•••
Bukan Haikal jika tidak merajuk pada sang ayahanda. Perdebatan sengit mengenai kesehatan Jonathan beberapa hari lalu berujung pada dia yang memilih untuk tidak lagi menemani makan siang ayahnya tersebut. Haikal tau betul seberapa keras kepala Jonathan namun dia tak menyangka akan sekeras ini. "Kenapa punya bapak susah bener ya dikasih tau? Padahal kan perkara baring doang, dikasih obat, selesai? Ini astaga banyak alesannya. Ya sibuk lah, ya udah sehat lah, ya curiga lah gak kompeten lah, dih sok ngartis bener kan bapak aku, Om?"
Hening. Haikal tak mendengar jawab dari setiap kalimatnya. "Om? Om Danu? Ha—"
"—iya halo Kal kenapa?"
Kedua bola mata Haikal memutar sebal. Di tengah kesibukannya membersihkan alat-alat masak yang sempat dia gunakan itu, Haikal selalu menyempatkan diri untuk menghubungi Danu. Hal tersebut dikarenakan dia harus memastikan apakah Jonathan makan dengan benar atau tidak. Sebuah handuk tangan Haikal ambil guna mengeringkan diri setelah menyelesaikan aktifitasnya, "apa kita jebak Patha aja ya Om? Gimana kek gitu" ujarnya sembari berjalan melangkah menuju ruang keluarga.
Danu yang terkejut pun seperti tersedak makanan di ujung sana. Tanpa Haikal ketahui bahwa nyatanya setiap kali Danu menerima panggilan Haikal, dia mendengarkannya bersama Jonathan dengan suara yang dibesarkan. Maka dari itu Danu sedikit panik karena tentu saja Jonathan kini mampu mengetahui rencana Haikal meski dia hanya menggelengkan kepala sembari tersenyum. "Iya Om. Kita bilang apa kek gitu sampe Patha mau ke rumah sakit. Nah terus langsung kita tangkep, iket, bawa ke ruang dokter. Gampang lah—ck! Ini kenapa gak ada film seru sih? Bosen banget!" jelas Haikal begitu percaya diri jika rencananya akan berhasil dengan mudah.
Kedua pandang saling tatap. Yang satu terlihat kebingungan sedang yang lain menaikan kedua alisnya tanda dia acuh. Namun kini berujung mereka berdua pun tertawa bersama meski tak bersuara. "Udah ya Om, aku sibuk banget nih gak kaya Om Danu, dah" sambungan telfon pun mati secara sepihak, meninggalkan wajah jengkel milik Danu yang memutar kedua bola matanya, "kerja Om kerja biar sibuk, masa kalah sama pengangguran". Tak lagi ada sabar yang tersisa karena selembar kertas bergulung acak itu sudah melayang ke arah Jonathan. Meskipun berhasil menghindarinya, Jonathan tetap tak mampu menahan tawa. Semakin keras kala Danu mulai merutuk tak jelas, "gak bapak, gak anak, sama aja kerjaannya bikin gue darah tinggi".
Di tengah keheningan antara Jonathan dan Danu yang sedang melanjutkan pekerjaan keduanya, ruangan luas bernuansa hitam-abu tersebut menjadi lebih sunyi akibat perbedaan situasi rasa mereka setelah percakapan bersama Haikal berakhir. Entah mengapa Danu merasa terganggu. Atau lebih tepatnya dia kembali mengkhawatirkan kondisi Jonathan. Sedangkan sang pemilik Tychi tersebut justru tak bisa berhenti tersenyum setiap kali mengingat tingkah lucu putranya. Laki-laki berusia 23 tahun yang menyusun rencana penculikan ayahnya. Lucu bukan? "Kapan lo mau berobat Nat?" suara gesekan antar bolpoin dengan tebalnya berkas di meja Jonathan pun berhenti seketika. Meski dalam hitungan detik dia kembali melanjutkan pekerjaannya itu bagai tak ada yang mengganggu benaknya.
Pandangan Danu sedikit teralih dari layar untuk melihat respon Jonathan sebentar. Namun alih-alih mendapati sang sahabat menjawab dengan serius, Danu justru kembali menghela nafas pasrah karena Jonathan sama sekali tak bisa diajak diskusi tentang hal ini. Kembali Danu membalikan berkas dari halaman satu ke halaman lainnya, mencoba memahami setiap kata sebelum dia berikan pada atasannya itu, dengan sedikit usaha lebih agar fokusnya yang sempat pecah pun kembali terkumpul. Danu benar-benar merasa khawatir. Hubungan antara dirinya dan Jonathan bukanlah sekedar pekerjaan melainkan persahabatan. Suka duka sudah mereka lewati bersama. Namun kali ini Jonathan enggan membagi dukanya.
Di waktu yang sama seorang pemuda tengah merasa jengah akan waktu yang tak kunjung berjalan. Haikal mencoba mengisi harinya dengan berbagai aktifiyas yang biasa dia lakukan. Alih-alih merasa senang, Haikal justru cepat sekali terserang bosan hingga dia mulai melempar remote televisi ke sembarang arah, "hhhhh..! Boseeeeen! Bosen bosen bosen!" Keluhnya merengek sembari berguling kesana kemari di atas sofa besar milik keluarga Pambudi.
Merasa lelah dengan semua penatnya pikiran, Haikal kini melamun menatap televisi dengan tatapan kosong. Sampai tanpa sadar dia mulai mengikuti kemana layar tersebut membawanya. Sebuah dokumenter pembuatan film terpancar di sana. Bagaimana para kru juga orang-orang yang berperan penting saling menjelaskan dengan wajah penuh bangga. Menimbulkan mata binar di jernihnya netra Haikal.
Tubuh yang sempat berbaring tersebut kini semakin tegap duduk menghadap layar. Bahkan sudah berada di atas karpet mendekati benda elektronik tersebut. Entah sudah berapa lama sampai Haikal tak sadar jika sang ayahanda telah kembali ke kediaman mereka, "wayoloh nonton apa?" Terkejut bukan main menjadikan yang mudah mencibirkan bibirnya sebal, "dokumenter. Patha tumben udah pulang jam segini?" jawab Haikal melirik jam kecil di atas meja samping televisi.
Jonathan melangkah meraih remote dan mulai duduk bersantai di sofa belakang Haikal, "Patha takut diculik kalau kerja terlalu lama hahahahaha" mengerti akan maksud Jonathan, Haikal segera mencari ponselnya untuk menghubungi Danu karena rencana mereka telah diketahui oleh target. "Lagian ada-ada saja kamu ini Dek, Dek. Kalau Patha merasa sakit, Patha pun akan ke dokter dengan sendirinya. Ini Patha sehat begini loh?" jelas Jonathan sembari mengusap puncak kepala Haikal lembut, "jadi anak Patha sedang menonton apa sampai tidak sadar ayahnya pulang kantor?"
Kedua ayah dan anak tersebut kini duduk di atas sofa menghadap layar dengan Haikal yang menjelaskan tanpa henti. Dia begitu tertarik dengan dunia balik layar setelah melihat beberapa tayangan singkat. Sudah lama Jonathan tidak melihat putranya bersemangat seperti ini. "Kayanya aku udah tau deh Yah mau ngapain".
•••
KAMU SEDANG MEMBACA
That Sun, is My Son 2 [johnny & haechan]
Fanfiction🏠🐻 Saat genggaman kini hanya dalam angan. character inspired by : Johnny Suh - NCT Lee Haechan - NCT cover made by : sirensay There's AU about Patha and His Tayrone on twitter : @sireninyoursoul