[ téssera ] - ˈdinər

382 53 4
                                    

•••

Kediaman Pambudi terlihat tak seperti biasanya kala Range Rover hitam milik Jonathan terparkir mulus di halaman rumah. Pasalnya, gerbang tinggi yang selalu terkunci justru tengah terbuka lebar dengan beberapa mobil berjajar rapi di tepi jalan. "Ada siapa Yah?" tanya Haikal sembari melepas sabuk pengamannya. Wajah penasaran pemuda tersebut tak teralihkan dari pintu utama yang juga terbuka lebar. Tanpa menjawab pertanyaan Haikal terlebih dahulu, Jonathan memilih turun dari mobil dan melangkah lebih dulu diikuti sang putra.

Semakin kedua Ayah dan anak tersebut mendekati kediaman, semakin jelas pula suara keramaian dari dalam sana. Dimulai suara alat masak yang saling berbenturan, suara musik hangat dari pemutar piringan hitam klasik, hingga gelak tawa merea yang melempar canda. Mata Haikal terbelalak kala dia mengintip dari balik tubuh besar Jonathan di depannya. Melihat pemandangan yang tak pernah dia sangka akan terjadi malam ini, "Pappous?!" teriaknya spontan. Tentu saja mengundang ringisan dari Jonathan. Maklum, suara Haikal memang sangat menggelegar jika dia sedang bersemangat.

George menoleh dan segera berdiri sembari melebarkan kedua tangannya lebar-lebar menghadap ke arah Haikal. Berhubung rumah Jonathan tidak memiliki penghalang dinding dari pintu utama menuju ruang keluarga, menjadikan Haikal segera berlari begitu kencang jua melompati punggung sofa. "Woah! Cucu Pappous sudah sarjana ya sekarang?" ujar George kala memeluk tubuh besar Haikal yang sedang berdiri di atas sofa. Dengan gemas dia ajak Haikal berputar dalam pelukannya hingga sang cucu tertawa kala turun menapaki lantai kembali. Kala Haikal melepas rindu pada kakek-nya, Jonathan justru melangkah perlahan ke arah dapur di sisi kiri dari pintu utama. Tentu saja setelah dia merapikan sepatu Haikal yang terlempar begitu saja. "Mana cucu Mama?" tanya Genna tiba-tiba, bahkan sebelum Jonathan benar-benar sampai ke dalam dapur. Mendapati Genna yang sibuk mengeringkan tangan basahnya juga melepaskan celemek yang sedang dia kenakan, Jonathan kini memasang wajah merengut, "ini ada anaknya loh Ma di sini?" Dia masih juga terganggu jika seluruh atensi orangtuanya mengarah pada sang putra. Tapi bagaikan sudah biasa menghadapi Jonathan yang merajuk, Genna segera meraup kedua pipi putranya lalu dia kecup singkat sembelum melangkah cepat menuju ruang keluarga. Tak mampu lagi menghalangi besarnya rindu Genna pada Haikal, Jonathan memilih tersenyum jua melangkah ke dalam dapur hendak mengambil segelas air putih.

"Adek!" panggil Genna yang sontak membuat Haikal menoleh ke arah sosok wanita paruh baya tersebut. Semua orang pun mendadak memberikan jalan agar sang nenek bisa segera memeluk cucunya seperti sekarang. Tak henti Genna kecup seluruh wajah Haikal karena sang muda pun memilih untuk pasrah, "Adek kangen banget sama Yayya" ujar Haikal meski wajahnya masih dihapit kedua telapak tangan Genna. Pemandangan bermanja Haikal dengan Genna dan George sudah tidak lagi mengejutkan bagi Agung bersaudara. Namun tentu saja berbeda dengan Jeffrey juga Danu yang nyatanya tengah menganga melihat kegaduhan saat ini.

Selepas berpisah di fakultas Haikal, semua orang segera melaju ke kediaman Pambudi dan disambut oleh Genna juga George. Sedikit Danu membantu Genna di dapur sedangkan Jeffrey yang tak lama datang menyusul itu pun langsung bergabung dengan George, Marahendra, juga Jevansatya di ruang keluarga. Bagi mereka yang tidak tau kisah kelam keluarga ini, mungkin akan sangat merasa iri akan kehangatan yang terbangun. Tapi masa lalu biarlah menjadi kisah lalu. Biarkan bahagia melanjutkan perjalanan mereka yang telah penuh akan luka ini.

"Ma! Ini kompornya Cio matiin sekarang aja?"

Teriakan Jonathan dari arah dapur itu berhasil membuat Jeffrey juga Danu menyemburkan minuman mereka hingga terbatuk. George pun segera menaruh kotak tissue di atas meja yang langsung diambil oleh Marahendra untuk dia berikan pada sang Ayah. "Aduh hati-hati minumnya Nak, sampai batuk begitu loh—ini Mama ke sana!" saut Genna sebelum akhirnya melangkah kembali menuju dapur, "Cio bantuin Mama-nya!" Belum sempat reda rasa terkejut pertama, kini kembali Jeffrey terbatuk mendengar kalimat George kala memerintah Jonathan. Kepala keluarga Agung tersebut nampaknya sangat amat terkejut.

That Sun, is My Son 2 [johnny & haechan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang