Suntikan yang ditusukan Shani kali ini tidak terlalu menyakitkan. atau Erine yang sudah terbiasa. juga Pil ungu itu, di awal-awal menggelikan ketika memasuki mulut, sekarang terasa biasa saja.
"Kamu kayak lagi jatuh cinta akhir-akhir ini" Ujar Shani, tersenyum menggoda.
Wajah cerah Erine berhiaskan senyuman sepanjang Hari masih belum hilang.
"Kamu suka sama Coach Dellon ya?" Tebak Shani. kontan saja Erine menggeleng cepat.
"Ya kan secara dia satu-satunya cowok disini. lumayan ganteng lagi kan? tapi kamu harus siap juga sih bersaing sama Ma'am Ashel" Shani terkikik pelan diujung suaranya.
Jam olahraga datang lagi. Lily berancang-ancang untuk bersiap melakukan Lompat Jauh.
Lompatan lily hari ini menghasilkan sebuah kemajuan dari sebelum nya.
"3 Meter 98 Centi! Lily"
Erine ikut bertepuk tangan saat Ara mengumumkan Jarak Lompatan Lily yang meningkat.
Waktu giliran Oline. tanah seolah ikutan terguncang ketika Oline berhasil mendaratkan tubuhnya di tumpukan pasir.
"Oline, 4 meter 3 centi!" perkataan Ara barusan mengundang riuhan lebih ramai.
Lily yang sedang mengelap keringat, melirik Oline yang berjalan kembali bergabung. Lily menyunggingkan senyum, ikut bangga akan nilai yang Oline Peroleh.
Erine menaikan sebelah tangan. mengisyaratkan bahwa dia tidak bisa melakukan lompatan jauh itu lagi. meski tidak ada darah yang keluar dari Hidung, Erine merasa tubuh nya lemah.
"Nilai kamu kalau kosong kali ini, kesempatan kamu untuk lolos ke Leiden akan hilang total, Erine" Jelas Radellon.
Erine langsung cemas, dia mengedar kecil untuk menatap teman-temannya. sebagian besar dari mereka masih melemparkan raut meremehkan, kecuali Oline yang hanya diam tanpa ekspresi apapun.
"Saya akan coba, Coach" Lafal Erine pelan.
Erine mengepalkan kedua telapak tangannya. meyakinkan diri bertemankan nafas menggebunya. Kaki Erine mulai berayun lamban, ayunan kakinya ternyata berlari semakin cepat. sampai pada Erine membawa tubuhnya ke udara, kemudian mendaratkan kaki di atas Pasir lembab itu.
Seluruh murid merasa terkejut akan keberhasilan Erine melakukan Lompat jauh itu.
"3 meter 83 Centi! Erine"
Sorakan tepuk tangan yang awalnya terdengar pelan kini semakin kompak. Erine bediri perlahan, sulit mempercayai jika dirinya mampu menaklukan lompatan itu.
Erine semakin melebarkan senyumannya kala mendapati papan namanya tertancap di pasir itu, berada di urutan ketiga bersama Oline dan Lily.
Erine menaik turunkan Kakinya di anak tangga, sambil terus mengingat dan mengulangi jarak hasil lompat jauhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
RED RAIN
General FictionSemenjak pindah ke tempat ini, Erine kehilangan segala perasaan sakitnya. sementara Oline terus yakin, jika semua yang mereka lihat dan alami tidak lebih dari sekedar mimpi buruk. atau mungkin, dia yang menolak kebenaran hidup bahwa mereka nyatanya...