11. Semakin memanas

125 21 0
                                    

Bagai semesta tak memberi dukungan. Sejak mengetahui bahwa ada kesalahpahaman antara dirinya dan Anindya, Jeandra sama sekali tak memiliki kesempatan untuk berbicara dengan gadis itu. Bahkan, pesannya juga tak kunjung dibaca. Membuat ia uring-uringan sendiri.

Teman-temannya juga tak tinggal diam. Mereka semua ikut membantu hubungan mereka agar bisa kembali seperti semula. Akan tetapi, baik dirinya dan Anindya sendiri, cukup banyak kegiatan yang berakhir tidak bertemu, selain di kelas.

"Anin!" Suara pemuda yang akhir-akhir ini sering berinteraksi dengan Anin terdengar. Menarik atensi para penghuni 11 ips 3, yang lagi ramai-ramainya.

Anindya yang sedang berdiskusi sama Leon, sontak menoleh ke arah sumber suara. "Iya, Gav. Kenapa?"

"Tinggal keterangannya aja nanti. Gue gak bisa bikinnya. Lo aja, gimana?"

Anindya mengangguk pelan. "Iya, nanti di kafe Neo aja yang deket."

Percakapan yang memang tak rahasia itu, didengar oleh seluruh penghuni kelas. Tak terkecuali Jeandra yang sok sibuk dengan ponselnya di bangku paling pojok. Iya, si kapten basket itu bertukar tempat dengan Beno, berdalih ingin mengerjakan tugas dengan tenang. Nyatanya, pemuda itu sedang kepanasan sendiri melihat interaksi Anindya bersama Gavino.

Tak lama kemudian, tepukan tangan dari arah depan terdengar menginterupsi aktifitas penghuni 11 ips 3. Di depan sana, sudah berdiri Leon dengan wajah tegasnya. Juga, Anindya yang berdiri di samping si ketua.

"Ayo duduk dulu di tempat masing-masing! Ada yang ingin gue informasikan ke kalian semua."

Mendengar hal itu, sontak saja semuanya pada kembali ke tempat duduk masing-masing. Karena, mau seheboh dan merusuh anak 11 ips 3. Kalau sudah Leon beraksi dengan tegas, semuanya langsung patuh.

Setelah semuanya sudah tenang di tempat masing-masing. Barulah Leon mulai membuka suaranya.

"Jadi, di sini gue bakalan informasikan kepada kalian. Bahwasannya dalam dua minggu lagi, akan ada acara ulang tahun sekolah," lontar Leon terhenti. Karena teman-temannya sudah kembali heboh. Namun, tak seberapa lama mereka kembali hening, tatkala ia langsung menatap tegas, seakan mengisyaratkan untuk tetap tenang.

"Oleh karena itu, pihak sekolah akan mengadakan lomba mulai minggu depan, selama seminggu penuh sampai malam puncaknya akan ada penampilan dari para pemenang lomba nyanyi," papar Leon lagi, sebelum ia mengedikkan dagunya ke wakilnya.

Anindya yang mengerti kode dari Leon, sontak berdeham pelan. "Setiap kelas harus ada perwakilan, minimal dalam tiga lomba yang berlangsung. Kalaupun lebih, justru akan lebih bagus. Karena, kita akan tanding melawan kelas lain dan menampilkan eksistensi 11 ips 3 nantinya. Lombanya juga beragam, dari olahraga, seni, akademik pun ada. Kalau kalian minat, kalian bisa segera registrasi ke Jessika dan Tata selaku sekretaris dan bendahara kelas. Gue harap kalian segera registrasi agar bisa segera didiskusikan perihal lomba-lombanya. Tapi, untuk lomba utamanya adalah lomba menghias kelas. Jadi, untuk semua harap kerja samanya. Terima kasih."

Keadaan kelas pun heboh, penghuni kelas 11 ips 3 itu mulai saling mengobrol untuk mengikuti lomba. Serta mulai mengerubungi Jessika dan Tata untuk bertanya segala macam hal.

"Woi, Nin! Ayo ikut lomba nyanyi bareng gue! Ngeband kita," ajak Zidane antusias.

"Sama Firli aja. Dia anak padus, gue anak seni lukis," tolak Anindya mentah-mentah.

"Suara lo bagus juga, ya, kampret!" Firli langsung menimpali, membuat Anin mendengkus malas.

"Ayo lah, Bu wakil! Demi eksistensi Family 11 ips 3, nih!"

"Iya, Nin. Ayo lah! Kapan lagi, kan, lo keluar kandang."

"Biar dari kelas lain gak bisa nebak kalau yang ikut lomba nyanyi itu lo. Kalau Firli, kan, udah biasa ngisi," lontar Sherli ikut membujuk.

The Beginning [TERBIT] OPEN PRE-ORDERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang