Chapter 2

1.4K 139 21
                                    

Seokjin POV

Aktivitasku setiap hari adalah dibangunkan oleh suamiku, dia membuka tirai kamar agar sinar matahari bisa masuk, lalu dia mandi dan aku menyiapkan pakaian untuknya. Setelahnya aku mandi dan keluar untuk sarapan, karena dia sudah membuatnya. Tidak ada obrolan setiap pagi, dia selalu menyelesaikan sarapannya terlebih dahulu, mencuci piring dan pergi ke kantor, meninggalkanku yang masih sibuk makan di meja makan sambil menonton drama di ponsel.

Setelah sarapan, aku membersihkan piringku dan bersiap-siap untuk pergi dengan temanku Jimin. Pekerjaannya sangat fleksibel sehingga aku bisa bermain kapan saja dengannya. Biasanya aku berbelanja di mal, menghabiskan waktu minum kopi di kafe dan diakhiri dengan pesta di klub. Sepertinya selalu seperti itu hampir setiap hari. Kali ini bukan uang orang tuaku, tapi uang suamiku, dia tidak keberatan, karena dia sangat sibuk di kantor, dia selalu pulang larut malam, tapi aku selalu pulang lebih awal dan membuatkan dia makan malam, tapi kurasa tidak setiap hari seperti itu, karena aku lebih sering terlambat saat dia pulang, mungkin dia membuat makan malamnya sendiri atau mungkin dia melewatkan makan malamnya.

Hari ini juga seperti hari-hari lainnya.

"Jin, bangun..." Dia membangunkanku dengan nada suaranya yang lembut. Aku selalu terbangun saat mendengarnya dan saat aku membuka mata, dia pasti berada di posisi yang sama, berdiri di depan tirai untuk membukanya dan dia menatapku.

"Bangun Jin, kau mau sarapan apa?"

"Apa saja" Itu adalah hal yang selalu kujawab saat dia bertanya dan dia akan mengangguk lalu pergi ke kamar mandi.

Aku bangkit dari tempat tidur, mengucek mata, meregangkan tangan sebelum membuka lemari pakaian dan memilih pakaian untuknya.

"Hyung, pakaianmu ada di tempat tidur." Aku mengetuk pintu kamar mandinya.

"Terima kasih" setelah mendengarnya, aku keluar untuk menonton TV dan saat dia selesai mandi, dia menghampiriku.

"Mandi dulu" Dan aku segera pergi ke kamar mandi. Aku adalah suami yang penurut, bukan? Setelah mandi aku keluar dan melihatnya di meja makan.

"Roti lapis lagi?" kataku.

"Kau bilang apa saja"

"Ya, kau benar, hyung"

"Duduklah, ada yang ingin aku sampaikan" Kami biasanya tidak berbicara saat sarapan, tapi aku duduk dan memakan roti lapisku sambil mendengarkannya.

"Ada apa, hyung?"

"Aku harus pergi ke Jepang selama 3 hari untuk urusan bisnis"

"Lalu?"

"Semua kolegaku membawa istri dan suami mereka"

"Dan?" Dia hanya menatapku, aku tahu aku harus pergi bersamanya jika aku ingin disebut sebagai suami yang baik, tapi... aku tidak ingin pergi bersamanya.

"Malam ini kita berangkat, jadi siapkan pakaianmu, aku akan pulang lebih awal"

"APA?" Aku kaget, dia bilang dia ingin pergi ke Jepang pada hari yang sama? Aku belum menyiapkan apa pun, bagaimana mungkin aku tidak kaget?

"Aku pergi dulu"

"Tunggu hyung"

"Ada apa?"

"Bagaimana jika kau pergi sendiri? Aku akan menyiapkan pakaianmu dan..." tiba-tiba lidahku kelu, aku langsung menutup mulutku saat melihat wajahnya. Dia tidak pernah marah jika aku menolaknya, sepertinya ini sudah kesekian kalinya aku menolak untuk pergi bersamanya. Dia sering pergi untuk urusan bisnis tapi sejauh ini hanya ke luar kota dan hanya sehari.

"Tidak apa-apa, aku akan menyiapkan pakaianku sendiri nanti" Dia pergi setelah mengucapkan kata-kata itu. Kata-kata yang membuatku merasa bersalah.

Aku membereskan piringku dan piringnya lalu berbaring di sofa, biasanya aku menelepon Jimin untuk menanyakan keberadaannya tapi tidak hari ini. Aku tidak ingin pergi ke Jepang bersamanya tapi melihatnya seperti itu aku merasa kasihan padanya dan merasa bersalah karena menolaknya lagi.



Book ini semuanya POV Jin yaaa 😊😊

Break The Silence | Kookjin ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang