Leon yang memang satu kompleks dengan Marcel dan Gavino, menyuruh teman sekelasnya yang laki-laki berkumpul di rumahnya selepas pulang sekolah. Untuk membahas tentang lomba. Kompleks perumahan Leon yang bisa dikatakan perumahan elit itu, memiliki sebuah lapangan basket dan sepak bola. Karena hal itu pula lah si ketua kelas 11 ips 3 itu mengumpulkan teman-temannya.
Hampir semua anak laki-laki di 11 ips 3 sudah tiba di kediaman Leon. Hanya tersisa Jean dan Beno saja. Namun, tak seberapa lama Beno datang dan disusul oleh Jeandra yang menguarkan aura kebahagiaan.
Melihat itu, tentunya membuat yang lain keheranan sendiri. Apalagi Zidane, yang sudah memicing curiga ke kapten basket di sekolahnya itu. Pasalnya, si anak band itu juga mendapatkan hal yang sama dari orang yang berbeda.
"Roman-romannya ada yang gak beres," celetuk Marcel menyela Zidane yang masih menatap curiga ke arah Jeandra.
"Yang onoh juga kek gini kemaren. Kayaknya ... ada yang kalian sembunyiin dari kita, ya?" Zidane pun ikut menimpali tanpa mengalihkan tatapannya.
Jeandra tak menggubrisnya, kapten basket itu malah dengan santainya melewati Zidane dan mengambil duduk di sebelah Leon. Membuat Zidane melongo tak percaya.
"Wah! Fix ini! Lo ada apa-apa sama Anin, ya, Je?" tembak Zidane tepat sasaran tanpa lagi pakai kode-kode.
Mendengar namanya disebut-sebut. Jeandra pun menoleh dan tersenyum lebar, hingga matanya menyipit. Semakin membuat teman-temannya merasa horor.
"Serem lo!"
"Sumpah ya Jeanjing! Lo ngeri banget!"
Leon menggelengkan kepalanya melihat tingkah teman sekelasnya yang sudah biasa ia hadapi. Kemudian, ia menoleh ke Jeandra dan menepuk pelan pundaknya.
"Udah baikan?" tanya Leon langsung pada intinya.
Masih dengan senyuman yang terpatri di wajahnya, Jeandra mengangguk sebagai jawaban pertanyaan dari sang ketua kelas. "Makasih, ya, Bro. Lo emang sepupu gue yang paling best!"
"Lah! Kalian sodaraan?" Riko kaget dengan kedua matanya yang mendelik sempurna. Yang lain juga tak kalah terkejut, mengetahui fakta yang baru mereka dengar.
Jeandra dan Leon terkekeh menanggapi teman-temannya. Lantas, mereka mulai membicarakan strategi bermain futsal dan basket yang akan mereka lakukan untuk melawan kelas lain dengan serius.
Di tempat lain, tepatnya di kediaman Anin. Para anak perempuan 11 ips 3 juga tengah berkumpul. Member yang paling banyak, perempuan pula, maka jangan heran suara mereka sudah meramaikan rumah Anin yang biasa sepi itu. Bahkan, seruan mereka sampai terdengar keluar.
"Jadi bagian beli barang-barang buat ngehias kelas Tata, Firli, Mika, Caca, Aqila, Giska. Setuju?" Anindya menoleh ke teman-temannya. Menunggu persetujuan.
"Ngikut aja gue, mah!" sahut Aqila sembari mengemil keripik kentang yang mereka beli.
"Yoi! Gue juga ngikut aja. Yang penting pas waktunya udah selesai," timpal Giska.
Anindya pun mengangguk pelan. Kemudian, ia menoleh ke sisa temannya yang belum di sebut. "Nah selain mereka, Anna, Hana, Sherli, Kinan, Jessika bareng gue beresin kelas dan mulai ngehias dengan barang-barang yang ada dulu," terang Anin lagi yang langsung diacungi jempol oleh teman-temannya.
Setelah itu mereka melanjutkan diskusi mengenai barang-barang apa yang akan mereka beli untuk menghias kelasnya. Tak lupa juga mereka membahas rangkuman-rangkuman pelajaran untuk dijadikan kisi-kisi saat lomba cerdas cermat nanti dengan sesekali bercanda ria tanpa terasa.
***
"Zidane!!!" seru Sherli saat teman rusuhnya itu malah mengambil hiasan yang akan dipasang di dinding kelasnya. Membuat gadis itu berlarian mengejar Zidane yang sudah terbahak senang.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Beginning [TERBIT] OPEN PRE-ORDER
Teen Fiction[Naskah event PENSI bersama Teorikata. Sedang dalam proses revisi untuk terbit cetak] Berawal dari salah seorang temannya yang meminta bantuan mencari kenalan anak basket. Anindya Kamala si wakil ketua kelas 11 ips 3 terjebak dalam hubungan rumit de...