Halilintar VS Zeyn [18]

425 64 23
                                    

Teriknya mentari kian terpancar terang,  bintang panas itu hampir mencapai puncak tertinggi nya. Nasib baik udara siang ini cukup sejuk, kalau tidak arena akan benar-benar menjadi teflon panas. Halilintar Panggang mungkin akan menjadi menu populer musim ini, kegemaran para gadis.

Pertandingan pertama telah dimulai sejak sepuluh menit lamanya. Manik ruby milik nya tak lepas pandang dari sosok bertubuh gempal itu. Pertarungan yang bisa dibilang kurang seimbang namun cukup menghibur baginya. Gopal yang bertarung layaknya bermain sirkus di atas panggung, penuh candaan. Sementara sang lawan yang mati kesal dibuatnya, sihir api dilontarkan dengan beruntun yang dengan sigap dapat dihindari Gopal.

Dibandingkan pertarungan di atas arena, suara gosip para penonton bahkan jauh lebih panas lagi. Lirikan sinis nan tajam tak berhenti dilayangkan untuk siswa gempal itu. Beberapa orang menyebutnya rakyat jelata dalam suatu bisikan kecil. Halilintar bingung, bukankah seluruh siswa yang masuk akademi adalah bangsawan? Oh ya... terkecuali untuk dirinya yang adalah anak adopsi.

Untuk beberapa waktu, bisikan itu hampir tak berhenti meski pertarungan telah dimenangkan oleh siswa dengan kulit coklat eksotis itu setelah lawannya menyerah karena kehabisan mana. Gopal kembali berjalan keluar arena diiringi dengan tatapan sinis serta bisikan mencela. Banyak orang yang meremehkan kemampuannya, berapa kali pun ia menang, tidak akan ada yang akan mengakui posisinya.

Halilintar hanya terdiam, melirik penasaran dengan sosok itu. Ia cukup tertarik, kurasa. Sebuah lingkaran sihir langsung aktif ditengah arena dengan tujuan untuk membersihkan kerusakan setelah pertarungan. Wasit juga kembali dengan pengeras suaranya, bersiap-siap untuk babak kedua. Seusai pertandingan tadi, semua hampir kembali seperti semula, kembali ke awal. Bahkan bisikan itu kian surut tiap menitnya, hingga tak lagi terdengar.

"Baiklah, Selamat untuk kemenangan Gopal Alistair de Cedric dari Keluarga Baron Cedric!! " wasit kembali ke tengah arena bersama dengan nama sang pemenang.

"Kita lanjutkan dengan babak kedua, Halilintar dari keluarga Viscount Xavier melawan Zeyn dari Keluarga Marquess Vyon!!" serunya dengan lantang ditengah arena. Sebuah layar hologram menampilkan sosok Halilintar dan Zeyn yang diketahui nya sebagai salah satu siswa yang sering mengejek dan membully nya.

Mendengar namanya terpanggil, Halilintar pun beranjak dari kursi penonton. Ia berbalik, senyuman ibunda menyemangati hatinya. Begitupula dengan ayahanda yang saat ini tengah berdiri dibelakang kursi raja, ia hanya menatap Halilintar dengan wajah datar berwibawa miliknya, namun Halilintar sadar ada sedikit lengkungan kecil disudut bibir sang ayah. Halilintar tau, ayahanda sedang tersenyum.

'Tenang saja, ayahanda, ibunda. Aku tidak akan mengecewakan kalian,' ucap Halilintar  yang bertekad untuk menjadi juara pertama tahun ini, untuk kedua orang tuanya dan untuk dirinya sendiri.

Halilintar menarik nafas, ujung pintu masuk arena tepat didepannya. Hanya beberapa langkah lagi di lorong itu, ia akan memasuki arena dan bertemu lawannya. Ia tidak takut maupun gugup, hanya sedikit penasaran dan rasa semangat mulai berombak tipis dihatinya. Deru panas dalam nafasnya kian menebal, ia tak sabar tuk mencoba senjata barunya.

Halilintar meneruskan langkah nya. Matanya terbuka lebar, manik ruby itu tak hentinya menatap sekeliling. Ternyata arena bulan lebih luas dari pada yang ia kira, benar saja ukurannya akan terasa berbeda saat melihat dari atas kursi penonton dan saat didalam arena itu sendiri. Halilintar melirik keatas, tangannya terangkat dengan gerakan slow motion hingga sejajar dengan wajahnya, sebuah bayangan telapak tangan tepat menutupi kedua merahnya manik sang ruby, cahaya matahari terlalu terik dan silau untuk matanya yang lumayan sensitif. Halilintar tersenyum kecil, matahari yang cerah dengan udara dingin nan sejuk. Pengalaman pertama bertarung di arena sihir zaman kuno agaknya akan lumayan menyenangkan.

Reinkarnasi Boss Mafia [Halilintar] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang