[ déka ] - dēl

471 64 9
                                    

•••

Malam itu Jonathan memilih untuk membiarkan Haikal tenggelam dalam kebingungan masa peralihan remaja menuju dewasa. Setelah menghubungi Danu jika esok hari dia akan melakukan pekerjaan di rumah, Jonathan segera menyamankan posisinya untuk tidur sembari memeluk tubuh sang putra. Sama sekali Jonathan tak meninggalkan Haikal. Dia bahkan tidak mengganti pakaiannya. Dia pun tidak memaksa Haikal untuk bangkit dan membersihkan diri. Sosok ayah tersebut hanya terus memeluk gumpalan selimut itu agar sosok di dalamnya tak merasa sendirian.

Celah yang sedikit terbuka dari kain penutup jendela itu menjadi akses sang mentari menyapa dia yang masih terlelap. Perlahan Haikal mulai merengutkan kedua alis karena terganggu oleh sorot cahaya. Kala dia mengumpulkan kesadaran, seketika reflek tubuhnya bangkit dengan begitu panik, "jam berapa sekarang?!" tanya-nya pada diri sendiri. Tapi tanpa memeriksa jawaban dari pertanyaannya itu, Haikal justru berlari menuju pintu kamar meski masih sempoyongan.

"Patha?"

"Patha udah berangkat??"

"Pa—loh Patha?!"

Langkah Haikal secara spontan berlari menuju dapur, namun dia tak menemukan sosok Jonathan di sana. Justru kala dia berbalik hendak menuju kamar sang ayah, Haikal melihat Jonathan tengah menyesap secangkir teh sembari menonton televisi di ruang keluarga. Yang lebih tua kini menoleh ke belakang, "udah bangun Nak? Sarapan dulu atau mau minum teh sama Patha?" Bingung. Itu yang kini ada di kepala Haikal. Tapi tanpa menunggu perintah dua kali, sang mudah berjalan menuju dapur hendak mengambil sarapannya dan kembali berlari menuju ruang keluarga, "Adek makan disini aja ya Yah?" Jonathan mengangguk sebagai jawab.

Di tengah santap sarapannya, Haikal justru penasaran dengan apa yang dikonsumsi sang ayah, "teh?" tanya-nya spontan. Mendengar juga melihat wajah heran Haikal, Jonathan hanya mengangguk tipis dan kembali menyesap cangkirnya. "Tumben? Biasanya kopi?" kembali Haikal bertanya lebih jelas, "teh apa itu?" Begitulah Haikal juga rasa penasarannya dengan hal-hal baru. Kini bertambah satu lagi yang Jonathan pelajari dari sang putra, ternyata Haikal belum bisa membiasakan diri akan sesuatu yang berubah tiba-tiba, bahkan untuk hal sekecil kopi pagi Jonathan.

Denting benturan cankir dengan kaca meja pendek ruang keluarga pun terdengar. Sebagai tanda jika Jonathan telah menyelesaikan sesi minum teh-nya. "Teh herbal, ada yang kasih Patha itu jadi Patha ingin coba," jawab lembut Jonathan sembari mengusap puncak kepala sang putra. Haikal mengangguk dan kembali menyantap sarapannya, "kaya yang sakit aja pake teh herbal segala". Mendadak tangan Jonathan terdiam sebelum dia kembali sadar dan memilih menatap televisi yang sebenarnya tak dia nikmati.

Setelah menyapu bersih makanan di atas piring, Haikal pun melompati punggung sofa untuk menuju dapur. Tentu saja menimbulkan reaksi spontan Jonathan yang segera memukul pantat putranya itu. Sudah berkali-kali Jonathan beritau jika dia tak suka Haikal bersikap seperti itu. Bukan karena takut merusak sofa melainkan dia hanya takut putranya tersandung dan terjatuh. "Patha ngerjain Adek ya?" teriak Haikal dari dapur, "ini mah sama aja nyuruh Adek bebersih!" Benar sekali. Jonathan tak membersihkan hasil dari sesi memasaknya pagi ini. Dari mulai alat-alat yang kotor hingga bekas makan Jonathan juga dia biarkan begitu saja. Tapi tak ada berat hati di sana. Haikal justru mulai mengerjakan pekerjaan tersebut tanpa ada niat untuk memprotesnya pada sang ayah.

Mencuci piring bukanlah pekerjaan rumah yang Haikal senangi. Dia tak suka bajunya menjadi basah meski sudah mengenakan pelindung. Belum lagi jika tak sengaja membasahi sekitar hingga menuju lantai. Pekerjaan Haikal malah akan bertambah bukan? Semenjak Haikal menginjakan kaki di bangku perkuliahan pun sudah beberapa kali Jonathan meloloskan semua alasan sang putra yang enggan mencuci tapi entah kenapa kali ini Haikal tak lagi merasa keberatan. Tiba-tiba saja muncul rasa ingin membalas kebaikan ayahnya karena telah membuatkan dia sarapan. Sampai tak terasa semua sudah bersih dan dia pun kembali melangkah menuju ruang keluarga.

That Sun, is My Son 2 [johnny & haechan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang