0.10 La Luna llena

7 1 13
                                    

Cantik dan Indah
adalah sebuah penilaian yang tak memiliki standar
namun
dalam kehidupan selalu menetapkan standar
yang sangat tak masuk akal.

***

Angin bertiup dengan kencang membuat menerbangkan ribuan daun yang siap jatuh dan berganti dengan yang baru. Dia menengadahkan wajahnya menatap langit yang semakin gelap.

“Hujan, lagi.” gumamnya sambil merapatkan mantel dan mempercepat langkah kaki. Sayangnya, dirinya tak membawa payung saat pergi keluar dari rumah kecilnya, tak ada dalam perkiraannya bahkan perkiraan cuaca yang modern pun tak memberi perkiraan yang tepat karena sejak pagi matahari bersinar dengan amat terik dan kini ia menyembunyikan diri di balik awan-awan yang menghitam, tahu begitu ia mendengarkan adiknya. Mungkin dirinya yang terlalu keras kepala dan meremehkan sang adik.

“Lihat, yang aku katakan benar kan.”

Meski suara yang lebih muda terdengar jengkel, sebuah handuk tetap terulur padanya.

“Kak… kamu harus pulang.”

Lagi, entah sudah keberapa kali yang lebih muda memintanya pulang ke tanah kelahirannya.

“Besok.”

Yang lebih muda mencebik, dirinya paham betul bahwa laki-laki yang lebih tua tak akan pulang dalam waktu dekat, dirinya juga paham bahwa tanah kelahiran yang lebih tua memberi banyak luka yang tak kasat mata, tapi dirinya juga tak bisa memaksa yang lebih tua, mengingatkan saja sudah cukup meski dia gemas sendiri.

“Aku mau pergi ke Swiss minggu depan.”

“Ngapain?”

“Jalan-jalan, ada perasaan aja sih harus kesana siapa tahu nemu harta karun.”

“Atau petaka.” sambung yang lebih tua sambil mengeringkan rambut.

Yang lebih muda hanya mengangkat bahu.

****

Hujan benar-benar deras saat Eleazar menyantap makanannya dalam diam, pembicaraan dengan adiknya yang mengatakan akan ke Swiss sedikit mengganggunya, anak itu biasanya akan pergi dalam waktu yang cukup lama; dirinya juga tahu bahwa Swiss adalah negara yang indah. Dia juga pernah menetap disana selama beberapa waktu lalu.

La luna llena

Eleazar memandangi buku kuno yang beberapa bulan mengambil konsentrasi yang lebih muda.

Penuh bualan,

Begitu ucap Elea saat pertama kali melihat adiknya membawa buku tersebut, mereka juga sempat berdebat mengenai buku itu.

Park Seonghwa as Eleazar Mitena

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Park Seonghwa as Eleazar Mitena





Eleazar memandangi makanannya, selain pamitan dari adiknya, permintaan agar dirinya pulang cukup mengganggu kepalanya.

Hidden Darkness Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang