Chapter 10 🌿

26.5K 2.6K 52
                                    

Deru mobil mewah berwarna hitam yang beriringan kini terdengar menggema di area Mansion. Seluruh maid dan bodyguard saat ini terlihat sibuk menyambut kedatangan tuan dan nyonya mereka.

Artem Clyde, seorang pebisnis yang paling berpengaruh di negara itu. Si pemilik mata biru safir yang hanya menurun pada ketiga putranya.

Auranya yang dominan, berwibawa dan juga tegas membuatnya sulit untuk didekati. Dia merupakan salah satu tokoh utama yang mengharuskan Archel untuk berakhir mengenaskan.

Sementara disampingnya, berdiri seorang wanita cantik dengan rambut panjang yang terurai indah dan mata sehijau zamrud yang hanya menurun pada Archel. Dia adalah Alice Clyde, istri dari Artem.

Alice merupakan tokoh ibu yang sebenarnya tidak membenci Archel sama sekali. Namun sayangnya pada alur cerita, Alice digambarkan seseorang yang mudah terhasut oleh ucapan dari suaminya mengenai Archel.

Seluruh karyawan yang ada disana mulai memberi hormat pada sang tuan dan juga nyonya.

Archel yang melihat itu dari kejauhan mulai meremat ujung seragamnya. Jujur saja, dikehidupan sebelumnya dia sudah trauma oleh sosok bernama ayah. "P-paman, Archel tidak mau kesana." Ucapnya tiba-tiba.

"T-tolong bawa Archel pergi." Lanjutnya sambil menatap sayu pada kedua sosok yang merupakan orang tuanya.

◆◆◆

Saat ini di gedung sekolah mereka, Clyde Academy. Alden dan Allen tampak bergegas menuju ke arah parkiran untuk segera pulang.

"Menyebalkan, kenapa berita ini sungguh mendadak!" Alden mulai menggerutu dalam mobil saat mendengar kedatangan orang tua mereka tiba-tiba.

"Aku juga tidak tahu, padahal kak Azra sudah bilang mereka akan tiba minggu depan, tapi ternyata mereka tiba lebih cepat." Ujar Allen seraya membenarkan kacamatanya.

"Padahal aku sedang seru-serunya mengikuti ekskul basket hari ini." Tuturnya sedikit kesal.

"Hei, kau lebih mementingkan ekskul basket daripada orang tuamu?!" Cibir Allen tiba-tiba.

"Apasih, kau juga sekarang lebih mementingkan Archel daripada Ales." Balas Alden seraya memutar bola matanya malas.

"H-hei!"

"Apa? Kau pikir aku tidak tahu, kau dan kak Azra sekarang benar-benar sudah dibawah pengaruh anak sialan itu!" Alden mulai menatap sengit pemuda disampingnya.

Allen yang tidak terima dengan ucapan itu lalu langsung menggerakkan tangan untuk memukul kakak keduanya. Suasana di dalam mobil kini menjadi ricuh.

"Ekhem. Tuan, kita sudah sampai di Mansion."

◆◆◆

Langit yang semula jingga kini beralih menjadi gelap, bulan sabit yang biasanya muncul kini tidak terlihat. Malam ini tidak seperti biasanya, suasana Mansion terlihat sedikit berbeda.

Saat ini seluruh keluarga sudah berkumpul di ruang makan, mereka siap menikmati hidangan yang sudah disediakan secara khusus oleh para maid.

Sementara Archel kini duduk disamping Azra dan juga Allen. Artem yang melihat posisi duduk putra sulung dan putra ketiganya itu langsung mengkritik.

"Masih ada beberapa kursi kosong disebelah sini boy, kenapa memilih duduk disana." Ucapan Artem terdengar menusuk bagi Archel.

Jari kecilnya yang sedang menyuap makanan kini tertahan sebentar. Azra yang mengetahui itu diam-diam mulai mengelus punggung Archel dari belakang, dia ingin menenangkan si bungsu.

ARCHELLIOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang