7

66 14 5
                                    

Hai semua!!
Semoga sehat selalu yaa🌷

Nantikan terus kisah Gus Arga Ganendra dan Melya Adelina🌷

HAPPY READING
❤️❤️

Jika menunggu bisa membuat harapan seseorang menjadi nyata, maka aku akan selalu menunggu sampai impianku bersamamu jadi kenyataan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jika menunggu bisa membuat harapan seseorang menjadi nyata, maka aku akan selalu menunggu sampai impianku bersamamu jadi kenyataan.
~Melya Adelina~

**

Melya pun pergi bertemu Abah dan memberikan sarapan yang sudah gadis itu buatkan. Abah tersenyum tenang melihat sifat Melya yang sangat berbakti padanya. Abah sangat bersyukur Melya memiliki sifat turunan sama seperti Umminya.

"Terimakasih nak." Tutur Abah Abdul Rohim.

"Sudah tugas Melya sebagai anak Abah untuk berbakti." Ucap Melya tersenyum.

Abah pun langsung sarapan sebelum memulai kegiatan belajar mengajar, Melya ikut menemani Abah sarapan sambil bercerita masalah kampusnya. Melya menceritakan bahwa nanti siang ia akan ke kampus untuk menyelesaikan proposal penelitiannya.

"Abah doain Melya yah biar bisa menyelesaikan semuanya dengan tepat waktu, Melya ingin sekali jadi lulusan terbaik di kampus." Tutur gadis itu.

"Abah selalu doakan yang terbaik buat kamu nak, Abah yakin kamu bisa gapai semua harapan kamu itu. Jangan lupa selalu berdoa pada Allah ya." Ucap Abah sambil mengusap kepala anak gadisnya. Melya mengangguk tersenyum dan pamit izin pada Abah untuk pulang dan bersiap-siap ke kampus.

Dalam perjalanan menuju ke gerbang, Melya tidak sengaja melihat Gus Arga sedang berbicara dengan seorang perempuan yang tidak ia kenali. Hal itu membuatnya penasaran dan merasakan perasaan yang berkecamuk dalam hatinya.

"Ngobrol sama siapa ya?" Batinnya.

Dengan acuh tak acuh, Melya langsung cepat-cepat pergi yang ternyata Gus Arga melihat gadis itu. Perasaan Gus Arga jadi tidak enak karena sudah berani mengobrol dengan perempuan lain sampai Melya melihat hal itu.

"Semoga kamu tidak salah paham Mel.." gumam Gus Arga.

**

Sesampainya di kampus, Melya langsung mencari referensi proposal penelitian di perpus kampus, Melya berusaha untuk menyelesaikan hari ini juga. Ia sangat giat belajar dan tak lupa jeda waktu saat adzan sudah berkumandang. Sampai sore hari, Melya akhirnya bisa menyelesaikan proposalnya.

"Alhamdulillah akhirnya selesai yeyy!!" Ucap syukurnya dengan ceria.

Melya berlalu meninggalkan kampus untuk pulang ke rumah. Di tengah-tengah itu ada laki-laki yang tidak lain adalah Bilal, laki-laki itu tersenyum pada Melya tapi gadis itu hanya bersikap dingin.

"Kalo gue gak bisa dapetin lo, berarti Arga juga gak berhak dapetin lo Mel." Ucap laki-laki itu.

Entah ada niat apa yang akan dilakukan oleh Bilal, tapi ia juga tidak mau Melya berjodoh dengan Arga, Bilal tidak menyukai Arga karena ia selalu jadi salah satu santri yang dibanggakan di pondok pesantren.

Melya diperhadapkan dengan pilihan, tapi bagi Melya menunggu orang yang ia cintai adalah hal yang pantas dilakukan, walaupun pada akhirnya takdir tidak menentu akan berpihak pada siapa.

Sebelum magrib, Melya sudah sampai dirumahnya dan Abah masih saja belum pulang dari ponpes karena masih banyak urusan yang harus diselesaikan. Melya bergegas bersiap-siap mandi dan sholat magrib dilanjutkan dengan muroja'ah.

Setelah menyelesaikan semuanya, Melya termenung dan berpikir tentang siapa perempuan yang mengobrol dengan Gus Arga, apakah itu adalah salah satu Ning pesantren? Perasaannya kembali berkecamuk, Melya dilanda rasa khawatir dan takut, tapi ia percaya pada takdir Allah.

"Arga, siapa sebenarnya perempuan itu?" Gumamnya dengan perasaan sedih.

Sesadarnya dari merenung, Melya beralih sholat isya dan lanjut makan malam, ia sangat merindukan makan malam bersama Abah, sampai ia berpikir apakah Abah sudah makan malam atau belum, Melya khawatir jika Abah akan jatuh sakit lagi. Tapi Melya berusaha huznudzon pada Allah.

Setelah selesai makan malam, Melya melanjutkan membaca novel, gadis itu akan pergi menjenguk Abah besok pagi mumpung hari libur. Karena sudah larut malam, Melya beranjak istirahat, tidak lupa juga wudhu sebelum tidur.

**

Seperti biasa, jam 3 subuh Melya bangun dan menyelesaikan sholat tahajjud, lanjut muroja'ah sampai adzan subuh berkumandang. Melya sudah terbiasa dengan aktivitasnya dari kecil jadi tidak merasa berat karena ini juga merupakan kewajiban sebagai seorang muslim.

"Masak apa yaa hari ini? Hemm." Pikir gadis itu sambil melihat-lihat isi bahan-bahan di kulkas yang akan dimasaknya.

Melya akhirnya mengambil ayam dan beberapa sayuran yang akan ia masak. Sekitar setengah jam, akhirnya gadis itu menyelesaikan masakannya dan bersiap-siap untuk pergi ke ponpes. Melya selalu khawatir dan mengingat kondisi kesehatan Abahnya.

Sesampainya di ponpes, Melya langsung pergi pada Abah, banyak anak-anak santri yang menyapa gadis itu dan Melya menyapa balik dengan ramah, ada Bilal juga yang memperhatikannya dari jauh. Sedangkan Gus Arga melihat Melya masih dengan perasaan bersalahnya, mungkin nanti ia akan menjelaskan semua pada gadis itu.

"Abah, makan dulu ya, Melya gak mau Abah sakit." Ucap gadis itu sambil menyiapkan makanan. Abah hanya mengangguk tersenyum hangat karena melihat Melya begitu sangat perhatian padanya.

Melya tersenyum senang melihat Abah yang lahap menyantap masakannya, di sela-sela itu Melya menceritakan pada Abah bahwa ia sudah menyelesaikan proposalnya dan Abah bangga padanya. Melya cerita akan lanjut ke tahap pembimbingan dosen untuk skripsi nanti.

"Abah selalu doakan yang terbaik untuk Melya." Ucap Abah setelah menyelesaikan makan.

"Aamiin.. pasti Abah." Ucap Melya tersenyum dan pamit beranjak pergi untuk menemui anak-anak santriwati.

Melya bercerita dan tertawa riang bersama para anak-anak santri, Melya juga memberi nasehat agar mereka semangat dalam belajar ilmu agama, para santri senang karena Melya bisa berbagi kisah bersama mereka. Para santriwati akhirnya pamit pada Melya karena sudah disuruh berkumpul di mesjid untuk kegiatan muroja'ah.

"Melya." Panggil Gus Arga.

"Iya, kenapa?"

"Saya minta maaf, tolong jangan salah paham, perempuan yang kamu lihat kemarin mengobrol dengan saya itu adalah Ning Riza, santriwati di pesantren ini." Ucap Gus Arga dengan penuh penjelasan.

"Iya, itu hak kamu, saya pamit dulu." Ucap dingin Melya.

Sikap dingin Melya membuat Gus Arga bingung dan perasaannya tambah merasa bersalah. Apakah Melya kecewa dengan Gus Arga? Entahlah, Gus Arga juga bingung bagaimana cara meminta maaf agar Melya tidak mendiaminya.

Bersambung..

**

Sampai sini dulu ceritanya, see u in the next part👋

TERIMAKASIH
❤️❤️

Penantian [TERBIT]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang