Chapter 03 - The Reason

627 160 37
                                    

Di ranjang ruang kesehatan khusus, Shani baru saja menyuntik lengan Trisha dengan jarum suntik yang juga dia berikan untuk Erine

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di ranjang ruang kesehatan khusus, Shani baru saja menyuntik lengan Trisha dengan jarum suntik yang juga dia berikan untuk Erine. berbeda dengan Erine yang akan tetap sadar setelah menerima suntikan dan meminum pil ungu itu, Trisha Kini malah tertidur pulas setiap kali usai.

Shani terlihat berpikir keras, memeriksa suhu kulit Trisha dengan punggung tangannya.

"Asrama ini bertanggung jawab penuh atas kesempurnaan nilai akademis. juga mengajarkan bagaimana berprilaku baik" Shani berjalan menyusuri setiap bangku ke 10 siswi.

"Namun, yang lebih penting adalah memiliki tubuh sehat. itu kenapa, kalian di berikan obat setiap hari, untuk menjaga daya tahan tubuh. tidak peduli sekalipun kalian hanyalah wanita, fisik kalian harus sama kuatnya seperti tentara" Shani berhenti di depan kelas. Ukiran senyum manisnya tidak hilang sedari tadi. sungguhan menghangati hati semua orang.

"If you believe in life, then you have to be ready get the hurt...." Shani seolah sengaja menggantung ucapannya itu.

"Shut your eyes, feel the silenced!" dan langsung di lanjutkan oleh seluruh siswi secara kompak dan lantang.

Di posisinya, Erine bergelagat bingung. dia tidak tahu-menahu tentang kalimat yang semua teman-temannya ketahui. jadilah dia hanya terbungkam bodoh.

"Anggap perjalanan kalian diatas bumi ini sebagai rintangan yang harus dilalui sampai-sampai membuat diri kalian kelelahan. Sebab, di dunia kematian, kita akan tinggal pada tempat dimana hanya dipenuhi dengan segala hal yang kita sukai"

Perkataan Shani barusan menerbitkan senyum tipis Oline yang secara kilat mengingat barang kesukaannya yang sekarang telah hilang. Baju Leotard lengkap dengan sepasang sepatu Pointe' berwarna peach lembut. Oline selalu suka dan bahagia setiap memakainya sembari meliukkan tarian indah dari anggota tubuh jenjang nya dengan bebas dilantai bersorotkan cahaya minim apalagi jika di iringi oleh Instrumen Piano yang merdu dan damai.

"Nah, sekarang. kunyah dengan pelan, nikmati setiap suapan makanan kalian" Akhir Shani, pamit pada seluruh siswi juga Ashel yang setia berdiri dibelakang nya.

Para siswi secara kompak meneguk segelas air berwarna hijau itu. kemudian melahap semangkok hidangan yang tersaji di depan masing-masing dari mereka.

Erine sedari tadi menahan rasa penasaran, melirik sebentar kacang almond panggang di piring lebih kecil, setelahnya Erine langsung membuka selembar rumput laut yang menutupi makanan utamanya.

Hanya ada gumpalan nasi rupanya. menggunakan garpu, Erine membelah nasi itu, yang ternyata di dalamnya terdapat cincangan daging merah. daging itu tampak masih mentah.

Kepala Erine menoleh pada teman disampingnya. menahan mual karena Fritzy begitu enteng menggigit makanan itu, mengunyah, lalu menelannya.

"Kamu tau, daging kelinci ini favorit aku. makanan yang berhasil menjernihkan pikiran dan tidak pernah gagal menjinakan lambung" Fritzy tersenyum lebar, hingga terlihat sisa-sisa dari makanan yang belum ia kunyah sempurna didalam mulut.

RED RAINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang