9

57 11 3
                                    

Hai semua!!
Semoga sehat selalu yaa🌷

Nantikan terus kisah Gus Arga Ganendra dan Melya Adelina🌷

HAPPY READING
❤️❤️

Jangan datang membawa harapan dan luka, datanglah ketika kamu sudah benar-benar siap

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jangan datang membawa harapan dan luka, datanglah ketika kamu sudah benar-benar siap.
~Melya Adelina~

**

Gadis itu menatap dingin seseorang yang ia harapkan selama ini, sesak rasanya mendengar kabar nikah dari orang lain.

"J-JAWAB MELYAA GUS!!" Ucap Melya dengan badan gemetar dan bendungan air mata yang tidak bisa lagi di tahan.

Gus Arga hanya bisa terdiam, bagaimanapun juga ia telah mengecewakan sosok gadis yang ia cintai. Gus Arga menatap dalam Melya, gadis itu hanya bisa menahan tangisannya, ia benar-benar kecewa mendengar kabar itu.

"Iya Mel, Arga benar ada kabar menikah dengan Ning Riza." Ucap Bilal dengan fitnah tanpa ada rasa bersalah sedikitpun.

"DIAM BILAL!!" Bentak Gus Arga penuh emosi, Melya kaget melihat itu dan pergi meninggalkan kedua laki-laki itu.

Tentu saja Melya kecewa dengan apa yang di lihatnya, orang yang dia tunggu ternyata memberi harapan pada orang lain bahkan tanpa sepengetahuannya. Siapa yang tidak kecewa jika sudah seperti ini, pupus harapan Melya menunggu seseorang yang akan menjadi masa depannya.

Gus Arga menatap Bilal dengan tajam dan menarik kerah baju milik laki-laki ini, "Bilal, saya sudah terlewat sabar selama ini menghadapi sifat kamu, sampai-sampai Melya percaya atas fitnah kamu!! Jaga sikap kamu Bilal!!" Sentak Gus Arga penuh emosi.

"Bukankah satu pondok pesantren sudah tau kabar itu? Kenapa lo harus nutupin dari Melya hah?!" Bilal melepas tangan Gus Arga yang berani menarik kerah bajunya.

"Kalo lo beneran laki-laki, lo harusnya gak nyakitin perasaan perempuan!!" Bilal menunjuk-nunjuk dada Gus Arga sebelum pergi meninggalkan laki-laki itu.

Gus Arga terdiam, benar apa yang dikatakan oleh Bilal, harusnya ia tidak merespon perempuan manapun yang ingin bicara dengannya, tapi kini Melya sudah kecewa padanya. Gus Arga pikir Melya sudah masuk dalam fitnah Bilal padanya. Ia tau bahwa Melya paling tidak suka dengan seseorang yang berani berbohong.

Gus Arga kecewa pada dirinya sendiri, ia duduk menahan emosinya, entah hal apa lagi yang akan ia lakukan untuk membuat gadis yang ia cintai kembali percaya. Dalam lamunannya, tiba-tiba ada seseorang datang menghampirinya.

"Ada masalah apa?" Tanya seorang perempuan yang berdiri di belakang Gus Arga.

"Jangan ganggu saya Ning Riza." Ucap dingin Gus Arga dan pergi meninggalkan perempuan itu.

"Apakah salah jika saya berharap padamu Gus Arga? Walaupun kamu sedang menunggu perempuan lain?" Gumamnya.

**

Melya masih dalam lamunannya yang hampir sejam lebih, padahal Abah sudah bertanya terus menerus tentang apa yang terjadi tapi gadis itu masih tidak mau menceritakan semuanya. Melya masih takut dan khawatir dengan perasaannya, salahnya sendiri menempatkan harap terlalu dalam pada manusia padahal resikonya adalah kecewa.

"Abah." Panggil gadis itu dengan mata sembab dan suara parau setelah habis menangis.

"Iya nak, ada apa? Cerita sama Abah kenapa Melya menangis."

"Melya memang salah karena berharap sama manusia, tapi apa Melya juga salah jika berharap seseorang itu tidak memberi harapan pada perempuan lain?" Tanya gadis itu dengan tatapan kosong.

"Melya, anak Abah yang cantik, bukankah Abah pernah bilang sama Melya kalo Melya itu harus fokus pada tujuan Melya dulu? Pada cita-cita Melya dulu? Urusan hati biarlah itu jadi urusan belakangan, Melya harus selalu percaya bahwa semua yang ditakdirkan untuk Mel, tidak akan pernah jadi milik orang lain, sejauh apapun ia pergi." Ucap Abah penuh nasehat, Melya mengangguk kecil dan memeluk Abah yang selalu siap mendengar keluh kesahnya.

"Abah, Melya ada berita baik buat Abah." Ucap Melya yang masih dalam pelukan sosok cinta pertamanya.

"Apa itu? Cerita nak."

"Alhamdulillah Melya lulus ujian skripsi Abah." Ucap gadis itu tersenyum.

"Alhamdulillah terimakasih ya Allah, Abah bangga sama kamu nak." Ucap Abah tersenyum penuh haru karena putri semata wayangnya berhasil meraih impiannya.

"Alhamdulillah Abah, Melya bersyukur bisa menyelesaikan semuanya dalam waktu 3± tahun. Abah jaga kesehatan terus ya, Melya janji akan bahagiakan Abah." Ucap gadis itu.

"Insyaallah, pasti nak." Abah mengusap kepala Melya.

Ada perasaan senang dan sedih bercampur aduk dalam diri Melya, tapi apapun yang terjadi sekarang itu pasti sudah tersusun rapi dalam takdir Allah. Melya hanya bisa berharap ia akan selalu baik-baik saja dengan keadaan yang terus membuatnya down.

Karena hari sudah menjelang sore, Melya izin pamit pada Abah untuk pulang ke rumah, sedangkan Abah masih stay di ponpes untuk menyelesaikan pekerjaannya.

"Melya." Panggil seseorang itu sebelum Melya sampai di depan gerbang dan itu adalah Gus Arga.

Melya hanya menatap dingin pada Gus Arga dan langsung berlalu pergi tanpa sepatah kata apapun, Melya masih mencoba berdamai menerima semua apa yang ia rasakan. Gus Arga kembali merasakan kecewa pada diri sendiri, di sisi lain ada seseorang tersenyum sinis karena melihat pertikaian dua insan yang saling mencintai.

"Lo gak berhak bahagia Arga." Ucapnya.

Bersambung..

**

Sampai sini dulu ceritanya, see u in the next part👋

TERIMAKASIH
❤️❤️

Penantian [TERBIT]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang