0.00 Toko Bunga Di Ujung Jalan

53 2 16
                                    

Aku ingin memulai hidup yang baru
Kehidupan yang damai dan tentram
bukan tanpa masalah
hanya saja
semuanya terasa jauh lebih ringan
dan
Menyenangkan
mungkin
secangkir kopi dan sebuah bunga

****

Empat orang gadis memasuki sebuah toko bunga yang tak sengaja mereka temukan saat berjalan-jalan di area festival musim semi takayama, sebuah festival rumit yang ada di musim semi dan menjadi salah satu festival yang paling indah.

Keempatnya secara tak sengaja melihat sebuah toko yang menurut mereka amat menarik. Ochitsuki, Nama toko bunga yang merujuk pada ketenangan dan uniknya tulisan yang tertera sebagai kalimat penyambutan adalah tulisan yang dituliskan dalam bahasa Indonesia menggunakan aksara jawa. Tentu saja hal itu menarik perhatian, sebuah aksara yang terasa asing akan tetapi terpajang sebagai kalimat penyambutan.

“Ely… kamu bisa membaca tulisan di depan tadi? kalau tidak salah kamu juga pernah menulis menggunakan aksara yang sama dengan yang ada di depan bukan?”

Sosok yang dipanggil Ely mengangguk, membuat lawan bicaranya semakin berbinar karena penasaran.

“Aku ingin memulai hidup yang baru kehidupan yang damai dan tentram
bukan tanpa masalah hanya saja semuanya terasa jauh lebih ringan dan menyenangkan
mungkin secangkir kopi dan sebuah bunga.” ucap Ely

“Aku akan memikirkannya nanti sekarang aku mau berkeliling melihat semua bunga cantik ini. Kamu mau ikut?”

Sepeninggalan Yuki— teman satu kampus Ely yang sangat tertarik dengan budaya Indonesia dan selalu bertanya ini itu pada Elysian. Gadis itu hanya memandang bunga-bunga kaktus yang ada di depannya.

“Sudah lama kami tidak mendapat pengunjung yang bisa membaca kalimat di depan.” ujar seorang perempuan paruh baya yang mengagetkan Ely.

Perempuan itu tersenyum hangat saat Elysian membalikkan badan dan sepenuhnya memfokuskan diri pada perempuan paruh baya yang menyapanya dan memiliki wajah jepang yang sangat kental akan tetapi tak menyapanya dengan membungkukkan badan seperti kebanyakan orang jepang, gadis itu berpikir mungkin— meski memiliki wajah Jepang yang sangat kental perempuan tersebut hanya seorang pendatang sama seperti dirinya dan tiga temannya yang lain. Dengan catatan meski Yuki memiliki darah jepang dari ibunya dan wajah yang mewarisi gen sang ibu, ia merupakan gadis berkewarganegaraan Thailand.

“Saya Maharani Kusuma pengurus toko ini sejak lama, dan baru kali ini saya menemui orang yang bisa membaca aksara di depan. Kalau saya boleh tahu kenapa kamu tidak mengikuti teman-temanmu berkeliling dan memilih rak kaktus?”

Untuk beberapa detik Elysian merasa terkejut dengan perempuan di depannya selain karena tingginya yang berkisar 170 cm, ia juga memiliki nama Indonesia yang indah.

“Saya Elysian Galinarael, tidak ada alasan khusus saya hanya menyukai mereka.”

“Galinarael”

Elysian dapat mendengar nama belakangnya yang disebut dengan pelan, rasanya aneh akan tetapi tak terlalu asing. Bahkan saat ia melihat ke arah mata Maharani, ia tak merasa terkejut dengan keterkejutan wanita itu. Elysian dapat melihat wajah Maharani yang terkejut, ia yakin itu bukan hal yang ingin ditunjukkan oleh Maharani akan tetapi ada beberapa hal yang tak bisa disembunyikan orang lain di mata Elysian— bukan, bukan karena ia mampu membaca mimik wajah orang lain dengan amat cermat; sebuah keajaiban kemampuan Elysian sudah ada sejak ia kecil dan sebagai gantinya justru Elysian yang tak banyak berekspresi.

Hidden Darkness Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang