"Kak Azra.."
Allen terkejut bukan main, netranya terbelalak. Dia seolah-olah sudah tertangkap basah oleh Azra yang terus berdiri tegak sambil bersedekap dada, mata biru kelamnya kini menghunus Allen saat itu juga.
"Sudah kuduga, kau pasti ingin bertemu dengan anak itu." Ucap Azra mulai berjalan mendekat sembari membawa sesuatu di tangannya.
Allen berdecih, "kau sendiri, apa yang sedang kau lakukan disini?"
Azra menaikkan satu alisnya. "Menurutmu?"
Allen mendengus kesal, kedua tangannya terkepal kuat. Kenapa kakak pertamanya itu selalu terlihat unggul?
Cklek.
Suara pintu kamar yang ada dihadapan mereka akhirnya terbuka, menampilkan seorang anak manis yang kini mengusap mata sambil memegang buku cerita yang dia ambil di perpustakaan.
"Kak Azra, kak Allen." Sapa Archel kebingungan mendapati kedua kakaknya itu berdiri dihadapannya.
"Sudah larut malam begini kenapa masih belum tidur?" Tanya Azra seraya mengusap lembut surai hitam Archel.
"Aku belum mengantuk."
Mendengar jawaban itu membuat Azra dan Allen akhirnya mulai masuk kedalam kamar si bungsu. Ini adalah pertama kalinya bagi mereka masuk kesana, wangi kamar yang lembut dan warna hijau yang mendominasi sangat terikat pada Archel.
Archel segera naik ke atas kasur yang kini terdapat beberapa buku cerita yang berserakan disana, Allen dan Azra lalu duduk ditepinya.
"Aku baru saja menamatkan cerita ini kak, sangat seru, rekomendasi dari kak Allen memang yang terbaik." Ucapnya senang sambil tersenyum merekah.
'Sangat manis, teruslah tersenyum seperti itu'. Azra kini mulai mengelus punggung Archel disampingnya.
Sementara Allen terkekeh kecil, dia merasa bangga saat Archel menyukai buku-buku pilihannya. Lain kali, dia akan membeli lebih banyak buku cerita yang menarik untuk si bungsu.
"Sekarang sudah saatnya tidur, besok adek harus sekolah." Titah Allen sambil mulai membereskan buku-buku cerita itu.
"Iya, kak." Archel menurut, dia lalu segera berbaring di kasur.
Azra kemudian segera membuka paper bag yang dia bawa, membawakan sebuah boneka fluffy dino berwarna hijau untuk Archel.
"Wah.. Dinosaurus." Netra hijau Archel menatap berbinar boneka itu. Kebetulan di kehidupan sebelumnya, dia sangat menyukai karakter dino.
"Ini sangat lembut.." Ucapnya yang kini memeluk boneka itu.
"Aku senang kau menyukainya." Tutur Azra sambil terus memfokuskan pandangannya pada Archel.
"Aku suka. Benar-benar suka, terimakasih kak Azra, terimakasih banyak!"
Archel lalu segera berbaring dan menaruh boneka dino itu disampingnya. Sementara Allen dan Azra mulai menarikkan selimut sebatas dada untuk si bungsu.
"Selamat malam kak Azra, selamat malam kak Allen." Ucap Archel sambil melirik mereka yang berada di kedua sisinya.
Senyuman tampan dari kedua kakaknya itu mulai terukir indah di bibir masing-masing. Kini mereka berdua mulai mendekat ke wajahnya.
Cup.
Archel terkejut bukan main saat kedua pipi halusnya dikecup bersamaan oleh Azra dan Allen. "Good night too, baby."
'Tuhan, seperti inikah rasanya, disayang?'
◆◆◆
Pagi hari yang indah di gedung sekolah milik keluarga Clyde, kali ini Archel merasa begitu senang karena berangkat di satu mobil yang sama dengan Allen.
Archel tersenyum sendiri di dalam kelas saat bu guru masih sibuk menjelaskan materi. Anak itu terus memainkan pena di tangannya, memikirkan apa yang akan harus dia lakukan seterusnya untuk merubah ending cerita ini.
Tak lama kemudian, suara bel istirahat akhirnya berbunyi, menyadarkan lamunan Archel saat dia terus memikirkan nasibnya di novel ini.
'Huh, aku lapar sekali.'
Archel segera mengambil kotak makan miliknya yang telah disediakan oleh Bibi Retha. Karena bosan terus berada didalam kelas, anak manis itu akhirnya memilih pergi untuk mencari suasana yang baru.
Sebuah taman kecil yang indah di sekolah itu langsung menjadi pilihannya . Ada berbagai macam bunga warna-warni yang bermekaran dan juga pohon tinggi yang rindang.
Archel, si penikmat warna hijau sangat jatuh cinta pada itu semua.
Dia yang melihat sebuah bangku kosong, akhirnya segera pergi untuk duduk disana. Namun seorang murid tampak lebih dulu duduk di bangku itu.
'Sepertinya dia tidak asing.'
"Permisi, boleh aku ikut duduk disini?" Tanyanya dengan sopan sambil terus memegangi kotak bekalnya.
Anak itu menoleh sekilas dengan datar, sebelum mulai menggeser diri untuk memberikan tempat duduk pada Archel.
"Terimakasih." Archel mulai duduk bersama dengan murid itu sambil menikmati pemandangan disekitarnya.
Netra hijaunya yang teduh kini mengamati seseorang yang terus terdiam sejak tadi, "hei, kau sudah makan siang?"
"Belum."
"Kenapa belum?"
"Aku sedang menghemat."
Mendengar itu, Archel segera membuka kotak makannya dengan antusias, "mau makan siang bersamaku? Kebetulan bekalku isinya banyak, aku takut tidak bisa menghabiskannya."
Seseorang yang ada disebelah Archel itu lalu menoleh, "tidak perlu."
Archel menghela nafas, "jangan sungkan-sungkan, ayo kita makan bersama." Archel kini segera memberikan sepasang sumpit untuk anak itu.
"Kau.. Tidak takut padaku?" Tanya anak itu tiba-tiba hingga membuat Archel terdiam sejenak lalu tertawa keras.
"Kenapa aku harus takut padamu?" Tanyanya diselingi tawa. "Sudah, ayo cepat dimakan. Sebelum bel masuk berbunyi."
Archel mulai mengunyah isi bekal miliknya, sementara anak disampingnya itu terdiam sesaat menatap Archel sebelum ikut memakan bekal itu bersama-sama.
"Terimakasih, Archel." Ucap anak itu melirik netra hijau didepannya.
"Sama-sama... Ellian Rowley." Jawab Archel sambil membaca name tag pada seragam anak itu.
Ellian Rowley, seorang anak yang duduk disebelah Archel. Tokoh figuran yang tidak penting dalam novel dan tidak berkaitan dengan alur cerita.
'Jika aku berteman dengan para tokoh figuran disini, apakah aku bisa merubah alur ceritanya atau malah semakin memperburuk alurnya?'
◆◆◆
Langit senja dengan warna jingga, kini mulai menghiasi langit di atas mega. Archel duduk nyaman di mobil sambil menikmati pemandangan di luar sana. Bibirnya terus mengunyah biskuit susu, camilan kesukaannya.
"Tuan muda, saya ikut bahagia melihat tuan Azra dan tuan Allen mulai menyayangi anda. Saya harap anda terus bahagia." Ucap Luke.
"Iya paman, terimakasih." Jawabnya antusias.
Mobil mewah itu kini mulai memasuki area mansion yang megah dan mewah, Luke dan Archel langsung mengerutkan dahi ketika melihat beberapa mobil BMW berwarna hitam yang beriringan didepan.
"Paman, ada apa disana?" Tanya Archel dengan polos.
"Ini.. Tidak mungkin." Luke meneguk kasar salivanya. Tatapannya terus fokus kesana.
"Kenapa paman? Ada apa? Siapa mereka?" Archel dibuat semakin penasaran. Firasatnya kini mulai tidak enak.
"Mereka sudah kembali tuan muda, orang tua anda."
TBC
Jangan lupa vote & comment cintaa~
See you next chap 💚
KAMU SEDANG MEMBACA
ARCHELLIO
Teen FictionSeorang pemuda malang berusia 18 tahun harus bertransmigrasi ke dalam novel yang dia temukan di gudang saat bekerja. Dia menjadi Archellio, si bungsu menyedihkan yang harus berakhir mengenaskan ditangan keluarganya sendiri. Apakah dia bisa menghancu...