Sejak hampir bertabrakan tanpa sengaja di depan pintu kelas. Sejak itu pula Anindya mencoba menghindari Jean. Tidak sulit bagi Anindya untuk menghindari si kapten basket tersebut. Mengingat ia tak pernah terlibat interaksi dekat secara nyata sebelumnya. Hanya sebatas di room chat group kelasnya saja mereka saling bertegur sapa.
Jika sebelumnya para temannya berspekulasi tentang ia dan Jean memiliki hubungan lebih. Namun, tidak dengan sekarang. Teman-temannya malah berpikir ia sedang sakit hati atas foto Jeandra bersama seorang gadis lain. Nyatanya bukan seperti itu.
"Sedari awal juga becanda. Kenapa malah pada baper?" gerutu Anindya sembari menyimpan ponsel miliknya di saku.
Gadis itu pun melanjutkan langkahnya keluar dari toilet. Tanganya terulur ke belakang untuk mengikat rambut panjangnya. Agar terasa lebih nyaman.
Tanpa Anin sadari, dari arah depan ia berjalan, sudah ada Jean bersama Riko yang sedang mengobrol mengarah kepadanya. Namun, hanya Riko saja yang mengoceh. Tidak dengan Jean, yang justru sudah sibuk menatap Anin sedari kedua netranya menangkap sosok sang wakil kelas itu mengikat rambutnya.
"Cantik," gumam Jean tanpa sadar.
"Hah! Lo ngomong, Je?"
Jeandra sontak terkejut mendengar suara Riko yang tiba-tiba meninggi dengan sedikit nada kesal. Lantas, pemuda itu menoleh ke Riko yang sudah tampak bodoh menatap ke arahnya.
"Ah ... itu sesuai strategi pertama. Yang terpenting kita menyiapkan fisik sebaik mungkin untuk pertandingan lusa," ucap Jean mengutarakan alasan yang muncul di kepalanga secara cepat.
Kemudian, ia kembali menoleh ke arah pandang yang semula. Di mana Anindya berada. Namun, sosok gadis cantik itu sudah menghilang entah ke mana? Membuat Jeandra kebingungan. Pasalnya, mereka sedang berada di lorong lantai dua. Tak ada ruangan apa pun selain toilet di paling pojok.
Lalu, ke mana kiranya si bu wakil menghilang? Munkinkah Anindya kembali masuk ke toilet?
Tak lagi mendengar sahutan dari Jeandra setelah dirinya berkata panjang lebar. Riko refleks menggeplak punggung si kapten. Tak peduli mau Jean marah atau tidak. Intinya ia sudah kesal, sedari tadi dihiraukan oleh kapten basketnya itu.
"Jeanjing! Gak dengerin gue ngomong!"
Lagi dan lagi Jeandra terkejut. Kemudian, ia menggaruk ujung hidungnya yang tak terasa gatal. Merasa bersalah kepada temannya itu. "Sorry, Ko," ujarnya sembari sesekali mencuri pandang ke lorong toilet perempuan. Masih belum menyerah mencari keberadaan Anin.
"Alah tai! Lo nyari apaan, sih? Gak fokus dari tadi." Riko pun ikut mengedarkan pandangannya. Berharap mendapat jawaban puas dari tingkah si kapten yang tak biasanya itu.
Tak ingin Riko semakin penasaran dan mengetahui alasan di balik dirinya yang tak fokus. Jean langsung menyeret Riko memasuki toilet siswa. "Udah buru! Gue udah kebelet!"
"Yee ... sabar monyet!"
****
Sudah terhitung tiga hari Anindya menghindari Jean. Di sekolah pun, ia mencoba untuk menghindar untuk bertemu Jean di luar kelas. Bahkan, ia juga jarang muncul di group ketika Jean ikut mengobrol dengan teman lainnya.
Kini Anindya tengah berada di sebuah minimarket depan kompleks perumahannya. Setelah pulang dari tempat les, gadis itu memutuskan membeli minuman untuk meredakan sakit di perutnya akibat tamu bulanannya.
Baru juga ia selesai membayar di kasir, kemudian ia keluar dari minimarket itu. Sosok pemuda tak asing baru saja tiba bersama seorang gadis cantik.
"Jean," gumam Anin nyaris tak terdengar. Segera saja ia menunduk, pura-pura tak melihat si kapten itu. Kemudian, ia melangkah untuk pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Beginning [TERBIT] OPEN PRE-ORDER
Teen Fiction[Naskah event PENSI bersama Teorikata. Sedang dalam proses revisi untuk terbit cetak] Berawal dari salah seorang temannya yang meminta bantuan mencari kenalan anak basket. Anindya Kamala si wakil ketua kelas 11 ips 3 terjebak dalam hubungan rumit de...