Ketika Elgard sedang berbincang-bincang hangat bersama teman lamanya di salah satu kafe ternama di pusat kota, secara tidak sengaja tatapan matanya menangkap satu sosok yang sejak kemarin malam setelah mereka dipertemukan kembali di kantor Justin, sosok itu mendominasi isi kepalanya.
Dan fokus Elgard kembali terbagi antara mendengarkan temannya berbicara dan memperhatikan Dinda yang ternyata Dinda juga bekerja di kafe ini. Entah Ada berapa banyak pekerjaan berat yang Dinda kerjakan? Dilihat dari raut wajahnya saja, Dinda terlihat sangat kelelahan. Tapi tunggu! Untuk apa ia peduli? Itu sama sekali bukan urusannya. Wajahnya memang terlihat lugu dan baik-baik tapi pada kenyataannya tidak seperti demikian.
Beberapa menit berlalu begitu cepat dan setelah teman lamanya itu pulang lebih dulu, pandangan mata Elgard kini hanya fokus pada Dinda seolah pemandangan disana tak ada yang menarik perhatiannya selain Dinda. Elgard bahkan tak tahu berapa lama ia duduk terdiam memperhatikan Dinda sembari berkutat dengan ponselnya untuk kamuflase.
Kemudian tak lama kafe pun tutup.
Sembari menunggui Dinda selesai beres-beres, Elgard menunggu di dalam mobil.
Tak lama setelah itu, Dinda membuang sampah dan Dinda berjalan ke arah parkiran motor dan ...
"Long time no see, Dinda Lavanya."
Elgard pun menyapanya, Elgard to the point mengatakan ingin bicara empat mata namun sialnya Dinda menolak. Dengan sangat terpaksa Elgard merampas kunci motor Dinda.
Dan saat Dinda akan pergi meninggalkannya, Elgard memeluk pinggang rampingnya dari belakang, mencegah Dinda pergi.
"Lepas, Elgard!"
"Hanya bicara, Dinda. Kenapa sulit sekali?"
"Kalau kamu enggak mau lepasin juga, aku akan berteriak! To... " teriakan Dinda terjeda karena Elgard membekap mulutnya kemudian menyeret Dinda yang terus meronta itu masuk ke dalam mobil.
"Sekarang teriak, sesuka hatimu tapi sayangnya enggak akan ada satu orang pun yang mendengarnya."
Dinda meggigit bibir bawahnya, mengedarkan pandangannya ke sekeliling mobil Elgard dengan merk bukan pasaran yang jelas sekali menandakan strata sosial mereka yang jauh berbeda, sedari dulu, bahkan kini lebih parah.
"Kamu begitu membutuhkan uang sampai harus bekerja di 2 tempat yang berbeda?"
Dinda tak merespon karena ini sama sekali bukan urusan Elgard.
"Baik, lupakan pertayaan itu." Elgard menghela napas dalam. Langsung pada intinya saja, lagipula ia tak ingin berlama-lama bersama Dinda yang membuat dadanya terasa sesak.
"7 tahun lalu aku menunggu di tempat dimana pertama kali kita berkencan. Aku sangat berharap kamu datang tapi ... " Elgard menggelengkan kepala, "Kamu enggak pernah datang memenuhi janjimu. Dan setelah itu kamu malah menghilang bak di telan bumi."
KAMU SEDANG MEMBACA
BITTERSWEET
RomanceELGARD DECLAN GENTALA tak pernah menyangka akan kembali bertemu dengan cinta pertamanya 7 tahun lalu, dengan keadaan dan status yang tidak lagi sama. Elgard membencinya. Elgard menaruh dendam padanya. Elgard menganggapnya tak ubahnya wanita simpanan...