6

65 15 2
                                    

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Apa kabar semua? Maaf yaa aku baru up lagi kelanjutan cerita Arga Ganendra dan Melya Adelina karena masih sibuk kegiatan kampus:')

Nantikan terus kisah Gus Arga Ganendra dan Melya Adelina🌷

HAPPY READING
❤️❤️

Jangan pernah menaruh harapan pada manusia jika tidak ingin merasakan sakit

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jangan pernah menaruh harapan pada manusia jika tidak ingin merasakan sakit.
~Melya Adelina~

**

"Jangan berani macam-macam sama Melya." Ucap Arga dengan dingin.

"Ada urusan apa lo sama Melya hah?" Tutur Bilal dengan nada tak suka.

Arga hanya diam dan menatap laki-laki didepannya dengan tatapan tajam penuh peringatan, lalu berlanjut pergi. Bilal masih heran dengan perilaku Arga yang seakan tidak suka kedekatannya dengan Melya. Padahal menurutnya itu tidak salah dan selama ia masih menjaga batasannya, Arga terlalu posesif jika harus berbicara soal Melya, gadis yang akan menjadi calon masa depannya.

"Melya.." panggil laki-laki yang berjalan dari arah belakang tempat duduk Melya.

"Iya, ada apa?"

"Tolong jangan dekat-dekat dengan yang bukan mahrom kamu ya, saya takut terjadi apa-apa, apalagi orang asing yang tiba-tiba dekati kamu." Ucap laki-laki itu menasehati Melya.

Melya hanya mengangguk singkat sebagai tanda paham dan laki-laki itu pun berlalu meninggalkan Melya. Melya sangat bersyukur Gus Arga Ganendra bisa selalu menasehatinya, walaupun terkadang Melya masih terlalu banyak yang harus diperbaiki. Melya berpikir pasti Gus Arga sudah memperingati laki-laki yang memaksakan untuk pergi bersamanya ke ponpes.

"Syukron Arga.." batinnya.

**

"Melya, Abah berharap kamu bisa jadi wanita yang selalu memperbaiki diri ya, jangan terlalu sibuk memikirkan masa depan yang belum pasti, cukup jalani dulu kehidupan sekarang dengan ikhtiar dan doa, Ummi disana pasti bangga melihat Melya yang sekarang." Ucap Abah menasehati putri semata wayangnya itu.

"Iya Abah, Melya akan selalu berusaha jadi wanita yang taat beribadah, Melya akan berusaha jadi wanita yang terbaik supaya bisa jadi Al-Ummu Madrasatul 'Ula untuk anak-anak Melya nantinya." Melya tersenyum dan beralih memeluk Abah.

Melya sangat sayang pada Abahnya karena bagi Melya, Abah akan selalu menjadi cinta pertamanya. Banyak impian Melya untuk membahagiakan orang tuanya, Melya anak yang selalu berbakti pada orang tuanya, kehidupan sederhana membawanya untuk menjadi wanita yang rendah hati.

Abah Abdul Rohim menginap di ponpes, sedangkan Melya sudah pulang ke rumah untuk beres-beres dan tidak pernah lupa untuk muroja'ah hafalannya. Melya berpikir besok akan mencari lagi referensi proposal penelitian, ia harus mempersiapkan segalanya sebelum selesai kuliah. Melya ingin menjadi salah satu lulusan terbaik di kampus.

Akhirnya Melya memilih untuk istirahat setelah selesai makan malam dan beres-beres muroja'ah. Melya selalu ingat pesan Abah untuk menjaga muroja'ah agar tidak terlalu fokus dengan dunia yang melalaikan.

**

"Udah jam 3 ternyata, tahajjud dan muroja'ah dulu deh sambil nunggu subuh." Melya menatap jam dinding dikamarnya dan beralih untuk pergi mengambil air wudhu.

Setelah selesai tahajjud dan muroja'ah, Melya melanjutkan sholat subuh dan beres-beres rumah. Melya memasak sarapan dan ingin membawakan bekal untuk Abah di ponpes. Gadis itu akan pergi ke kampus nanti siang.

"Alhamdulillah udah siap." Ucapnya setelah selesai beres-beres memasak. Melya senang karena bisa belajar memasak seperti Almarhumah Umminya.

Flashback

"Jadi gini sayang resepnya.." ucap wanita itu sambil mengajari putri kesayangannya memasak.

"Ummi, nanti Melya mau coba buatin juga yah buat Abah dan Ummi." Ucap gadis itu sambil tersenyum. Ummi hanya mengangguk singkat sembari tersenyum pada putrinya.

Melya menjadi salah satu gadis yang bersyukur karena bisa terlahir dari orang tua yang tidak pernah bosan mengajarinya dan selalu bersabar dengan kekurangan anaknya.

Sejenak teringat bagaimana saat masih ada Almarhumah Ummi, Melya menahan isakan buliran air mata yang hampir saja jatuh. Melya harus kuat demi cita-cita dan masa depannya. Saat orang lain mencoba membuatnya jatuh, maka Melya harus kuat untuk menghadapi itu semua. Melya yakin akan ada keajaiban bagi orang-orang yang bersabar.

Melya bersiap-siap dan berangkat pergi ke ponpes, ia naik taksi dan sesampainya di ponpes terlihat ada Gus Arga yang mengamati langkah gadis itu, Melya juga sadar dengan pandangan itu dan segera menghampiri laki-laki itu.

"Lihat apa?" Tanya Melya.

"Gak ada cantik, mau ketemu Abah hm?" Sedikit gombalan dari Gus Arga membuat pipi chubby gadis itu jadi merah merona.

"Iya, mau anterin sarapan untuk Abah." Ucap gadis itu yang mengalihkan pandangan.

"Masyaallah, gak sabar nyobain masakan kamu nanti." Ucap Gus Arga sambil tersenyum singkat.

"Udah ya, Melya pergi dulu." Melya langsung beranjak pergi karena tidak bisa lagi menahan perasaan bapernya, Gus Arga hanya terkekeh kecil melihat tingkah laku calonnya.

"Melya, saya tunggu kamu siap.." gumam Gus Arga.

Bersambung..

**

Sampai sini dulu ceritanya, see u in the next part👋

TERIMAKASIH
❤️❤️


Penantian [TERBIT]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang