[ ennéa ] - ˈkrīsis

343 66 1
                                    

•••

Langit senja kini datang menyapa. Ditemani rintik yang mengalir ada dedaunan kala hujan mereda. Meski tak ada sang jingga, keindahan masih bisa di dapat dari pelangi yang nampak. Suara mesin mobil Range Rover hitam milik Jonathan sudah tak lagi terdengar setelah dia parkirkan dengan mulus di halaman rumah. Hari yang cukup padat baginya hingga rasa lelah sedikit mengganggu. Tapi bukan Jonathan jika dia melewati pintu utama dengan keadaan kacau. Sudah sejak lama sang kepala keluarga tersebut berpegang teguh jika dia tidak akan membawa suasana buruk dari luar rumah ke hadapan putranya. Dengan satu dua helaan nafas, Jonathan mulai melangkah turun dari mobil sembari membawa barang-barangnya yang tak terlalu banyak itu.

"Patha pulang," ujarnya beradu dengan suara televisi yang begitu kencang. Meski tak lama, seseorang segera mematikan benda elektronik tersebut tanpa menjawab salam sang lebih tua. Raut wajah heran pun muncul. Terlebih saat Jonathan melewati kawasan dapur yang terlihat berantakan namun tak ada satu pun makanan di sana. Alih-alih mencari sesosok manusia, Jonathan menaruh barangnya di atas meja bar juga memijat kening yang terasa mengekang kepala penuh itu, "hari ini kamu sudah makan berapa kali Haikal?" Hening. Tak ada yang menjawab bagai Jonathan berada sendirian di sana. Yang lebih tua kembali mengumpulkan sedikit kewarasannya dengan menarik nafas panjang. Dia pun mulai menggulung lengan kemejanya hingga siku dan berjalan menuju tumpukan piring kotor yang Jonathan tau jika itu adalah bekas santapan pagi mereka. "Setidaknya Patha harus pastikan kamu makan atau tidak jadi tolong ja—"

"—Gak usah bentak Adek!"

Teriakan Haikal bersamaan dengan suara piring yang pecah membuat siapapun yang ada di sana mematung seketika. Jonathan yang terkejut akan sikap putranya juga Haikal yang terkejut melihat sang Ayah begitu ringan menjatuhkan piring yang tengah dia bersihkan. Keduanya terdiam. Jonathan masih memunggungi Haikal dan enggan berbalik terlebih di tengah emosi yang tak beraturan. Namu berbeda dengan sang putra. Seharian ini dia terus dihantui rasa bagai tidak melihat ujung jalan. Kebingungan terus mengisi kepalanya sampai suara Jonathan yang berteriak menjadikan dia kembali meledak-ledak. "Kalo Patha marah sama Adek ya bilang! Marahin Adek! Kasih tau Adek salah apa! Adek gak ngerti kalo Patha diemin!" tangan Haikal mulai mengepal marah, "terus sekarang Patha tiba-tiba bentak Adek?! Emangnya sarapan sepenting apa sih sampe bikin Patha semarah ini sama aku?!" Haikal merasa sangat tidak mengerti apa yang membuat Jonathan marah padanya. Kesalahan yang dia renungkan satu hari ini hanyalah dia yang sulit bangun pagi seperti pagi-pagi yang lain. Kenapa pula sekarang Jonathan bisa sangat amat terlihat kecewa?

Punggung lebar itu masih terdiam kaku. "Ini bukan masalah sarapa—"

"—TERUS APA AYAH?!—"

"—MASUK KAMU KE KAMAR SEKARANG!"

Menggelegar suara Jonathan kala dia berbalik menghadap putranya. Satu hal yang membuat Haikal terkejut bukan main adalah dia tidak menemukan gurat menyesal di wajah sang ayah meski sudah berteriak sangat keras. Kita semua tidak akan pernah tau apa yang terjadi. Jika mereka memilih membisu, apalah daya sebuah penyelesaian? Karena saat ini, Haikal justru memilih berlari masuk ke kamarnya sedangkan yang lebih tua menenangkan diri di dapur.

Suara dering sambungan telfon yang tak kunjung mendapat jawab itu berhasil membuat Haikal merasa sangat muak. "Pada kemana sih anjing?!" gerutunya kesal seraya melempar asal benda elektronik tersebut, "aaaaarghhh!!!!!" Teriakan yang diredam dua buah bantal empuk rasanya tak berhasil memuaskan amarah sang muda. Berkali-kali kasur pun menjadi sasaran. Sampai wajah tampan Haikal mulai terangkat dan dia taruh pipi kirinya di atas bantal. Mata coklat tersebut pun mulai menerawang entah kemana. Deru nafas yang sempat menggebu-gebu, kini terdengar sedikit lebih tenang. Dan tanpa dia sadari, matanya sudah mulai terasa panas. "Kayanya ada yang gak beres sama jalan hidup gue.." lirih yang penuh keputusasaan pun lolos dari mulut bulat Haikal.

That Sun, is My Son 2 [johnny & haechan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang