Halilintar memiliki dua teman yang kisahnya sama-sama sakit seperti kisahnya sendiri.
Lalu mereka berjanji untuk sembuh bersama, walau akhirnya salah satu dari mereka pergi.
• Area Angst
• Direkomendasikan untuk membaca saat malam hari
• BUKAN BL...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
“Aku takut di rumah, A. Aa kenapa gak pulang?”
***
Bunda mengusap-usap kepala anak bungsunya. Beliau tersenyum lembut dan penuh hangat.
Bunda berucap, "Dedek tidur lebih cepat ya, kalau ada suara teriakan atau barang jangan keluar. Sementara ini pintu kamar Dedek, Bunda kunci ya."
Taufan tak paham yang dimaksud Bunda, tetapi ia hanya menganggukkan kepalanya.
Hingga menjelang tengah malam, Taufan terbangun dari tidurnya karena mendengar suara teriakan.
Teriakan itu seperti orang yang kesal, sedih dan putus asa.
"KAMU GAK TAU RASANYA JADI AKU!"
"LANCANG KAMU!"
PLAK!
Taufan bergidik ketika mendengar suara tamparan yang sangat kencang itu. Taufan teringat akan ucapan Bundanya, ia panik dan bergegas menuju pintu kamar.
"Bunda! Bunda buka pintunya, Bunda!"
Taufan terus mengetuk-ngetuk pintu kamar berharap dibukakan oleh Bundanya.
Taufan memikirkan hal yang sangat-sangat mengerikan terjadi pada Bundanya. Memikirkan hal itu membuat jantung Taufan berdetak kencang, ia terus-menerus menggedor-gedor pintu sembari berteriak memanggil Bunda.
"Bunda! Bunda buka pintunya!"
"Kamu tuh gak bersyukur! Aku udah biayain anak kamu kuliah, sekolah, kasih kamu nafkah!"
"Aku bersyukur! Aku bersyukur, tapi kenapa kamu gak pernah bersyukur punya aku! Aku istri kamu, Kang! Tapi kamu cari wanita lain."
"Kamu mikir lah, goblok! Kamu tiap hari kucel banget, gak bisa nyenengin suami di rumah!"
"Biaya kuliah, kost Aa mahal, Kang. Biaya sekolah Adek juga, gimana sempat aku dandan!"
"Kamu bilang uang yang aku kasih kurang?"
"IYA! KURANG, KENAPA!"
"SETAN! KAMU TUH BOROS BANGET SIH, GOBLOK!"
BRAK!
"ARGH!"
"Kamu yang mikir Kang! 2 juta perbulan, dibagi buat UKT Aa, Kost Aa, bahan masakan, listrik, biaya sekolah Adek, tapi kamu mau aku perawatan? Mikir Kang, mikir!"
