Chapter 10 - The Quotes

358 135 34
                                    

Sepasang telapak tangan Oline membekap erat mulutnya sendiri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sepasang telapak tangan Oline membekap erat mulutnya sendiri. Pelototan bola matanya  di genangi gumpalan air yang tidak tertumpah. bukan hanya itu, detakan jantungnya berdegup amat kencang.

Penglihatan Oline menyuguhkan pemandangan menakutkan sekaligus menyakitkan.

Shani mulanya membedah perut Ara, kemudian mengangkat gumpalan ginjal, dan di masukannya ke dalam wadah aluminium. Lalu setelahnya, tanpa menjahit kembali bagian tubuh Ara yang di sayat. Shani begitu saja menutup tubuh tak bernyawa Ara menggunakan lembaran lebar plastik hitam. memasukannya ke kabinet pendingin mayat berlapis stainless baja.

Pendingin tersebut memiliki 3 tingkat, dengan 12 bagian kotak penyimpanan tubuh yang tersusun.

Selesai melakukan itu. Shani membuka bagian lain. ketika di tarik, memunculkan embun asap beserta mayat Chika dengan bola mata yang sudah hilang, seterusnya Shani memeriksa mayat Fritzy, pada bagian kepalanya sudah tidak ada rambut. dan meninggalkan jahitan lebar di batok kepala.

Sekujur badan Oline terguncang Hebat.

"Saran saya, kamu seharusnya..." Oline menoleh ke belakang secara cepat. di hadapannya, muncul perawakan tubuh Radellon dengan Suntikkan yang ujungnya di arahkan ke pelipis Oline.

"Melupakan apa yang kamu lihat barusan.... Oline." Lanjut Radellon menyelesaikan perkataannya yang sempat tertunda. Lelaki itu menyeringai Tajam. secara kilat berhasil menembus pelipis Oline dengan suntikan.

Sekuat tenaga, Oline menendang bagian vital Radellon hingga laki-laki itu menjauh, mengerik kesakitan.

Oline buru-buru berlari sambil menarik suntikan yang masih menancap dan membuangnya.

"Kenapa kamu biarkan dia kabur!" Oceh Shani, mengejar Oline.

Tangan Oline terus menggerakan engsel pintu yang tak kunjung juga terbuka. Di belakangnya, Shani sudah memposisikan diri. lantas saja, Oline memepetkan tubuh ke pintu dan berangsur bergeser ke arah samping.

"Oline... ambil nafas perlahan. kamu harus memenangkan diri supaya saya bisa membantu kamu... " telapak tangan Shani yang melebar— berselimutkan bercakan darah bergerak-gerak ke bawah. mendesak Oline untuk tenang.

"Bantu apanya! madame berbuat begitu jahat kepada teman-teman saya! apa niat madame sebenarnya! saya sudah lihat semu—akh! " Oline ambruk. setengah kesadaran dia mencengkram kepala. dengungan hebat menusuk pendengaran dan isi kepalanya.

"Kalian telah melakukan apa pada tubuh saya!" Oline menjerit. sakit sekali. Oline kesulitan mengendalikan kesadaran.

Perlahan pandangan Oline terganggu. seluruh objek yang dilihatnya berbayang, berbagai warna menyelimuti seluruhnya. sekarang, penglihatannya berubah bagai tampilan layar televisi yang sedang rusak dengan kedipan dan kilatan macam warna.

Sekedar menghindari Shani yang mulai mengayunkan langkah mendakatinya saja Oline tak sanggup. hingga, sosok Radellon yang sesekali masih meringis pun datang.

RED RAINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang