Niza tersenyum dan mengangguk ketika ia berjalan melewati lorong di belakang panggung, melewati beberapa orang lainnya yang akan atau sudah tampil. Di ujung lorong, Yin berseru antusias, ia bahkan melompat-lompat kecil sebelum akhirnya berlari dan memeluk Niza erat.
"Seperti biasa, seorang Li Niza selalu berhasil menyelesaikan tariannya dengan begitu mulus dan mudah," ucap kawan Niza yang berambut ikal, rambutnya itu kini ditata menjadi sanggul tinggi dengan beberapa hiasan dan perhiasan.
Niza meringis pelan mendengar ucapan kawannya itu, ia memejamkan sebelah matanya, takut-takut tak sengaja tertusuk oleh jarum sanggul yang ada di rambut Yin.
Setelah beberapa saat dipeluk erat, Niza akhirnya bisa bernapas lega. Ia tersenyum dan mengangguk, mengucap banyak kata terima kasih pada ketiga temannya yang tiada hentinya memujinya.
"Nah, kalau begitu, ayo kita nikmati festivalnya!" Yin mengangkat tangan Niza, ia dengan penuh semangat menarik Niza agar ikut dengannya, mau tak mau gadis itu terseret oleh langkah Yin. Kedua temannya hanya terkekeh dan akhirnya mengekori mereka, membuat Niza sedikit kewalahan sebab Yin sungguh menariknya dan menyeretnya.
"Kita tidak akan mengganti pakaian kita?" Niza bertanya seraya beberapa kali menoleh ke arah belakang, merasa sedikit cemas.
Kawan Niza yang mulanya dikepang merangkul pundak Niza, rambutnya kini terurai indah dengan berbagai macam hiasan yang membuatnya semakin tampak menawan. "Untuk apa? Biarlah kita berkeliling dan menjadi putri, kali ini saja."
"Putri?" Niza menahan diri untuk tidak tertawa, alih-alih ia hanya mendengkus. "Itu konyol."
Ucapan Niza rupanya disetujui oleh mereka, sebab mereka bertiga langsung terkekeh dan dengan penuh semangat meninggalkan ruangan tersebut untuk sesegera mungkin berbaur dengan rakyat sekitar yang tengah merayakan festival.
Panggung nyatanya masih menampilkan berbagai macam penampilan, tetapi beberapa lebih memilih untuk menikmati festival dengan berkeliling. Bisa Niza tebak, mungkin masih sekitar tiga jam lagi yang tersisa hingga puncak perayaan festival ini akan dimulai.
Gadis itu menengadah ke arah langit setibanya ia dan kawan-kawannya di luar ruangan. Atmosfer kegembiraan rupanya langsung menyerang Niza dan membuat senyumnya merekah seketika, ia lupa atas pikiran berisiknya ketika tampil tadi, itu adalah hal yang bagus.
Niza harus menikmati hari-harinya di Eiraden, dan ia sudah sangat bersemangat untuk mengingat semua ini, ia berniat akan menceritakan keseluruhannya kelak pada Lyra.
Sayang sekali Lyra tidak bisa datang kemari, semoga saja ia tengah berbahagia di rumahnya sama sepertinya, semoga saja sahabatnya itu baik-baik saja.
"Ayo kita cari manisan!" Yin menarik Niza ke arah salah satu tenda yang menyajikan berbagai jenis manisan khas Eiraden, Niza mengangguk dan ikut dengan Yin, hingga sebelah tangan lainnya justru ditarik oleh kawan Niza yang berambut ikal.
"Niza, kau janji padaku ingin mencari Wildak!" ucapnya menyebutkan sejenis asinan khas Eiraden yang terbuat dari kulit sapi.
Kini, Niza berakhir di posisi yang menyulitkannya. Hingga si kepang akhirnya melepaskan pegangan tangan Yin dan pegangan lainnya pada tangan Niza. "Lebih baik kita berpencar? Kita ambil semua yang bisa kita dapatkan, lalu kita makan bersama, bagaimana? Lebih cepat dan lebih banyak."
"Ide bagus!" saut Niza langsung setuju, ia menoleh ke arah Yin dan kawan Niza yang berambut ikal itu bergantian. Keduanya akhirnya mengangguk dan sepakat untuk langsung berpencar ke berbagai tenda yang menyajikan berbagai macam makanan khas Eiraden.
Di sepanjang langkahnya, Niza tersenyum kikuk ketika melewati orang-orang yang memandangnya dengan tatapan kagum, Niza sungguh merasa aneh, seolah ia bukanlah dirinya.
![](https://img.wattpad.com/cover/367496400-288-k661729.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
ERYNDOR: Tales Of Sentinel Gifts
FantasiaKala keseimbangan mesti dipertahankan, bahkan meskipun mengundang banyaknya kesia-siaan. "Terkadang pula kehancuran ialah wajah dari pengampunan sedangkan penyelamatan tidaklah lebih dari sekadar memperpanjang kerapuhan." Alangkah terkejutnya...