Identitas

338 31 1
                                    

"Kita akhiri meeting hari ini, terimakasih atas ide-ide yang menarik. Saya akan pelajari lagi proposal yang kalian ajukan, untuk pendanaan biaya produksinya akan di bahas pada pertemuan mendatang."

Setelah meeting yang begitu panjang, Sana akhirnya bisa menghela nafas lega. "Chae tolong bawa semua berkas ke ruangan saya, saya mau ke toilet sebentar."

"Baik Miss."

Sebenarnya menjadi CEO bukanlah keinginan Sana, ini semua karna orang tuanya. Kesepakatan diantara merekalah yang membawa Sana menjadi pemimpin perusahaan ini.

"Ya hallo?"

Baru juga Sana merasa lega, tiba-tiba ponselnya malah mendapat panggilan dari nomer tidak di kenal.

"Hallo maaf menggangu waktunya bu, Saya Kai."

"Oh yaa gimana jadinya Kai? Kamu udah dapat info?"

"Namanya Dahyun, umurnya 27 tahun. Dia sebelumnya kerja di caffe x di bagian kichen. Dan menurut informan saya Dahyun juga open bu, tapi cuma main sama yang udah langganan aja dan itu juga pelanggannya kebanyakan di tempat karaoke."

"Nama tempat karaoke nya?"

"Ons Karaoke."

Alis Sana terangkat, karna tempat itu juga tempat yang sering dia datangi bersama perempuan yang sering dia sewa.

"Oke, makasih banyak infonya ya Kai."

"Ada satu lagi bu, perempuan yang biasa sama bu Sana itu resign semalam. Dia pindah ke bar baru yang ada di ujung jalan karna kontraknya udah habis."

"Maksud kamu? Berarti Tzuyu pindah ke bar itu open juga atau kali ini mau kerja biasa?"

"Open juga bu, dia sempet bilang ke saya katanya ada masalah juga sama pelanggan terakhirnya, jadi dia sekalian mau pindah buat menjaring mangsa lain."

"Terimakasih sekali lagi Kai, kirim norek kamu ya. Saya minta tolong lagi untuk pantau Tzuyu selama di bar baru itu, kayaknya akhir-akhir ini saya lagi gak bisa datang kesana."

"Wahh siap bu, nanti saya hubungi lagi. Selamat siang bu."

"Siang."

"Kali ini ngapain lagi Kim Sana?"

Jantung Sana rasanya hampir copot. "Apa sih, pengen tau aja lo."

"Lo terus-terusan ngehamburin uang buat hal yang gak berguna."

"Lo hidup terlalu monoton Mina, gue yakin kalo lo stres pasti kepikirannya buat bunuh diri lagi."

Tangan Mina mengepal, dia paling benci kalo seseorang mengungkit masa lalunya. "Jangan pernah lo ungkit cerita itu lagi."

"Mending sesekali lo ikut gue aja, gimana?"

"Main sama lo?"

Sana memutar bola matanya, mana mungkin dia main sama sepupunya sendiri. "Ck, bukan itu maksud gue. Lo ikut gue nongkrong di bar aja."

"Gue kan alergi alkohol."

"Ah yaudahlah intinya lo sesekali harus having fun. Entah jalan-jalan, atau mungkin lo mau main casino di tempat gue biasa di singapur."

"Mending gue main saham."

Sana hanya bisa menepuk keningnya setelah mendengar jawaban Mina. Hidup Mina memang terlalu di penuhi dengan hal-hal yang positif.

*

"Kamu di tungguin sama yang di table paling ujung tuh. Mr. Dragon namanya."

"Ini saya langsung aja?"

"Iya, tapi ingat. Kali ini jangan mengacau!"

Perempuan itu dengan gugup berjalan ke arah pelanggan barunya, semuanya seperti harus ia mulai lagi dari awal.

Itu semua karna taktik permainannya di bar yang lama terungkap oleh pelanggan terakhirnya

"Ah cantiknya, kemari sayang kita senang-senang. Kamu mau pesan apa aja terserah kamu."

"I-iya om."

Tentu Tzuyu gugup, laki-laki tua di hadapannya ini kelihatannya sangat punya pengaruh di mana-mana.

Tangan laki-laki itu mulai membelai pipi Tzuyu, riasan tebal dan lipstik merah di bibir Tzuyu sangat menarik hati banyak laki-laki dan juga perempuan.

"Jam 11an kita pergi ya sayang." Bisik om Dragon di telinga Tzuyu, tidak lupa di akhiri dengan kecupan mesra.

Tzuyu langsung naik ke pangkuan om Dragon sambil menuangkan sebotol soju ke gelas untuk laki-laki itu.

"Wow, yang itu juga lumayan. Kayaknya saya baru lihat dia." kata teman om Dragon.

Tzuyu dan om Dragon langsung ikut memperhatikan ke arah seorang wanita yang baru saja di bicarakan.

"Dia imut dan kelihatan begitu polos. Saya berani bertaruh kalo dia masih perawan!" kata teman om Dragon lagi sambil menaruh beberapa uang keatas meja.

"Om, dia sering nerima tamu juga di Ons Karaoke." bisik Tzuyu.

Om Dragon langsung tersenyum bangga. "Menurut saya dia sudah gak perawan, saya yakin." Om Dragon ikut menaruh beberapa lembar uang di atas meja, bahkan lebih banyak daripada temannya.

"Terlalu percaya diri, saya coba goda dulu dan cobain langsung. Nih saya tambahin lagi uang taruhannya." Setelah menambah uang taruhan, teman om Dragon berjalan ke arah perempuan itu.

"Oke deal, Tzuyu kamu jadi saksi ya. Uangnya tolong kamu aja yang pegang ya Joy."

"Siap boss, kita tunggu besok siapa yang menang. Jangan lupa kalian berdua kumpul lagi di sini ya, Tzuyu juga karna kalo pak boss menang pasti kamu dapat bagian, yakan om?."

"Benar hahaha." tawanya menggelegar, dia merasa puas karna tau temannya akan kalah.

"Makasih ya infonya cantik." bisiknya ke Tzuyu

"Sama-sama om." Tzuyu mengecup pipi om Dragon, dia yakin pasti setelah om Dragon menang taruhan dia juga akan mendapat bonus.

"Dahyun aja pelanggannya lebih banyak dari gue, dan dia bener-bener main. Gak kayak gue." Tzuyu menyeringai, kali ini dia biarkan saingannya mendapat pelanggan dengan mudah tanpa harus bersaing dengannya seperti di tempat karaoke.

I Love This B*tchTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang