20. Rencana atau Wacana

131 13 0
                                    

Suara bel berbunyi menandakan jam kelas berakhir. Semua murid SMA Cakrawala 01 segera mengumpulkan selembar kertas ujiannya, sebelum sang wali kelas keluar dari kelasnya. Begitu seorang guru yang berjaga keluar, seruan lega tak bisa lagi ditahan oleh para murid yang selama seminggu ini sudah menjalani ujian semester ganjil.

"Akhirnya ... selesai juga ini ujian," seru Giska lega.

"Otak gue panas banget! Ngebul," timpal Zidane yang kini sudah berdiri meregangkan tubuhnya.

"Emang lo punya otak?" Marcel dengan tak berdosanya menyahut.

Mendengar itu teman yang lainnya tertawa cekikikan. Sedangkan Zidane sudah melempari teman rusuhnya itu dengan kertas lusuh buat berhitung tadi.

"Marcelina kampret!" umpat Zidane kesal.

TIdak seperti biasanya yang akan berbondong-bondong untuk pulang. Hari ini para penghuni 11 ips 3 itu masih bersantai seakan menikmati kelegaan selepas ujian di dalam kelas. Anehnya, tak ada satu pun yang beranjak untuk pulang lebih dulu.

"Eh! Besok gak  ada pelajaran, kan?" celetuk Sherli menoleh ke belakang tempat duduknya. "Kalian bakal tetep masuk, kah?" lanjutnya lagi.

"Lah iya! Masuk, gak, nih?" Lintang si anak olimpiade ikut bertanya.

"Terus mau ngapain ke sekolah coba?" tanya Riko dengan polosnya.

"Ya biar uang saku aman, Ko!" sahut Jessika cepat yang langsung disetujui oleh teman-temannya.

Jeandra tak terlalu  memusingkan obrolan temanya. Kapten basket itu memilih untuk mendengarkan saja dan menghampiri sang kekasih.

"Kamu besok mau masuk?" tanya Jeandra sesaat setelah sampai di samping tempat duduk si wakil ketua kelas.

Pertanyaaan Jeandra nyatanya mampu menarik perhatian teman-teman sekelasnya. Tanpa diniati, yang lain mendadak diam, melihat interaksi pasangan yang masih mesra-mesranya itu.

"Masuk. Kamu mau bolos, ya?" Anindya mendongak dan matanya memicing curiga ke arah si kapten basket.

"Hayo loh! Jean mau bolos ke mana lo?" Suara Zidane tiba-tiba menyela, membuat teman yang lain kembali tertawa.

"Gak! Gue tetep masuk," jawab pemuda itu mendelik kesal ke Zidane. Kemudian, ia kembali menunduk untuk menatap gadisnya.

"Besok aku jemputnya agak siangan aja, ya. Lagi pula gak ada pelajaran juga," ujarnya kepada Anindya sangat lembut. Jauh berbeda saat berbicara dengan Zidane tadi.

Anindya tersenyum dan mengangguk. "Ay-ay, Captain!" jawabnya yang langsung mendapatkan usapan pelan di kepalantya. Yang tentu saja dari Jeandra.

Para kaum hawa yang melihat interaksi manis itu seketika memekik tertahan. Sangat berbanding terbalik dengan para kaum adam yang sudah melengos, mengumpat dan menggelengkan kepalanya ringan.

"Mending kalian pindah ke Mars aja lah sana! Biar yang lain gak merasa ngontrak di sini," usir Zidane  bersungut-sungut. Menambah gelak tawa yang semakin terdengar di dalam kelas itu. Kelas 11 ips 3 yang memang seakan tak pernah sepi.

****

"Yeay! Kita jalan-jalan dulu," seru Anin senang saat motor Jeandra tiba di area parkir pusat perbelanjaan kota.

Jeandra tersenyum di balik helm fullface-nya. Kemudian, ia membantu sang pujaan hatinya itu membuka helm terlebih dahulu.

"Aku mau beli es krim sama jajanan, ya, Je? Boleh, ya, ya, ya?" Anindya sudah tak sabar menggoyang-goyangkan tangan Jeandra layaknya anak kecil yang meminta sesuatu barang kesukaan.

The Beginning [TERBIT] OPEN PRE-ORDERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang