Masih dalam suasana hati yang buruk, Shani terus menapakkan kaki yang terbalut sepatu hak itu ke lantai hingga menimbulkan bunyi. raut serius Shani hampir memberang, dirinya menarik nafas panjang. kemudian langsung memunculkan senyum semanis mungkin ketika mulai memasuki ruangan kelas.
Shani melemparkan pandangannya ke seluruh murid yang tadinya sibuk menikmati makanan mereka,—kini panik memperbaiki posisi.
Erine dengan lesu menusuk Kacang Hazelnut rebus yang berjumlah 5 biji itu. beruntung Kacang itu ada sebagai pendamping makanan utama yang amatlah Erine benci.
Kunyahan letih Erine berhenti saat menyadari kehadiran Shani yang sekarang sudah berdiri dengan anggun nya di depan papan tulis. teman-teman kelas juga sudah lebih dulu menunda kegiatan makannya.
Para murid asrama saling melempar tatapan tanya mengenai kedatangan Shani yang tiba-tiba ini.
"Selagi kalian makan, bisa tolong dengarkan saya lebih dulu" Mulai Shani, menggenggam erat nuku tebal yang ada di tangannya.
"Penyeleksian siswi dengan kemampuan terbaik, yang pantas dikirim ke belanda untuk belajar...."
Di sana juga ada Ashel yang berdiri di dekat pintu. kemudian Radellon, lelaki itu sekarang mengenakan baju dinas lengkap.
"Sekarang waktunya pemilihan"
Info secepat kilat Shani dihadiahi dengan suara keterkejutan tersembunyi oleh 6 Siswi asrama yang tersisa. mata mereka membelalak beserta degupan jantung panik.
Erine mengedip lemah, kepalanya menoleh untuk memandang Oline yang duduk dengan tenang, namun air wajahnya juga bersinar kegugupan.
"Selama beberapa waktu ini kalian telah gigih. sebisa mungkin bertahan dan mengerahkan kemampuan akademik serta kestabilan fisik kalian..." Shani mulai berjalan melewati barisan bangku para siswi.
Shani berhenti sebentar didepan Lily, tersenyum hangat pada Gadis berponi itu, "Tapi, tidak semua usaha keras berakhir baik , kan? di beberapa takdir, usaha keras kadang mengkhianati hasil"
Shani lanjut berjalan, sorotan nya lekat kearah depan, "Saya memutuskan untuk meloloskan...."
"Erine?" Shani menyadarkan Erine yang hanya diam termenung dengan wajah pucat dan tatapan kosong itu.
Erine bergelagat gusar, dia berusaha membalas ukiran manis Shani. sejak kapan Shani sudah ada di samping nya.
"Kamu bisa bersiap dalam 3 hari sebelum terbang ke Belanda"
Selesai mengatakan itu, Shani pergi dari hadapan Erine dan juga keluar kelas.
Para murid mengangakan Mulut mereka takjub. Terpilihnya Erine sama sekali tidak ada di prediksi.
Dari depan, Lily bersama wajah berapinya menatap dingin Erine yang tampak masih mencerma kejadian barusan.
⛧♛⛧
KAMU SEDANG MEMBACA
RED RAIN
General FictionSemenjak pindah ke tempat ini, Erine kehilangan segala perasaan sakitnya. sementara Oline terus yakin, jika semua yang mereka lihat dan alami tidak lebih dari sekedar mimpi buruk. atau mungkin, dia yang menolak kebenaran hidup bahwa mereka nyatanya...