Di sebuah hamparan rumput yang dipenuhi bunga warna-warni yang cantik. Seorang pemuda manis yang terbaring disana kini mulai membuka kelopak matanya.
"Dimana ini?" Gumamnya sembari menatap sekeliling.
"Kak Zian.. Kakak.."
Suara sahutan dari Anak kecil itu lantas membuat Zian segera menoleh ke belakang. Tampak seorang Anak manis dengan mata hijaunya yang berkilauan.
"K-kau.. A-archellio.."
Archel langsung menganggukkan kepalanya, dia tersenyum manis dihadapan Zian.
"Kakak sangat manis!" Puji Archel saat menatapnya.
"Apa maksudmu? aku ini tampan, bukan manis." Balas Zian tak tetima, namun Archel hanya terkekeh lucu.
"Kak Zian, saat ini kakak masuk kedalam Novel dan mengambil alih tubuhku, maaf sudah membuat kak Zian masuk ke dalam Novel yang kakak benci."
"Tentu saja aku benci, kau itu tokoh utamanya, seharusnya kau berakhir bahagia!" Emosi Zian mulai meluap, dia sebenarnya geram dengan ending ceritanya.
Archel tersenyum pilu. "Tapi kak Zian, aku tidak bisa mengubah endingnya, jadi aku butuh bantuanmu."
Zian yang mendengar itu mulai menjadi ragu. "Tapi... Aku sendiri tidak yakin bisa melakukannya?"
Archel menggeleng ribut. "No, kak Zian jangan bilang begitu, aku yakin kakak pasti bisa!"
Dia kini mulai menggenggam erat tangan Zian, rasanya begitu hangat. "Aku tahu, kehidupan kakak sebelumnya sangatlah berat. Semoga kali ini kakak bisa merasakan sesuatu yang tidak pernah kakak dapatkan sebelumnya."
Zian menatap Archel dengan pandangan yang berkaca-kaca. Entah kenapa mendengar ucapan itu membuatnya mengingat masa lalu kelamnya.
"Aku mohon kak Zian, hancurkan plot ceritanya, lalu ubah endingnya."
◆◆◆
Pagi hari yang cerah dengan sinar matahari yang berkilauan, Archel kini bangun lebih awal daripada biasanya.
Bibi Retha dan Luke tentu heran melihat Tuan Muda mereka saat ini. Bahkan tidak ada wajah kesedihan yang ditampilkan Archel setelah kejadian tadi malam.
Anak manis dengan topi jerami lucu yang menghiasi kepalanya itu kini melangkah ke arah tukang kebun yang sedang bekerja di Mansion.
"Paman, Archel ingin membantu menanam Mawar juga." Ucapnya penuh semangat.
"E-eh, tidak perlu Tuan Muda, ini tugas saya." Tolak tukang kebun itu dengan halus.
"Tidak apa-apa paman, Archel ingin membantu karena Archel bosan."
Tukang kebun itu lalu tersenyum. "Baiklah kalau itu keinginan Tuan Muda."
Sang tukang kebun akhirnya memberikan Archel tugas yang ringan saja, yaitu memetik bunga-bunga yang sudah mekar cantik untuk dirangkai dan dihias di Mansion nanti.
Archel melakukan tugasnya dengan senang hati, dia melakukan hal seperti ini bukan tanpa alasan, melainkan untuk mengalihkan perhatiannya soal mimpi aneh tadi malam.
Mimpi yang terus memikirkannya soal apa yang harus dia lakukan untuk mengubah ending cerita ini? Apakah sikapnya sekarang bisa mempengaruhi sedikit alur ceritanya atau tidak?
Archel terus melamun sambil memetik bunga-bunga itu yang tanpa dia sadari ada sosok ketiga kakaknya yang terus mengamati kegiatannya saat ini.
"Lihatlah bocah itu. Apa sekarang dia sedang mencoba untuk mengambil hati seluruh karyawan yang ada di Mansion ini?" Tanya Alden dengan ketus sambil menatap Archel disana.
Azra yang mendengar hal itu hanya terdiam sambil menikmati secangkir kopinya dengan santai.
"Aku benar-benar tidak mengerti apa yang sedang direncanakannya, tapi yang pasti aku tidak tertarik lagi padanya." Lanjut Allen menimpali.
"Kau yakin Allen, padahal kau yang paling rutin mengawasinya lewat CCTV." Suara Azra yang terdengar santai tampaknya berhasil membuat Allen gelagapan.
"H-hei, darimana kau tahu?!"
"Apa kau lupa, tidak ada satupun hal yang bisa kalian sembunyikan dariku." Azra terdengar mengejek, itu membuat Alden juga ikut kesal.
"Cih, kenapa kakak seperti sedang membela bocah itu?!"
"Itu karena—"
Cklek.
"Kakak.. Kalian semua ada disini." Suara Ales yang terbangun sambil mengucek mata berhasil memotong ucapan Azra saat itu juga.
◆◆◆
Terik matahari yang mulai menyengat membuat Archel menyudahi kegiatannya memetik bunga. Setelah selesai membersihkan diri, kini bocah manis itu memilih duduk di sebuah ayunan putih yang berada di area Mansion.
Archel sibuk memakan kue brownies strawberry yang dibuat langsung oleh Bibi Retha. "Ini rasanya manis dan lembut, buatan Bibi memang yang terbaik!" Puji Archel sambil memberikan jempol.
Bibi Retha terkekeh senang. "Bibi senang Tuan Muda menyukainya, lain kali Bibi akan membuatkan lebih banyak brownies strawberry khusus untuk Tuan Muda."
"Yeayy!" Archel bersorak senang lalu menghabiskan gigitan terakhir pada kue brownies itu.
Luke tersenyum melihat Tuan Mudanya yang begitu ceria akhir-akhir ini. Dia harap Archel akan terus bahagia seperti ini.
"Baiklah, kalau begitu Bibi kembali bekerja dulu, kalau ingin memakan kue brownies lagi, panggil Bibi saja oke?"
"Okee~" Balas Archel dengan senyumannya yang manis.
Melihat Bibi Retha yang melangkah pergi membuat Archel kini beralih menatap Luke. "Paman, boleh dorong ayunannya? Archel mau main ayunan."
Luke yang sedari tadi berdiri di depan Archel kini segera melangkah ke belakang. "Tentu saja Tuan Muda, pegangan yang erat ya."
Senyuman Archel terlihat lebih cerah, dia mulai memegang erat pegangan ayunan itu dengan Luke yang kini mulai menarik pelan lalu mendorongnya.
"Yeay... Lagi Paman.. Dorong lagi.."
Luke dengan senang hati mulai menuruti permintaan Tuan Mudanya, Archel mulai tertawa, suara tawa Anak manis itu sudah lama sekali tidak dia dengarkan kembali. Namun kali ini, Archel akhirnya benar-benar tertawa lepas bersamanya.
Namun ketukan sepatu yang tiba-tiba terdengar di area Mansion, kini berhasil membuat Archel dan Luke mulai menoleh.
Terlihat Azranael dengan netra biru kelamnya berjalan didampingi sang asisten pribadi, Lucas Lerian. Kakak dari pengawal pribadi Archel sendiri, Luke.
Netra hijau Archel menatap bingung kedatangan Azra didepannya. Tanpa sadar, ayunan yang semula bergerak kini ikut berhenti.
"Lucas, Luke, tolong tinggalkan kami berdua." Perintah Azra yang lantas membuat Archel terkejut bukan main.
TBC
makasii sudah bacaa. Jangan lupa vote, comment & follow juga yaa 🌟
see you next chapter 💚
KAMU SEDANG MEMBACA
ARCHELLIO
Teen FictionSeorang pemuda malang berusia 18 tahun harus bertransmigrasi ke dalam novel yang dia temukan di gudang saat bekerja. Dia menjadi Archellio, si bungsu menyedihkan yang harus berakhir mengenaskan ditangan keluarganya sendiri. Apakah dia bisa menghancu...