11

49 10 1
                                    

Hai semua!!
Semoga sehat selalu yaa🌷

Nantikan terus kisah Gus Arga Ganendra dan Melya Adelina🌷

HAPPY READING
❤️❤️

Setiap ada masalah baru yang datang untuk menghampirimu, ingin sekali rasanya aku secepat itu menjagamu dalam ikatan pernikahan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setiap ada masalah baru yang datang untuk menghampirimu, ingin sekali rasanya aku secepat itu menjagamu dalam ikatan pernikahan.
~Gus Arga Ganendra~

**

Melya masih melamun memikirkan dengan apa yang dikatakan oleh Gus Arga, menikah? Haruskah ia menerima keputusan itu? Abah juga tidak memaksakan Melya untuk menerima keputusan dari Gus Arga, tapi Abah menasehati Melya agar memikirkan baik-baik sebelum mengambil keputusan. Setelah kejadian yang menimpanya, Melya jadi takut untuk keluar rumah, tapi Gus Arga janji akan menjaganya dari orang-orang jahat.

Gus Arga sudah pulang ke ponpes karena sudah larut malam. Melya masih tidak sangka dengan nekatnya Bilal yang punya niat jahat padanya, untungnya Abah dan Gus Arga segera datang ke rumah, jika tidak, entah apa yang akan terjadi pada Melya. Melya memilih untuk istirahat karena takut kesiangan sholat tahajjud.

Waktu sudah menunjukkan pukul 3 pagi, Melya bangun mengumpulkan nyawanya untuk melaksanakan sholat tahajjud dilanjutkan muroja'ah dan lanjut sholat subuh. Menjaga kewajiban yang Allah perintahkan terkadang cukup sulit bagi Melya, apalagi berusaha istiqomah sendirian di jalan Allah. Kadang futur melanda Melya, tapi Melya tidak ingin kalah dengan rasa malas yang sering menghampirinya.

Setelah Melya menyelesaikan semuanya, Melya menghampiri Abah yang duduk di kursi sofa. Melya masih bingung dengan keputusan yang akan ia ambil, tentang perasaannya pada Gus Arga, tentang perihal penantian yang ia tunggu-tunggu selama ini. Melya kini duduk di samping Abah.

"Abah." Panggilnya.

"Iya nak, ada apa?" Tanya Abah.

"Melya masih bingung dengan keputusan Melya, apa Melya harus menerimanya?" Tanya gadis itu dengan raut wajah yang kebingungan.

"Abah tidak memaksakan Melya, jika itu baik bagi Melya, Abah akan selalu dukung, apalagi Arga itu laki-laki yang baik. Jangan menyia-nyiakan kesempatan nak." Ucap Abah penuh nasehat.

"Hm iya Abah, tapi Melya masih ragu. Melya mau ambil keputusan nanti setelah wisuda boleh ya Abah?" Melya menatap sang Abah dengan senyum teduhnya.

"Iya nak, Abah dukung."

"Syukron Abah." Melya pun beralih memeluk Abah dengan perasaan tenang.

Setelah selesai sarapan, Melya dan Abah Abdul Rohim pergi ke ponpes, Melya tidak ingin sendirian di rumah jadi ia memilih untuk ikut Abah ke ponpes sekalian bertemu dengan anak-anak santri untuk berbagi pengalamannya.

**

Sesampainya di ponpes, Abah langsung pergi ke ruangannya. Berbeda dengan Melya, ia dihampiri oleh para santriwati yang mengajaknya bermain, pagi menjelang siang sebelum masuk waktu sholat dzuhur, Melya bermain bersama para santriwati. Melya sangat senang karena bisa bercanda ria, menghabiskan waktu liburnya sebelum ada jadwal wisuda nanti.

Tak lama, adzan sholat dzuhur pun berkumandang. Para anak-anak santri bergegas menuju ke mesjid untuk melaksanakan sholat, begitupun dengan Melya yang langsung bersiap-siap untuk sholat.

"Kak Melyaa!! Barengan ke mesjid yaa!!" Teriak salah satu santriwati.

"Iya dek, ayo, keburu selesai adzan." Ajak Melya dengan antusias.

Gadis itu kini melaksanakan sholat dzuhur dan dilanjutkan muroja'ah bersama para santriwati, Melya juga menceritakan kisah para nabi agar anak-anak santri tidak lupa dengan sejarah para nabi. Setelah selesai dari mesjid, para santri sudah balik ke kamar masing-masing untuk bersiap-siap makan siang.

Melya memilih duduk di taman pondok pesantren sambil menikmati pemandangan alam sekitar. Dalam lamunannya, Melya tersadar saat ada seseorang yang ikut duduk di kursi taman, siapa lagi kalau bukan seseorang yang ia tunggu.

"Melya."

"Iya Gus, ada apa?" Tanya gadis itu.

"Melya gak kepikiran lagi soal masalah Bilal?" Tanya Gus Arga untuk memastikan perasaan Melya.

"Alhamdulillah nggak Gus, saya udah tenang, tapi masih tidak sangka jika Bilal bisa senekat itu." Ucap Melya dengan raut wajah yang sulit untuk diungkapkan.

"Iya Mel, tidak apa-apa. Kabarnya, Bilal sudah dikeluarkan dari ponpes, tapi kejadian itu aman dan jadi rahasia untuk melindungi nama baik kamu dan ponpes ini." Ucap Gus Arga dengan tenang.

"Hm, saya jadi takut Gus." Tiba-tiba perasaan Melya jadi campur aduk, antara takut dan khawatir.

"Takut kenapa hm?" Tanya Gus Arga menatap Melya.

"Takut jika orang yang saya tunggu malah dijodohkan dengan Ning Riza. Saya akan beritahu keputusan saat sudah selesai wisuda nanti, semoga orang itu bisa bersabar menunggu." Tuturnya.

"Selama apapun itu, saya tetap menunggumu Mel." Ucap Gus Arga dengan serius.

Melya menatap haru pada Gus Arga yang tersenyum kecil padanya. Harapan mereka berdua untuk selalu menunggu tidak bisa dihilangkan begitu saja, hati yang saling berharap akan ada keajaiban dari akhir kisah penantian mereka. Entah selama apapun itu, apa yang ditakdirkan jadi milikmu akan selalu jadi milikmu.

Bersambung..

**

Sampai sini dulu ceritanya, see u in the next part👋

TERIMAKASIH
❤️❤️

Penantian [TERBIT]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang