Chapter 20

1.5K 142 26
                                    

Seokjin POV

Sebulan sebelum hari jadi kami yang kedua, aku masih tinggal di apartemen yang sama, tapi kali ini aku sendirian. Jungkook tidak pernah kembali setelah malam itu. Dia juga tidak pernah bisa dihubungi, aku tidak menceritakan masalah ini pada orang tua kami dan aku pikir dia juga begitu karena tidak ada satupun dari mereka yang menghubungiku. Rumah ini benar-benar kosong. Tidak ada lagi yang membangunkanku setiap pagi, tidak ada yang membukakan tirai untukku, tidak ada yang membuatkanku sarapan dan tidak ada yang ditunggu setiap malam.

Aku tetap pada pendirianku, aku tidak ingin menceraikannya. Surat-surat cerai terus berdatangan tapi aku selalu membuangnya. Aku yang menentukan akhir dari cerita ini, bukan?

Malam itu aku memutuskan untuk pergi ke sebuah klub dengan Jimin. Mungkin segelas wine akan membuat pikiranku lebih tenang. Aku benar-benar merindukannya. Aku masih suaminya kan? Saat aku sedang asyik mengobrol dengan Jimin, aku melihat seseorang tidak jauh dari kami, dia berjalan keluar tapi dengan tubuh yang sempoyongan. Orang itu terlihat sangat mabuk, aku tahu pakaiannya, aku juga tahu tas yang dia kenakan, sepertinya milik suamiku. Aku meletakkan gelasku lalu berjalan mendekati pria itu, dan betapa terkejutnya aku karena ternyata dia adalah suamiku. Akhirnya.. kita bertemu.

"Hyung, apa yang kau lakukan disini? Kenapa kau mabuk?"

"Jin? Ah tidak mungkin... Dia tidak mungkin ada disini." Sayangnya kau benar, ini aku hyung.

"Ayo kita pulang, dimana mobilmu?" Dia menunjukkan tempat dia memarkir mobilnya, aku merogoh saku celananya dan menemukan kuncinya. Saat aku sudah tahu dimana dia memarkir mobilnya, aku segera memapahnya kesana, menaruhnya di kursi penumpang dan aku masuk berniat untuk mengantarnya pulang. Tapi, jika dia sadar nanti, dia akan marah jika aku membawanya kembali ke rumah. Dia sudah sangat mabuk saat itu, aku melihat wajahnya dan sangat merindukannya.

"Hyung.. Aku merindukanmu" Aku mendekati wajahnya dan menciumnya. Seketika sesuatu di dalam diriku menyala. Aku menikmati ciuman itu meskipun hanya aku yang menciumnya. Perlahan-lahan aku naik ke pangkuannya, dia langsung meletakkan tangannya di pinggangku, apa dia mengenaliku?

"Aku mencintaimu hyung, aku menginginkanmu" Aku mencium lehernya, aku benar-benar merindukan orang ini. Suamiku. Dia hanya diam dengan mata terpejam. Aku membuka celananya dan menarik turun celananya.

"Maafkan aku hyung, tapi aku masih suamimu, aku merindukanmu dan jika ini terakhir kalinya kita bertemu, aku akan selalu mengingat hari ini" Tanpa peregangan ataupun pelumas, aku mendorong penisnya ke dalam lubangku.

"Mmpphhh... aah..." Dia membuka matanya dan menatapku.

"Jin? Apa aku sedang bermimpi?"

"Yah... Mmpphhh... Yah kau bermimpi... Ohhh fuckkk..."

"Kau sangat cantik"

"Cium aku" Jungkook mendekatkan wajahnya dan menciumku, pura-pura ini mimpi hyung, pura-pura aku tidak nyata.

Beberapa saat kemudian, aku merasakan sesuatu mengisi lubangku. Aku menatapnya yang tertidur.

"Hyung.. Aku akan selalu menunggumu, kembalilah padaku, aku sangat mencintaimu" Aku menciumnya dengan lembut sebelum meninggalkannya disana. Aku merapikan pakaiannya sebelum pergi. Membelai pipinya untuk yang terakhir kalinya.

Setelah itu, aku benar-benar tidak pernah bertemu dengannya, apa dia pikir itu hanya mimpi? Itu sangat nyata bagiku. Aku bahkan langsung mandi saat sampai di rumah karena kakiku lengket dengan air maninya. Ini adalah Jungkook yang sebenarnya.

Tidak terasa hari berganti begitu cepat. Hari ini aku memutuskan untuk datang ke kantor Jungkook. Itu satu-satunya tempat yang aku tahu selain rumah orang tuanya. Tapi dia tidak mungkin ada dirumah orang tuanya. Aku datang dengan sebuah keputusan. Keputusan akhir dari pernikahanku. Aku tidak bisa terus seperti ini.

Aku melihat Lisa di depan ruangannya.

"Apa Tuan Jungkook ada di dalam?"

"Tidak Tuan. Tuan Jungkook sedang meeting di lantai bawah, apa kau ingin aku memberitahunya bahwa kau ada di sini?"

"Tidak Lisa, aku akan menunggu di dalam" Aku masuk ke ruangannya dan duduk di kursinya. Aku sudah menunggu cukup lama, aku membawa surat yang akan menjawab semuanya. Aku lega sekarang, aku bisa mengakhiri semuanya.

Setelah beberapa saat, pintu terbuka dan dia muncul. Dia terkejut melihatku. Kali ini bukan mimpi. Dia mendekatiku dan begitu juga denganku.

"Apa yang kau lakukan disini?"

"Aku hanya ingin memberikan ini, surat yang sudah lama kau tunggu-tunggu." Dia mengambil surat di tanganku.

"Aku harap kau bahagia dengan keputusanmu hyung, kau adalah suami terbaikku" Dia hanya terdiam.

"Kau tidak mau membuka surat itu? Pastikan aku sudah menandatanganinya?"

"Tidak perlu, aku akan memberikannya pada pengacaraku."

"Apa kau yakin? Sebaiknya kau buka surat itu, aku ingin kau yakin dengan keputusanmu untuk menceraikanku." Dia membuka surat itu di depanku dan ya, reaksinya sama sepertiku.

"Apa ini?" Dia menatapku tapi aku hanya diam saja.

"Seokjin! Katakan padaku apa ini?" Aku berjalan mendekatinya, mendekatkan wajahku ke telinganya.

"Happy anniversary yang ke-2, apa kau lupa?" Aku menoleh dan menatapnya, air mata sudah mengalir di pipinya, sama sepertiku.

"Katakan padaku jika ini bohong"

"Ini benar"

"Tapi.. ini tidak mungkin, dokter mengatakan bahwa aku—"

"Ssshh... Apa kau yakin ingin menceraikanku sekarang?"

"Tapi bagaimana?"

"Entahlah... Apa kau ingat sebulan yang lalu saat kau pergi ke sebuah klub? Apa kau ingat bertemu denganku disana?"

"Tidak, itu tidak mungkin, itu hanya mimpi"

"Tidak, itu nyata. Itu aku dan kita melakukannya di mobilmu, itu nyata hyung"

"Jin..."

"Aku tahu, aku juga tidak percaya saat mengetahuinya, tapi... aku hamil" Dia hanya menangis dan memelukku dengan erat. Pelukan yang selalu kurindukan darinya. Dia menangis dalam pelukanku.

"Maafkan aku, tolong maafkan aku, aku minta maaf"

"Ssst.. jangan bicarakan hal itu, aku mengerti pasti sulit berada di posisimu, aku tidak pernah menyalahkanmu atas hal ini, aku hanya merindukanmu dan malam itu aku hanya melakukannya tanpa ada maksud apapun dan ternyata, ini adalah hadiah untukmu yang bisa aku berikan di hari jadi kita"

"Ohh Tuhan, aku sangat mencintaimu Jeon Seokjin!! Hukumlah aku, aku pantas mendapatkannya"

"Apa kau yakin?" Aku melepaskan pelukanku dan menatapnya.

"Ya, aku yakin, lakukan apapun yang kau mau, aku tidak akan pernah meninggalkanmu lagi! Tidak akan pernah! Aku sangat mencintaimu"

"Aku lebih mencintaimu Jungkook"



TAMAT

Selesai juga akhirnya 🤭🤭🤭
Tunggu epilognya yaa... Nanti malem aq up...
😜😜

Break The Silence | Kookjin ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang