"Sekarang kalian tahu, kan, kurangnya aku?"
"Kamu gak ada kurang sama sekali, Mpa."
"... You're wrong."
—°•°—
!Disclaimer!
Self harm
Kekerasan
Depresi or stressedGempa menghela napas. Matanya yang lelah memandangi jalanan, menunggu jemputan untuk pergi les.
Iya, kalian tidak salah baca.
Gempa dalam keadaan demam tetap pergi les. Sebenarnya lelah, ingin istirahat, tapi ini kewajiban.
Gempa memegang bahu kanannya, masih terasa sakit.
"Kalau aku gak pergi les lagi, agaknya udah patah ini tangan."
Tin! Tin! Gempa menengok, menemukan mobil putih milik Ayahnya. Gempa langsung beranjak dari halte.
***
"Kamu gak pulang?" tanya Taufan pada Halilintar.
Halilintar menoleh ke atas melihat Taufan yang masih ada di sekolah sama sepertinya.
"Enggak, ada orang gila di rumah," ujar Halilintar.
Taufan terdiam sebentar lalu tertawa seraya memukul punggung Halilintar. Dia ikut duduk di sebelah Halilintar.
Taufan dan Halilintar ada di pinggir lapangan, melihat anak-anak kelas 11 yang sedang bermain basket.
"Kamu kenapa gak pulang?"
Taufan melirik pada Halilintar. Taufan menggeleng-gelengkan kepalanya. "Hari kamis, takut ke rumah."
Halilintar bingung mendengarnya.
"Ayah aku pulang, kamu tahu 'kan ayah aku itu galak banget," jelas Taufan dengan raut wajah yang biasa saja.
"Bukannya harus pulang kalau ayah kamu itu galak?" tanya Halilintar.
"Bunda larang pulang. Yaudah aku di sini aja, paling magrib baru pulang."
"Sama."
Taufan menganggukkan kepalanya.
"Kamu ngerasa gak sih Gempa itu aneh?" Taufan membuka topik baru.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sembuh Bersama || LIBUR ||
Short StoryHalilintar memiliki dua teman yang kisahnya sama-sama sakit seperti kisahnya sendiri. Lalu mereka berjanji untuk sembuh bersama, walau akhirnya salah satu dari mereka pergi. • Area Angst • Direkomendasikan untuk membaca saat malam hari • BUKAN BL...