“Aa kamu baik ya, mirip Kakak aku.”
“Kamu boleh anggap A Iung itu Kakak kamu juga, Mpa.”
—•°•—
Hari senin tiba.
Gempa memutuskan untuk kembali bersekolah, walau masih terasa tak enak badan. Tapi karena izinnya sudah lebih tiga hari dan takut kena surat peringatan, jadilah Gempa bersekolah.
Gempa memerhatikan seisi mobil milik Papahnya. Ada sebuah foto bergantung di spion atas. Itu foto Papah dan Kristal.
Hei... foto itu aslinya tiga orang, Papah, Kristal dan dirinya.
Tapi tidak apa. Gempa sudah biasa. Gempa memang bukan prioritas Papahnya.
Sampai kapanpun Gempa bukanlah prioritas Papahnya.
Gempa menghela napas panjang. Netranya memilih untuk melihat pemandangan di luar.
Mobil yang ditumpangi Gempa sudah tiba di depan sekolah. Setelah menyalami tangan Papahnya, Gempa turun dan tak kembali menoleh pada mobil Papahnya.
"Mpa!"
Gempa terdiam lalu menoleh ke belakang.
"Mpa sekolah!" Taufan tampak berbinar melihat temannya kembali bersekolah.
Taufan berlari kecil pada Gempa dan merangkulnya dengan erat.
Gempa meringis ketika tubuhnya tertabrak oleh Taufan. Sekujur tubuhnya masih terasa sakit.
"Maaf Mpa, maaf. Aduh lupa kamu baru sembuh." Taufan menggaruk-garuk kepalanya.
"Dek, gak mau sangu nih?"
Taufan mengajak Gempa untuk bertemu dengan Kakaknya.
Gempa tampak sedikit canggung dengan Beliung.
"Kamu udah sehat, Gempa?" tanya Beliung.
Gempa tersentak mendengar pertanyaan Beliung.
"Adek udah sehat?"
Mental Gempa terguncang ketika kalimat itu terasa tak asing baginya.
"Udah... tinggal nafsu makan aja yang belum ada," lirih Gempa.
Beliung menganggukkan kepalanya. Dia tampak mengeluarkan uang sebesar Rp.20.000 dan diberikannya pada Gempa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sembuh Bersama || LIBUR ||
Historia CortaHalilintar memiliki dua teman yang kisahnya sama-sama sakit seperti kisahnya sendiri. Lalu mereka berjanji untuk sembuh bersama, walau akhirnya salah satu dari mereka pergi. • Area Angst • Direkomendasikan untuk membaca saat malam hari • BUKAN BL...