornya dan menarik Anin untuk segera menaiki sisi belakangnya. Kemudian, anak band itu meninggalkan Marcel yang terbelalak kesal, di area parkir tanpa merasa bersalah.

"Woi kambing! Kampret bener lo!" Marcel berseru, mengumpati Zidane yang sudah terbahak, mengendarai motornya.

Zidane melihat kekesalan temannya dari spion motornya itu pun terbahak. Hal itu akhirnya membuat Anindya tak lagi bisa menahan diri untuk tidak menggeplak punggung teman sekelasnya itu.

The Beginning [TERBIT] OPEN PRE-ORDERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang