Dulu ketika Jendral akhirnya bisa berdiri tenang dengan kakinya sendiri, Andara sampai membeku di tempatnya dan lupa kalau dia sedang mengerjakan sesuatu. Rasanya terlalu mengejutkan juga menyenangkan melihat putranya sudah mampu berdiri sendiri.
Sejak saat itu, Mbak Ais membantu Andara untuk melatih Jendral berjalan. Langkah demi langkahnya benar benar Andara saksikan sendiri bersama Jenagara dengan bantuan Mbak Ais juga.
Kini putra kesayangannya itu sudah rajin berlari kesana kemari. Membawa serta ibunya untuk berolah raga sebab teralihkan sedetik saja Jendral bisa pergi entah kemana. Sejak usianya mulai menginjak satu tahun, Jendral memang termasuk anak yang cukup aktif, tapi kini putranya itu benar benar menjadi anak yang amat sangat aktif.
Energi yang dimiliki anak itu seolah tidak ada habisnya kecuali mendekati waktu tidur dan makan tentu saja.
Pernah suatu hari, dia bersama Jenagara mengajak Jendral berjalan jalan di taman. Saat itu Mbak Ais izin pulang ke rumah karena orang tuanya sakit. Jadi mereka hanya pergi bertiga.
Jenagara juga sebenarnya paham sekali kalau putranya memang termasuk anak yang sangat aktif. Tapi dia tidak pernah melihat secara langsung kalau putranya itu benar benar memiliki seratus persen energi meski sudah berlarian cukup lama.
Belum lagi, aksinya meloncat dari satu tempat ke tempat lain. Atau ketika mereka memasuki kawasan bermain anak di mana terdapat banyak sekali arena bermain termasuk dengan alat permainan luar seperti yang ada di sekolah Jendral. Anak itu benar benar tidak bisa dihentikan.
"Aku baru tau kalau dia kuat banget, dari tadi loh dia gerak gak ada berhentinya" Jenagara merangkul Andara. Mereka berdiri di sekitar arena bermain sambil memperhatikan setiap pergerakan Jendral.
Andara terkekeh, "Makannya aku nambahin vitamin dia Mas supaya imunnya bagus terus" kata Andara dengan mata yang tidak beralih sedikitpun dari putranya.
"Tapi keren juga ya dia. Gak nyangka aku kalau hobinya lempar lempar barang itu ternyata ngaruh ke potensi dia main basket" Jenagara tersenyum bangga ingat salah satu kegiatan yang disukai putranya.
Seminggu yang lalu, ketika diudang ke sekolah Jendral untuk rapat orang tua. Wali kelas Jendral mengatakan kalau Jendral cukup terampil dalam kegiatan fisik, terutama dalam motorik kasarnya yang dibuktikan dengan kepandaian Jendral memasukan bola ke dalam keranjang.
Esoknya Jenagara ajak Jendral untuk membeli alat bermain basket dengan ukuran yang menyesuaikan kemampuan Jendral. Dan sesuai dugaannya, anak itu menikmati penyaluran hobinya melempar barang dengan bermain bola basket.
"Emang sebenernya kalau anak suka sesuatu itu harus diliat sisi positifnya. Liat aja Raja, kita pikir dia adiksi sama ipadnya ternyata dia suka ngelukis digital. Emang gak ada yang tau isi pikiran anak tuh apa" kata Andara yang dibenarkan Jenagara.
"Iya bener juga — Astaga!" Jenagara refleks melepas rangkulannya pada Andara begitu melihat Jendral terjatuh.
Anak itu mulai menangis sehingga Jenagara berjalan cepat ke arah putranya yang terjatuh. Sementara Andara berjalan santai dengan mata yang memindai sekitar.
Sebenarnya Jendral itu bukan anak yang akan langsung menangis ketika jatuh. Bahkan biasanya anak itu hanya akan mengaduh lalu kembali bermain seperti biasa.
Hanya saja kalau Andara tidak salah melihat, ketika putranya jatuh tadi ada beberapa orang tua yang refleks berteriak kaget. Hal itu membuat Jendral ikutan terkejut sehingga dia menangis kencang di sana.
Jenagara yang panik buru-buru menggendong putranya dan menjauh dari area bermain. Sementara Andara masih berjalan santai mengekor suaminya yang membawa mereka untuk duduk di tempat yang lebih sepi.
![](https://img.wattpad.com/cover/369131909-288-k888596.jpg)