Pagi-pagi sekali, bahkan matahari masih malu-malu memunculkan keindahannya. Erine yang tiba-tiba terbangun dengan perasaan khawatir juga ingatan tadi malam. memutuskan untuk menilik ranjang tidur Chika. apa yang didapatinya adalah kasur itu kosong tanpa tubuh pemiliknya.
Erine mengintip keadaan di luar kamar asrama, memandang Keadaan Lorong yang bersuasana dari biru gelapnya waktu fajar.
"Coach, maaf. Coach Dellon tau dimana Chika? saya pengen tau keadaan nya sekarang" Bersama keraguan besar, Erine menghampiri Radellon yang sedang melakukan Push-Up pagi di atas kursi panjang Koridor.
Radellon merapikan posisinya, "Chika? bukan nya dia udah berangkat pulang ke rumahnya jam 10 malam tadi?"
Kepala Erine langsung bergerak naik. wajahnya berkerut bingung.
Erine memeriksa keadaan Lehernya. benar saja, dia berhasil menemukan bercak merah keunguan disana. tanda yang ditinggalkan bibir tebal Oline tadi malam. yang berarti momen semalam benar terjadi. bagaimana bisa dia bertemu dengan Chika pukul 3 pagi, sedangkan Chika sudah pergi sejak jam 10 malam sebelum nya?
"Erine! madame udah nyuruh kita buat baris di depan kelas" Marsha membuka pintu ruang ganti. wajah tidak bersahabatnya mengatakan hal itu pada Erine.
Tanpa menunggu Erine, tubuh Marsha langsung menghilang.
Cepat-cepat Erine menyelesaikan kegiatan bersiapnya. menyampirkan seluruh rambut panjang nya kedepan, guna menutupi lehernya.
"Jadi, kalian tidak perlu terlalu memikirkan keberadaan Chika yang tidak ada pagi ini. dia memutuskan pulang ke rumahnya"
Entahlah, Erine masih belum bisa menerima kabar itu. perasaannya masih gelisah.
"Erine, kamu kenapa, leher kamu memar gitu?" Heran Shani, tatapan nya sedikit menegas. siswi asrama lain ikutan menoleh, memandangi Erine. kecuali Oline yang tetap dalam posisi sorot mata kedepan.
Erine meringis. padahal Erine sudah menutupinya dengan rambut, apa masih bisa terlihat?
"Ya sudah. itu saja pengumuman yang saya sampaikan" Tidak berharap Jawaban Erine. Shani lebih dulu untuk pergi.
⛧♛⛧
Erine terus mendapati keadaan Ara yang terlihat murung, hanya duduk tegap di tepi kasur tanpa pergerakan apapun. siapa saja bisa melihat dengan jelas jika Punggung Ara digerayangi oleh Kelabu kekosongan.
"Kasian banget Ara. ditinggal mendadak Sama Chika" Zee sedang mengobrol bersama Marsha dan Delynn di dekat pintu.
"Mereka berdua emang sedeket itu. wajar Ara ngerasa langsung kesepian sama kehilangan" Timpal Delynn.
"Ya, dia harus nerima kenyataan itu sih. lagian Chika kan emang punya tujuan buat pulang, beda sama Ara yang gak punya apa-apa selain Chika" Marsha Ikut menambahkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
RED RAIN
Algemene fictieSemenjak pindah ke tempat ini, Erine kehilangan segala perasaan sakitnya. sementara Oline terus yakin, jika semua yang mereka lihat dan alami tidak lebih dari sekedar mimpi buruk. atau mungkin, dia yang menolak kebenaran hidup bahwa mereka nyatanya...