"Tidak. Aku tidak akan pernah peduli."
Alden berucap ketus, menekan kuat pada seluruh kalimat terakhirnya itu. Dia langsung mengakhiri perdebatan mereka secara sepihak, kemudian mengambil langkah lebar untuk pergi meninggalkan ruangan.
Azra mengamati datar kepergian Alden begitu saja, namun Allen mulai bergerak untuk menyusul kakak keduanya yang sudah pergi jauh.
"Jangan Allen." Sulung keluarga Clyde itu dengan segera langsung menahan pemuda itu. "Biarkan saja dia."
Allen menghela nafas, mencoba untuk mengatur emosinya. "Aku hanya ingin menjelaskan padanya kak, dia mungkin salah paham."
Azra langsung membantah. "Dia sebenarnya paham, Allen. Hanya saja dia belum bisa menerimanya."
Drrtt... Drrtt..
Dering ponsel milik Azra tiba-tiba bergetar didalam saku. Netra birunya seketika terbelalak setelah menatap lama layar ponsel itu.
"Ada apa?" Allen yang melihat ekspresi si sulung kemudian langsung mengerutkan dahi.
"Mom and Dad, mereka menyuruhku untuk datang kesana." Azra melirik pada Arloji mewah di tangannya, kemudian segera memanggil sang asisten pribadi untuk menyiapkan semuanya.
Allen yang masih dibaluti rasa penasaran, terus mendesak Azra yang kini tampak sedang terburu-buru. "Sebelumnya katakan dulu padaku, apa yang terjadi?"
Azra sekilas seperti sedang memikirkan sesuatu. Helaan nafas akhirnya keluar dari bibirnya itu. "Aku bisa jelaskan nanti. Sekarang lebih baik, kau pergilah ke kamar Archel dan awasi apa yang dilakukan Ales disana."
Azra semakin mempercepat langkahnya untuk menuju pada pintu keluar dengan Lucas yang sudah menunggu. Sementara Allen segera berbelok pergi ke arah kamar Archel untuk mengecek keadaan disana.
Garis oranye pada langit terus membentang indah, menciptakan pemandangan menakjubkan yang bisa Allen lihat melalui dinding kaca. Walaupun begitu, perasaan tidak nyaman terus memenuhi dirinya.
Cklek
Tangannya dengan hati-hati membuka pintu. Netra birunya melebar, ketika menatap seorang anak yang tidak dia kenal ada bersama mereka berdua itu.
"Kak Allen." Archel langsung menyapa, menarik pelan Allen yang baru saja tiba sambil sedikit terkejut karena teman barunya.
Sedangkan Allen, langsung segera memfokuskan pandangan pada Ales yang terlihat seperti tidak nyaman berada disana.
◆◆◆
Keesokan paginya, di gedung sekolah Clyde Academy. Tepatnya di area taman yang hijau nan asri, Archel bersama dengan Ellian terlihat duduk santai pada bangku taman sambil memegang bekal masing-masing.
Entah kenapa akhir-akhir ini, tempat itu sudah menjadi spot favorit bagi mereka berdua ketika bel istirahat berbunyi. Menghindari area kantin sekolah yang begitu ramai, Archel dan Ellian lebih menyukai tempat hening yang hanya ada suara angin.
Tatapan mata abu-abu Ellian terus tertuju pada Archel yang kesusahan membuka tutup bekalnya. "Butuh bantuan?"
Netra hijau itu langsung menatap dengan masih terus berusaha. "Tidak, aku-bisa."
Ellian mengangguk, membiarkan Archel mencoba membukanya sendiri. Sampai akhirnya dengusan kasar dari bibir mungil itu akhirnya keluar menandakan dia sudah mulai kesal.
"Biar aku bantu." Ellian segera mengambil bekal milik Archel itu, lalu dengan perhatian berusaha membuka dengan seluruh tenaganya. "Ini mudah, kenapa kau tidak bisa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
ARCHELLIO
Teen FictionSeorang pemuda malang berusia 18 tahun harus bertransmigrasi ke dalam novel yang dia temukan di gudang saat bekerja. Dia menjadi Archellio, si bungsu menyedihkan yang harus berakhir mengenaskan ditangan keluarganya sendiri. Apakah dia bisa menghancu...