21. Liburan

133 11 4
                                    

Leon mendatangi bangku sang wakil ketika ia baru sajaa menginjakkan kakinya di ruang kelas. Pemuda itu sepertinya merasa bersalah dengan kelakuannya yang tak bertanggung jawab semalam. Melimmpahkan pekerjaannya kepada Anindya dengan seenaknya, meskipun akhirnya Tata yang mengambil alih. Tetap saja ia harus meminta maaf agar hubungan pertemanan mereka tidak rusak.

"Nin," panggil Leon, menatap si wakil yang sedang mengobrol dengan Jeandra.

Merasa ada yang memanggilnya, Anindya memutar tubuhnya. Melihat Leon dengan taatapan bingungnya. "Kenapa, Le?"

"Gue mau minta maaf ke lo, Nin. Sorry, semalem gue main kabur gitu aja," ujar Leon  tanpa basa-basi.

"Aelah! Gue kira kenapa. Gak apa-apa. Gue minta maaf juga karena langsung marah-marah," balas Anindya terkekeh, keembali teringat tingkah lakunya semalam yang sedang sensitif.

"Ok! Berarti udah aman, kan?" tanya si ketua memastikan.

Anindya mengangguk dan memberikan kedua jempol tangannya ke arah Leon. Peertanda gadis itu sudah tak mepermasalahkan yang telah terjadi semalam.

"Oh iya! Ayo diskusi dulu sama Tata dan Jessika masalah liburan nanti," ajak Leon yang baru teringat akan pesan sang bendahara kelas pagi tadi.

"Sekarang?" tanya Anindya yang langsung diangguki oleh Leon.

Kemudian, Leon menoleh ke sepupunya berada. Tepatnya di belakang Anindya. "Gue pinjem Aninnya dulu, ya, Je?"

"Ok!"

Setelahnya Leon dan Anin menuju ke tempat Tata dan Jesssika yang tampak sibuk dengan buku agenda kelas di depanya. Lantas mereka berempat mulai untuk berdiskusi tentang rencana liburan. Memanfaatkan waktu kosong pasca ujian.

****

Tepat sebelum bel jam pulang terdengar. Leon lebih dulu mengumpulkan temannya di kelas. Sebagai ketua kelas, ia ingin menyampaikan perihal agend liburan yang sudah diputuskan tadi bersama keempat temannya.

"Guys! Minta waktunya sebentar!" Leon mengetuk-ngetuk pelan penghapus papan tulis ke meja, guna menarik perhatian teman-teman sekelasnya.

Beruntung teman-temannya lagi dalam mooode bisa diatur dengan cepat. Mereka langsung mengalihkan atensi dan fokus ke arahnya saat ini.

"Ok! Gue cuma mau ngasih info tentang liburan. Jika tidak ada kendala, sabtu besok kita sudah bisa pergi. Cuma masalahnya ... setelah tadi kita diskusi dan ngitung budget. Kita perginya gak bisa jauh-jauh. Sekiranya kita berangkat sore buat ngejar senja, nginep semalam dan pagi kita pulang. Menurut kaliann gimana?" jelas Leon panjang lebar. Tak lupa juga ia masih meminta persetujuann kepada teman kelasnya.

"Apa gak capek kalau paginya langsung pulang, Le?" Gavino dengan segera membuka suara.

"Nah iya! Kita baru nyampek tempatnya bentar doang, tidur terus pulang? Apa gak buru-buru banget itu? Apa gak tunggu agak siangan dulu pulangnya. Biar kita bisa main-main dulu," timpal Giska menyuarakan pendapatnya.

"Yoi! Nanggung banget kalau pagi langsung pulang," lontar Zidane menyetui pendapat kedua temannya.

Mendengar pendapat temannya, Leon terdiam. Pasalnya, ia sebelumnya juga memikirkan hal ini. Namun, hanya inilah solusi satu-satunyaa agar tak mengeluarkan biaya lagi.

Diamnya Leon tentu membuat teman-temannya menaruh curiga dan tanda tanya. Anindya selaku wakil dari Leon pun ikut berdiri, membantu sang ketua menjelaskan satu masalah yang dipikirkan Leon sedari diskusi tadi.

"Guys! Jadi sebenarnya bukan kita gak mau buat nunggu agak siang pulangnya. Tadi kita udah ngobrolin semuanya dengan menyesuaikan budget yang ada, biar gak ada biaya tambahan lagi. Apalagi sisa uang kas kita cuma bisa nyewa transportnya paling gak sampek siang. Makanya, mau gak mau kita pulangnya harus pagi," terang Anindya secara terbuka. Berharap teman-temannya mengerti dan mungkin bisa memberi solusi.

The Beginning [TERBIT] OPEN PRE-ORDERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang